SURABAYA, beritalima.com – Kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik dinilai sangat tidak pro rakyat. Banyak rakyat kecil mengeluh karenanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyatakan, kenaikan tarif listrik menjadi pendorong utama inflasi di Jawa Timur sebesar 0,49 persen pada bulan Juni kemarin.
“Inflasi terjadi di seluruh kota di Jawa Timur. Kota Probolinggo inflasinya paling tinggi, 0,70 persen. Sedangkan inflasi terendah di Kota Malang, 0,37 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Teguh Pramono, Senin (3/7/2017) kemarin.
Semula diprediksi yang menjadi pendorong utama inflasi pada Ramadhan hingga Lebaran kemarin naiknya tarif angkutan mudik seperti kereta api dan pesawat. Akan tetapi, lanjutnya, itu ternyata faktor kedua setelah tarif listrik.
“Kenaikan tarif kereta api dikarenakan bertepatan dengan momen Idul Fitri, sebab kebutuhan akan transportasi menjadi melonjak tinggi. Hal ini tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana setiap momen libur panjang selalu terjadi kenaikan tarif kereta api,” ujarnya.
Selain kenaikan tarif listrik, inflasi Jatim juga akibat pengeluaran tinggi pada kelompok perumahan seperti air, gas, dan bahan bakar yang mencapai 0,98 persen. Sedangkan inflasi terendah adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 0,10 persen.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar deflasi ialah cabe rawit, bawang putih, dan cabe merah.
Sementara itu laju inflasi tahun ke tahun (yoy) di Jawa Timur pada Juni 2017 mencapai 4,66 persen, atau lebih tinggi dibanding Juni 2016 yang hanya sebesar 2,93 persen.
“Pada Juni 2017 semua ibu kota provinsi di pulau Jawa mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bandung sebesar 0,99 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Semarang yang mencapai 0,37 persen,” tandas Teguh. (Ganefo)