TULUNGAGUNG, beritalima.com- Ratusan guru SMKN 1 Rejotangan mengikuti IHT (In House Training) dan sharing informasi terkait Diferensiasi learning dan KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran).
Diferensiasi learning dan KKTP menjadi bagian penting ketika sekolah dan guru mengimplementasikan kurikulum merdeka, mencari informasi terkait kebutuhan pembelajaran siswa yang diawali dengan asesmen diagnostik, nantinya akan menghasilkan / menentukan sebuah persiapan, minat, bakat dan gaya belajar.
Dr. Hari Siswanto selaku asesor dan akreditor mengatakan, Ketika semuanya itu sudah diperoleh dari hasil asesmen diagnostik ini bermuara pada keputusan akhir guru mata pelajaran, apakah siswa perlu adanya diferensiasi yang bernuansa atau mengarah kepada auditori visual atau genestetik.
“Dari tiga inilah maka nanti ketika guru menghasilkan diferensiasi, maka di dalam konten pelaksanaan atau materinya dan proses pembelajaran serta produknya itu juga harus menghasilkan diferensiasi seperti yang dihasilkan di awal,” ucap Dr. Hari.
Menurutnya, konsep pembelajaran ini adalah ingin menggali kebutuhan-kebutuhan yang ada di peserta didik. Selama ini kadang-kadang guru hanya menerapkan keinginannya, yang penting tercapai apa yang diberikan atau materi yang didapatkan. Tetapi sekarang berbeda, kita berpedoman ke kurikulum merdeka dimana disitu ada elemen, CP, ATP, MA dan lainnya.
“Semua harus digali persiapan, minat dan gaya belajar, sehingga dari konsep itulah Diferensiasi learning menggali kebutuhan anak tidak berdasarkan keinginan guru,” ujarnya.
Lanjut Dr. Heri, instruksi dari kementerian semua SMK se-Indonesia harus menggunakan sistem ini, tetapi untuk di Kabupaten Tulungagung SMKN 1 Rejotangan mengawali. Apalagi saya diundang untuk memberikan materi KKTP yang merupakan konsep di kurikulum merdeka.
“KKTP merupakan migrasi dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang menjadi kriteria Ketercapaian tujuan pembelajaran. Perbedaannya tidak terlalu menonjol, akan tetapi substansinya yang berbeda,” lanjutnya.
Selain itu, paparnya, ketika di kurikulum 13 menentukan KKM itu berdasarkan nilai rasio yang merupakan nilai kuantitatif yang mutlak dan absolute. Tetapi sekarang KKTP itu berdasarkan rubrik yang di interval, artinya Ketuntasan itu tidak berdasarkan absolute tetapi rentan nilai.
Jadi siswa bisa dikatakan tuntas atau tidak bukan karena kuantitatif yang harus minimal tetapi berdasarkan rentan.
“Dikatakan tuntas atau tidak tuntas bukan karena kuantitatif yang harus minimal 75, tapi berdasarkan rentan tergantung guru mata pelajaran yang mendesain terkait KKTP menyangkut dengan evaluasi Ketuntasan belajar anak anak di sekolah masing-masing,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Rejotangan, Masrur Hanafi menyampaikan, menghadapi tahun pelajaran baru seluruh guru atau tenaga pendidik SMKN 1 Rejotangan di move on yaitu tentang inovasi, improfisasi, eksplorasi dan eksploitasi kemampuan guru. Selasa, (11/7/2023).
Kegiatan tersebut, merupakan hal biasa setiap tahun diadakan pada setiap menjelang tahun pelajaran baru.
“Ini merupakan hal biasa setiap tahun menjelang tahun pelajaran baru selalu dilakukan IHT. Pada intinya, terdapat empat hal yang merupakan ruh dari kegiatan IHT itu diantaranya, filosofi, psikologi, sosiologi dan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,” kata Hanafi.
Ia menerangkan, sebenarnya filosofinya tetap sama, kurikulum itu tujuan akhirnya hasil dari proses pembelajaran dua macam Avektif dan kognitif. Kalau dulu bahasanya Budi pekerti karakter dan kepintaran.
“Dari tahun 1975 hingga sekarang bentuk kurikulum tidak berbeda namun hanya bahasa dan kemasannya berbeda,” terangnya.
Hanafi menjelaskan, kemasan beda ini harus move on pada setiap guru. Apa move on nya, yaitu tadi tentang psikologinya, sosiologinya dan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
“Inti dari semua kurikulum yaitu, menghasilkan lulusan yang punya karakter, karakter building dan sisi akademik,” pungkasnya.(Dst).