RDP Dengan BUMN Farmasi, Nasim Khan Minta Bio Farma Kerja Hati-hati

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Politisi muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Komisi VI DPR RI membidangi Industri dan Perdagangan, Ir H M Nasim Khan mengingatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang farmasi tidak bekerja sembrono sehingga memunculkan kontroversi yang mengakibatkan kegaduhan di masyarakat.

“Jangan mempermainkan masalah keumatan, apalagi ini menyangkut jiwa dan kesehatan anak bangsa khususnya soal vaksin. Saya meminta bekerja hati-hati sehingga tidak memunculkan kontroversi di masyarakat,” tegas wakil rakyat Dapil III Provinsi Jawa Timur tersebut.

Hal ini dikatakan Nasim Khan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk dan Direktur Utama PT Indonesia Tbk terkai tindak lanjut penjelasan kasus pemalsuan antigen dan proses pembuatan vaksin di Ruang Rapat Komisi VI Gedung Nusantara I Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (25/5).

Dalam RDP tersebut hadir Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Honesti Basyir, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Verdi Budidarmo dan Direktur Utama PT Indofarma Tbk, Arief Pramuhanto. RDP dipimpin Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima membahas kasus penggunaan rapid test antigen di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Pada kesempatan itu, Nasim menyinggung isu global soal Covid-19 yang membuat masyarakat dibawah kelimpungan karena terdampak langsung dengan pandemi yang telah merenggut jutaan jiwa manusia itu sejak virus itu muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China akhir 2019.

Pada saat kondisi demikian, kata Nasim Khan, semestinya instansi terkait bekerja dengan hati-hati agar masyarakat yang tengah didera pandemi ini tercerahkan. “Harus ada komunikasi, koordinasi yang baik. Sebab kasus ini bisa dikatakan kezaliman, karena gara-gara antigen palsu masyarakat menjadi korban,” tegas.

Dalam kesempatan itu, Honesti Basyir mengungkapkan, Indonesia baru saja menerima vaksin Covid-19 tahap ke-13 delapan juta dosis. Vaksin produksi perusahaan Farmasi China, Sinovac itu dalam bentuk bulk atau bahan baku untuk kemudian diproduksi Bio Farma.

Dengan tambahan delapan juta dosis vaksin Sinovac, total bahan baku vaksin yang sudah diterima Bio Farma 73,5 juta dosis. Dari jumlah itu, sudah diproduksi 51,3 juta dosis yang siap disuntikkan kepada masyarakat.

“Yang sudah diproduksi Bio Farma 51,3 juta dosis. Dan, kita sudah dapat rilis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 33 juta dosis. Masih ada 18,35 juta dosis yang masih dalam proses rilis BPOM. Untuk total vaksin produksi Bio Farma yang sudah didistribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 32,3 juta dosis,” kata Honesti.

Bila digabungkan dengan vaksin jadi yakni 3 juta dosis vaksin Sinov serta 4,5 juta dosis vaksin Astrazeneca, total yang sudah didistribusikan 39,8 juta dosis.

Sedangkan realisasi sampai saat ini 24,9 juta dengan rincian Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan 1,5 juta dosis pertama dan dosis kedua 1,4 juta, warga lanjut usia (lansia) 3,1 juta dosis pertama dan 2,1 juta dosis kedua, petugas publik 10,4 juta vaksinasi dosis pertama dan dosis 6,5 juta dosis untuk vaksinasi tahap kedua.

Diungkapkan, Bio Farma juga telah membuat rencana produksi serta rilis produksi. Total yang akan diberikan kepada Pemerintah untuk program vaksinasi hingga Oktober tahun ini 125,5 juta dosis, terdiri dari 3 juta dosis vaksin jadi dan 122,5 juta dosis vaksin yang diproduksi Bio Farma.

“Informasi yang disampaikan sebelumnya, total kapasitas produksi kami 250 juta dosis per tahun. Tetapi dari beberapa proses Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dilakukan perbaikan untuk efisiensi, kapasitas bisa ditingkatkan menjadi 267,7 juta dosis per tahun,” demikian Honesti Basyir. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait