SURABAYA, Beritalima.com|
Universitas Airlangga kembali menggelar kegiatan pengukuhan guru besar. Kegiatan yang dikemas dalam Sidang Terbuka Universitas Airlangga dalam Pengukuhan Guru Besar itu, mengukuhkan tiga guru besar baru di lingkungan UNAIR pada Rabu (27/10/2021).
Di antaranya adalah Prof. Nurul Barizah, S.H., LL.M., Ph.D dalam bidang Ilmu Hukum Internasional, Prof. Dr. Retno Sari, M.Sc., Apt dalam bidang Ilmu Farmasetika, Prof. Dr. Yudi Her Oktaviono, dr. Sp.JP(K) FIHA dalam bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler.
Dalam kesempatan itu, Rektor UNAIR Prof. Nasih mengungkapkan dengan adanya tambahan 3 guru besar akan menambah energi bagi Universitas Airlangga untuk bisa terus berbakti, mengabdi dan memberikan kemanfaatan bagi umat manusia baik secara lokal, nasional hingga global.
”Dengan adanya gagasan atau ide yang disampaikan oleh 3 guru besar ini, kita semakin optimis tentang masa depan Universitas Airlangga, Indonesia dan masa depan peradaban dunia yang saat ini kita alami bersama,” terang Prof Nasih.
Menurutnya, dibalik gagasan yang disampaikan para guru besar, ada hal yang harus dipahami bahwa saat ini dunia tidak sedang baik-baik saja. Ketika dunia menganjurkan untuk demokratisasi bahkan liberalisasi serta kebebasan untuk menyampaikan hak dan pendapat, dibalik itu ternyata ada banyak aturan yang mengekang. Ada banyak hal yang menyebabkan perilaku kita menjadi sangat terbatas.
“Ada banyak aturan yang dibuat sendiri malah justru membuat kita terjerat dan membatasi kebebasan kita untuk menjadi lebih mulia dan sejahtera. Sementara, yang seringkali didengungkan pada kita adalah manisan-manisan atau permen yang dipandang sebagai hal yang sangat baik dan harus kita telan bersama,” papar Prof Nasih.
Pada proses pengukuhan guru besar itu, ketiga guru besar memberikan orasi ilmiah terkait kemajuan keilmuan masing-masing bidang. Prof Nurul menyampaikan orasi bertajuk “Fleksibilitas Perjanjian Trips dan Model Inovasi Terbuka sebagai Solusi Global yang Adil untuk Akses untuk Obat-Obatan dan Vaksin Menghadapi Pandemi Covid-19”.
Prof Retno menyampaikan orasinya tentang “Potensi dan Aplikasi Kitosan sebagai Biomaterial di Bidang Teknologi Farmasi dan Biomedis”.
Dan Prof Yudi menyampaikan orasinya yang bertajuk “Sel Punca Pembuluh Darah, Harapan Baru Terapi Regeneratif Penyakit Jantung Koroner”.
Dengan adanya gagasan tersebut, Prof Nasih mendorong para guru besar untuk bisa tampil menyuarakan dan mengkampanyekan ide berupa riset sebanyak-banyaknya dan mendiseminasi hasil riset ke seluruh penjuru dunia agar kesetaraan dan kebebasan yang sebenarnya bisa terwujud secara nyata.
Diharapkan para ilmuwan yang dimiliki UNAIR dapat terus menerus mengkampanyekan inovasi yang dimiliki dan diproduksi oleh ilmuwan UNAIR sendiri.
“Kami sangat berharap guru besar baru kita akan segera mengajak kita keluar dari satu zona nyaman ke zona nyaman berikutnya. Intinya kita tidak berada pada satu zona nyaman dengan waktu yang sangat lama. Dibutuhkan adanya inovasi dan riset yang terus berkelanjutan,” tutupnya. (Yul)