Oleh :
Rudi S. Kamri
Beberapa hari ini timeline medsos saya banyak terkontaminasi dengan pro-kontra rencana reuni akbar Persaudaraan Alumni 212. Jujur sebetulnya saya tidak tertarik untuk membahas tentang mereka, karena saya sudah sangat muak tingkat dewa melihat kelakuan orang- orang munafik bin sontoloyo yang selalu dan selalu menggunakan agama sebagai tameng agenda politik mereka. Semakin mereka berbusa-busa berdalih macam-macam, semakin kemunafikan mereka nampak kentara.
Tapi kali ini saya harus bicara keras melalui tulisan saya, karena hanya ini yang mampu saya lakukan untuk melawan berbagai lagak kemunafikan mereka.
*BOHONG BESAR* kegiatan Reuni PA 212 adalah kegiatan keagamaan. Kegiatan mereka hanya ‘show of force’ dukungan terhadap Prabowo Sandi. Sah-sah saja mereka mendukung siapa saja, itu hak mereka. Namun yang membuat muak adalah melihat cara mereka berbohong seolah-olah tidak ada hubungannya dengan Pilpres 2019. Anggapan mereka bahwa rakyat mudah dikadali dengan kebohongan mereka itu adalah penistaan akal sehat orang waras. Saya lebih menghargai mereka bicara jujur, karena secara konstitusional toh dukungan mereka kepada siapa saja itu sah-sah saja.
Mari kita lihat siapa yang akan hadir dalam acara reuni di Universitas Terbuka Monas Jakarta Minggu, tanggal 2 Desember 2018. Pasti wajah-wajah kelompok toko sebelah yang akan hadir. Prabowo, Sandiaga, Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Sohibul Iman, Fadli Zon, Ahmad Dhani, Naniek S.Deyang, Dahnil Azar Simanjuntak, Eggi Sudjana, Tommy Soeharto, Titiek Soeharto, Buni Yani, Jonru Ginting, Tengku Zulkarnain, Zulkifli Hasan dan para kroco-kroco dan cheerleader mereka pasti akan hadir. Wil see !!!
*ANIES BASWEDAN* adalah bagian dari mereka. Ini sudah saya bahas dalam tulisan saya terdahulu. Ini fakta sejarah dan tidak perlu diingkari. Anies Baswedan bisa naik tahta menjadi Gubernur DKI Jakarta atas keringat kelompok aksi 212 itu juga fakta yang tidak bisa dibantah. Jadi sangat mustahil seorang Anies Baswedan mau dan berani membatalkan persetujuan penggunaan Monas untuk kegiatan reuni PA-212, seperti tuntutan teman-teman komunitas Jaga Indonesia dalam demo tanggal 29 November 2018. Bahkan untuk menemui perwakilan demostran saja Anies Baswedan tidak berani. Kita tahu pasti nyali Anies yang sebesar upil tidak akan berani bunuh diri dengan menemui pendemo. Bisa diucel-ucel rambut keritingnya oleh orang FPI.
*HTI PASTI AKAN MEMBONCENG*. Ini suatu keniscayaan sejarah yang tidak bisa dipungkiri. Pendukung utama kelompok aksi 212 adalah kelompok-kelompok yang masih berhalusinasi ingin menjadikan Indonesia bagian dari kekhilafan dunia. Meskipun secara formal HTI sudah dibubarkan, orang-orang eks HTI masih sangat eksis dimana-mana. Apalagi ide mereka juga mendapat angin segar dukungan dari FPI dan kelompok-kelompok radikal lainnya. Dan mereka semakin merasa di atas angin karena mereka juga melakukan permufakatan jahat ‘mutualism symbiosis’ (kerjasama saling menguntungkan) dengan para politikus busuk yang pragmatis ingin berkuasa. Namun nanti perkiraan saya mereka akan bermain tidak bodoh seperti biasanya. Mereka pasti melarang simpatisannya membawa bendera HTI atau ISIS. Kita lihat saja nanti.
Sekarang tinggal intelijen negara yang bekerja. Apakah perkiraan saya benar adanya ?
*Bagaimana kita harus bersikap ?*
Kalau menurut saya, biarkan saja mereka. Saya yakin kuantitas massanya tidak akan sebesar 2 tahun yang lalu. Saya yakin tidak akan terjadi mobilisasi massa besar-besaran khususnya dari Jawa Barat dan Banten. Selain sudah banyak yang berpindah ke lain hati ke kubu Jokowi-Ma’ruf Amin dan tidak dukungan dari MUI Jawa Barat dan FUB, kubu Prabowo Sandi saat ini juga lagi megap-megap penyediaan dana logistiknya. Jadi secara rasional dana kampanye mereka yang cekak itu tidak akan mungkin dicurahkan pada kegiatan yang ada kemungkinan akan tersapu oleh hujan.
Jadi sekali lagi biarkan saja. Karena semakin kita lawan mereka, perlawanan mereka akan semakin mengeras dan membesar. Dan gerakan mereka akan semakin menjadi ‘spotlite’ pemberitaan media. Harus kita sadari bahwa secara konstitusional kegiatan mereka dijamin UU. Namun kalau ada penyimpangan, biarkan aparat hukum yang bekerja.
Saya juga tidak sependapat dengan akan adanya aksi tandingan yang akan dilakukan Kapitra Ampera dkk. Selain berpotensi menimbulkan gesekan horizontal, juga akan berpotensi menjadi pencitraan negatif bagi ke
Jokowi. Jadi biarkan saja alumni abal-abal itu bereuforia. Anggap saja itu kampanye Prabowo Sandi sambil bagi-bagi nasi bungkus ala kadarnya kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Bagi kaum pinggiran, kegiatan berwisata ke Monas itu suatu kemewahan lho. Jangan diledek, karena hanya itu kemampuan mereka.
Lalu ada yang bilang, betulkah reuni 212 terkontaminasi juru kampanye Prabowo Sandi ? Jawabannya : *TIDAK BETUL !!!* Bagaimana dikatakan terkontaminasi, wong itu memang termasuk dalam agenda mereka kok. Disamping itu mereka kan satu kubu, bagaimana mau terkontaminasi ?
So, masih ngotot bahwa Reuni 212 hanya kegiatan keagamaan, Dul ? Preeeettt…….
Dosa kalian numpuk-numpuk lho. Sudah ngajak Gusti Allah berkampanye, masih pake bohong juga …… duuuuh Gusti Pangeran, ampuni kebodohan mereka !!!
*Salam SATU Indonesia*
30112018