Ribuan Ikan Di Telaga Ngebel Ponorogo, Mabuk

  • Whatsapp

PONOROGO, beritalima.com- Ribuan ikan berbagai jenis dan ukuran di wisata Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur ‘mabuk’ oleh munculnya belerang dari dasar telaga. Ikan yang sebagian besar milik warga yang diternak dalam keramba ini, akhirnya dipanen dini. Sedangkan yang mati, dibiarkan dan tidak dikonsumsi.

Salah satu peternak ikan karamba, Soni Ariyanto, mengatakan, fenomena ikan mabuk ini mulai terjadi pada. Jumat (10/2) malam lalu dengan tanda munculnya ikan dan lobster ke permukaan dan tepian telaga dengan limbung.

“Ini sudah sering terjadi. Hanya saja kali ini kok ya di Februari. Biasanya di Agustus saat cuaca ekstrim,” kata Soni, kepada wartawan, Rabu 15 Pebruari 2017.

Fenomena ikan mabuk ini terjadi, karena dari dasar telaga muncul gas belerang. Dari penelitian beberapa pihak, lanjut Soni, gas ini muncul karena adanya pergerakan lapisan tanah di bawah dasar telaga. Air berubah menjadi keruh dan berwarna kehijauan. Air juga tampak pekat dan keruh. Kandungan oksigen pun berkurang.

“Karena di dalam air tidak ada oksigen, ikan mencarinya ke permukaan. Ikan pun lemas dan akhirnya mati,” tambah Soni.

Hal ini terjadi pula pada ikan yang dipelihara di dalam karamba milik kelompok peternak ikan di Ngebel. Karena itu, para peternak ikan pun terpaksa memanen dini ikan mereka.

“Ini penyelamatan. Ikan yang belum waktunya dipanen akhirnya kami panen dan dijual dengan harga murah daripada merugi lebih banyak. Bisa juga jadi daya tarik wisata karena fenomena ikan mabuk ini. Dan yang harus diketahui, ikan ini bukan kena racun, hanya kehabisan oksigen jadi tetap aman dikonsumsi,” ungkapnya.

Sejak Jumat malam, diperkirakan sudah hampir 1 ton ikan yang terlihat mabuk. Sekitar tujuh kwintal telah diambil dan segera dijual dalam keadaan segar. Sedangkan yang lainnya akhirnya mati mengambang di telaga yang menjadi ikon wisata di kota Reog.

Peternak ikan karamba lain, Rahmat, mengatakan, saat ini ikan mabuk dijualnya dengan harga sekitar Rp.25 ribu per kilogram. Ikan-ikan ini dikemas dalam ikatan dengan ukuran ikan yang bervariasi. “Mau ikan nila, ikan ngongok atau yang lain sama saja. Mau besar atau kecil ya harganya segitu,” kata Rahmat.

Rahmat menyebut, kejadian ini adalah kerugian bagi para peternak ikan karamba di telaga Ngebel. “Ya jadinya kerugian bagi kami. Karena harga normal ikan nila ukuran konsumsi adalah Rp.33 ribu sampai Rp.35 ribu perkilogram. Sekarang cuma Rp.25 ribu. Rugi 70% an kami. Ya pakan ya tenaga. Kalau mati semua tambah rugi 100% ,” keluhnya.

Menurutnya lagi, fenomena ikan mabuk akibat naiknya gas belerang yang oleh warga setempat disebut ‘sapon’, sebenarnya sering terjadi. Tidak ada yang tahu sejak kapan fenomena ini terjadi, namun empat tahun terakhir, sapon tidak terjadi.

Rahmat dan Soni menyatakan mereka tidak bisa berbuat banyak atas fenomena ini. Sebab yang terjadi adalah peristiwa alam. “Bahkan dinas pun (Bidang Perikanan Dinas Peternakan Kabupaten Ponorogo) tidak bisa berbuat apa-apa. Tadi mereka cuma keliling mengamati dan kami pun meneriaki mereka. Dan kami menyayangkan hal itu,” kata Soni.

Saat ini ada tiga kelompok tani perikanan dengan sekitar 30 anggota yang beternak ikan di telaga Ngebel. Jumlah ikan yang disebar oleh masing-masing peternak sangat bervariasi. Mulai dari 3 ribu ekor hingga 7 ribu ekor ikan jenis nila. Biasanya mereka menyuplai warung-warung lesehan nila bakar di tepi telaga Ngebel. (Rohman/Dibyo).

Foto: Dibyo/beritalima.com

beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *