SURABAYA, beritalima.com – Tidak semua masyarakat bernafas lega atas digratiskannya Jembatan Suramadu. Masyarakat Surabaya, terutama para pegiat anti narkoba yang tergabung dalam Garda Mencegah Dan Mengobati (GMDM), justru semakin risau.
Ormas anti narkoba ini mengkhawatirkan peredaran narkoba dari Madura ke Surabaya semakin merajalela. Bahkan, disinyalir para bandar dan pengedar narkoba di pulau yang sudah dikenal sarang narkoba itu kian aktif memasarkan ‘barang’ ke luar Pulau Madura.
Ketua DPW GMDM Surabaya, Yayuk Sri Wahyuningsih, mengutarakan itu di acara prescon Deklarasi Pahlawan Anti Narkoba di Gelora 10 Nopember Surabaya, Minggu (4/11/2018). Acara yang dihadiri Sekjen DPP GMDM, Ketua dan pengurus GMDM Jatim, serta pengurus dan anggota GMDM Surabaya, ini diikuti sekitar 2.500 pelajar dan guru dari 40 sekolah di Surabaya.
Yayuk mengatakan, Deklarasi Pahlawan Anti Narkoba ini sangat penting, terutama bagi pelajar di Surabaya. Karena, lanjut dia, sekarang ini kondisinya sangat rawan. Sebanyak 75 persen dari penyalahguna narkoba di Surabaya adalah para pelajar.
Yayuk juga menyebutkan, dampak dari digratiskannya Jembatan Suramadu terhadap peredaran narkoba di Surabaya sangat luar biasa. “Kita tahu Madura itu tempatnya. Sarangnya di sana, sehingga arahnya ke Surabaya,” kata Yayuk serius.
Karena itu, “Sekarang ini kami harus membentengi adik-adik, anak-anak dan masyarakat Surabaya, jangan sampai kena narkoba,” lanjutnya, sembari menyebut berbagai kegiatan yang telah dilakukan di antaranya sosialisasi ke sekolah-sekolah, kegiatan olahraga seperti senam dan turnamen futsal, yang tujuannya untuk mencegah dan menghindarkan mereka dari narkoba.
Yayuk meyakini kemudahan menyeberang dari Surabaya ke Madura dan sebaliknya akan dimanfaatkan lebih maksimal oleh para bandar. Mereka merasa lebih nyaman dan leluasa untuk bergerak membawa dan mengedarkan narkoba.
Sekjen DPP GMDM, Fernando Sihombing, di tempat yang sama menegaskan, serbuan asing terhadap generasi muda Indonesia memang tidak main-main. Volume pasokan narkoba untuk meracuni kaum muda Indonesia bukan hanya ratusan kilogram, tapi sudah berton-ton.
Jika Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia sudah darurat narkoba, menurut Fernando, pihaknya justru menyatakan Indonesia telah dalam situasi perang melalui narkoba.
Karena itu, lanjut Fernando, kita tidak boleh diam. Deklarasi Pahlawan Anti Narkoba yang digagas GMDM Surabaya ini diharap menjadi momentum untuk perang melawan narkoba.
“Kami akan mengaktifkan seluruh kepengurusan GMDM daerah lain di Indonesia untuk mengikuti jejak Surabaya,” ujarnya. Saat ini kepengurusan GMDM sudah terbentuk di 30 provinsi dan 140 kabupaten/kota.
Dalam acara deklarasi yang juga dihadiri wakil dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Surabaya ini diawali dengan senam sehat bersama, dan disertai dengan aksi tanda tangan di kain putih panjang bertuliskan Deklarasi Pahlawan Anti Narkoba.
Bunyi Deklarasi Pahlawan Anti Narkoba yang dibacakan di acara itu intinya menyebutkan, menolak peredaran dan penyalahgunaan narkoba, menyatakan perang terhadap peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba, menggalakkan semangat “Say No To Drugs” dalam bentuk pendidikan, penerangan, dan penyuluhan anti narkoba di sekolah, kampus, komunitas, maupun masyarakat pada umumnya.
Selain itu juga bersungguh-sungguh dalam upaya pemberantasan dan penanganan kasus-kasus narkoba, berkomitmen akan selalu turut serta mewujudkan Surabaya Bersinar (Bersih Narkoba) dan Indonesia Bersinar, berkomitmen terhadap diri sendiri untuk selalu menjadi contoh sebagai generasi yang bebas dan bersih dari narkoba.
Dan yang terakhir, berkomitmen untuk selalu mendukung dan membantu segenap daya upaya Pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam memberantas dan menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. (Ganefo)