Ridwan Hisjam: Munas Golkar 2019, Inkonstitusional

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com | Meskipun DPP Partai Golkar dibawah kepemimpinan Airlangga Hartanto telah mengumumkan kepengurusan yang baru, namun menurut politisi Golkar, Ridwan Hisjam, Munas Golkar yang digelar Desember 2019 lalu, dinilai inkonstitusional alias tidak sah.

Alasannya, banyak aturan yang dilanggar dalam menetapkan Airlanga sebagai Ketua Umum (Ketum).

Karenanya, ia tidak mau masuk menjadi pengurus partai berlambang pohon beringin itu.

“Saat itu Munas tidak melewati proses atau tahapan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar. Loncat-loncat baru pleno ketiga, sudah aklamasi penetapan ketum. Kan tahapanya waktu itu ada di pleno keenam,” terang Hisyam, Kamis 16 Januari 2020.

Bahkan ia masih merasa menjadi calon ketua umum yang sah. Dalam Munas kemarin, ia tidak mundur dan tidak dimundurkan oleh partai.

“Sangat wajar jika saya tidak masuk dalam kepengurusan yang baru. Kalau kenyataanya ada aklamasi ya silakan saja. Tapi saya masih calon ketua umum yang sah, belum mundur dan dimundurkan oleh partai. Kalau pun saya kalah juga ada skornya 1-0 atau kalau ada suaranya 400 itu berapa 400-20 atau 400-10 atau 400-0. Ini berapa? Khan tidak ada,” tandasnya.

Saat Munas, Hisjam satu-satunya calon ketum yang menyampaikan visi misi dan gagasan paradigma baru Partai Golkar. Ide cemerlang tentang pembaharuan Partai Golkar, ia sampaikan ke publik untuk perbaikan Partai Golkar. Karenanya, jika ia masuk kepengurusan yang baru, jelas tidak sesuai dengan ide dan gagasannya.

Meski tak masuk pengurus, iattetap membangun komunikasi yang baik dengan Airlangga. Bahkan saat dirinya berangkat ibadah umrah, meminta izin dulu ke Airlangga.

“Komunikasi baik, kemarin sebelum umrah saya minta izin dan Airlangga mendoakan semoga mabrur,” katanya.

Hanya saja, lanjutnya, komunikasi dengan Airlangga tidak pernah membicarakan masalah oganisasi partai. Pasca Munas, ia juga belum bertemu dengan Airlangga. Ada dua agenda di DPR dengan Airlangga, namun Ridwan mengaku tak bisa datang karena ada tugas di luar kota.

“Belum pernah ketemu karena memang pas kebetulan saya ada acara lain. Hubungan saya dengan Airlangga tetap baik, komunikasi masih jalan,” tuturnya.

Saat ditanya apakah akan mendukung kepengurusan yang baru, menurutnya ini bukan persoalan dukung mendukung. Namun yang pasti dirinya adalah kader Golkar yang loyalitasnya tak perlu diragukan. Bahkan ia adalah kader yang sudah lama berkiprah di Golkar jauh sebelum Airlangga.

“Secara umur dan kiprah di partai saya lebih senior dari Airlangga. Jadi saya tentu sangat loyal terhadap partai. Tapi loyalitas saya itu bukan untuk orang per orang, tapi untuk partai,” pungkasnya. (Red).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *