Ruwat Sukerta dan Panyepuhan Ilmu Kanuragan di Padepokan Puspa Gondani Wonosobo

  • Whatsapp

WONOSOBO, beritalima.com – Bulan Sura bagi orang Jawa memiliki arti tersendiri, apalagi bagi penganut ilmu kejawen. Begitu sakralnya bulan ini, acara-acara tertentu hanya dapat dilakukan di bulan ini namun ada juga acara yang tidak boleh dilakukannya.

Padepokan Puspa Gondani bagi masyarakat Wonosobo bukan tak asing lagi. Padepokan yang terletak di Kelurahan Wonoroto Kecamatan Watumalang ini memiliki ratusan murid dari berbagai pelosok penjuru tanah air. Pada Sabtu malam (6/10) padepokan ini melakukan ritual ruwat sukerta dan panyepuhan ilmu kanuragan.

Bacaan Lainnya

Menurut Romo Kutik Wisnu aji acara ini hanya dilakukan sekali setahun di bulan Sura dan diikuti oleh para muridnya yang tersebar di berbagai kota dan propinsi sedangkan ruwatan dilaksanakan 40 hari sekali.

“Mereka tiap tahun datang kesini selain untuk saling bersilahturahmi karena jarang bertemu langsung juga masing-masing memiliki tujuan khusus.” Jelas pemimpin padepokan ini.

“Dalam suasana alam seperti ini seyogyanya tidak usah saling menyalahkan sesama,tapi saling koreksi diri karena sehebat- hebatnya orang pasti punya banyak kekurangan dan kesalahan dan sejelek-jeleknya orang pasti ada sisi kebaikannya.” Tutur Romo Kutik.

Tampak para murid Romo Kutik Wisnu aji yang datang pada Malam Minggu Kliwon menurut hari dan pasaran Jawa  berasal dari seputar Kabupaten Wonosobo, Jember – Jatim, Bogor – Jabar dan dari luar pulau juga.

“Kita berkumpul di disini untuk menjaga tali silaturrahmi dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Syarat untuk menjadi murid di padepokan sini harus hafal Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.” kata Tuti dari Bogor.

Senada disampaikan Mas Nur dari Jember yang menuturkan kedatangannya kesini selain jalin silahturahmi juga bertukar pendapat guna menambah wawasan dan memperbaiki diri.

Paginya semua peserta ritual mengikuti ziarah di Petilasan Sanggrahan Sapta Pratala dan Gua Semar.

Padepokan ini memiliki semboyan “Menang sanes tiyang ingkang ngasoraken tiyang sanesipun namung ingkang saged ngayomitiyang sanes.” (menang bukan orang yang mengalahkan orang lain tetapi orang yang bisa mengayomi orang lain. Red). (Faut)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *