Ryadlus Sholihin Firdaus, S.Th.I,
Alumni PMII, Pencetus GéSITH (Gerakan Sedekah Infaq Tiap Hari)
SURABAYA, Beritalima.com | Gerindra, Gerakan Indonesia Raya, tentu sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia. Didirikan oleh Prabowo Subianto pada 6 Februari 2008 lalu, Gerindra terus meroket hingga menjadi partai terbesar kedua secara nasional. Berplatform garuda, Gerindra sangat piawai adaptif dengan perkembangan masyarakat, terutama kebutuhan masyarakat terhadap pemimpin. Salah satu awal kesuksesan Gerindra, khususnya di Jawa Timur adalah pada saat Gerindra berhasil mengakomodir banyak kader potensial Nahdliyin masuk dalam gerbongnya. Sehingga, DPD Gerindra Jawa Timur kini berada di bawah nahkoda seorang politisi santri, kader NU tulen. Adalah Anwar Sadad, politisi asal Sidogiri, Pasuruan, 27 November 1973, yang secara terang-terangan menjadikan Gerindra sesuai kultur Jawa Timur, yaitu masyarakat Nahdliyyin.
Out of the box. Setidaknya slogan tersebut sangat sesuai dengan pola kepemimpinan Anwar Sadad atau yang bisa saya sapa Mas Sadad. Keberaniannya menampilkan nuansa kental NU dalam banyak acara Gerindra serta kepiawaiannya merangkul warga NU dengan guyonan segar serta gayeng, jelas sebuah identitas tokoh NU.
Saya pun teringat saat masa kuliah jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin di IAIN Sunan Ampel Surabaya, yang mana saya merupakan junior mas Sadad di PMII.
Saat mengemban amanah sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (BEM-FU) masa jabatan tahun 2004 – 2005, saya pernah menggagas kegiatan Seminar dan Lokakarya (SEMILOKA) dengan tema “Melacak Islam Nusantara”. Salah satu nara sumber pada Semiloka ini adalah salah satu Kyia NU yang Ahli sejarah Nusantara, alm. KH Agus Sunyoto yang baru saja wafat pada tanggal 27 April 2021 kemarin.
Tema “Melacak Islam Nusantara” ini saya diskusikan dengan Senior kami di Fakultas Ushuluddin yang juga penulis banyak buku NU, H. Choirul Anam di Gedung Astra Nawa. Cak Anam, nama akrabnya, yang saat itu memegang amanah sebagai ketua PKB Jawa Timur menyambut baik semiloka tersebut. Beliau mengarahkan agar kami intensif komunikasi dengan senior kami lainnya yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris PKB saat itu, H. Anwar Sadad, M.Ag. Saat itu Mas Sadad baru saja terpilih menjadi salah satu anggota Fraksi PKB di DPRD Jawa Timur periode 2004 – 2009.
Dari momentum inilah saya semakin sering komunikasi dengan Mas Sadad, tokoh muda NU yang sudah empat periode menjadi anggota DPRD Jawa Timur. Bahkan di periode ini, Mas Sadad menduduki kursi Wakil Ketua DPRD Jawa Timur.
Dan sekarang, saat mas Sadad menjadi ramai diperbincangkan terkait komposisi Gerindra Jatim pasca berhasil menjadi nahkoda definitif DPD Gerindra Jawa Timur setelah sebelumnya ketua Plt., saya kira ini bukti kecerdasan dan intusisi tajamnya. Saya yakin, Mas Sadad memang pemimpin dan politisi yang sangat jeli dan detail dalam mengatur strategi. Analisanya sangat tajam. Dan ini yang menjadikan saya tidak heran kenapa Mas Sadad secara gentle memasukkan banyak wajah baru dalam kepengurusannya. Wajah-wajah yang dikenal memiliki grass root yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, beberaapa sangat identik dengan kultur Nahdiliyyin.
Diantara nama baru yang saya kenal baik dalam struktur kepengurusan DPD Gerindra Jawa Timur saat ini adalah ning Lia Istifhama, putri dari kiai saya, alm. KH Masykur Hasyim yang merupakan Pendiri Asrama Mahasiswa Raudlatul Banin dan Raudlatul Banat. Sebagai salah satu santri pertama yang menghuni asrama mahasiswa Raudlatul Banin, saya sangat kenal ning Lia. Beliau adalah sosok sederhana yang senang berdiskusi dan membawa tumpukan buku setiap keluar dari perpustakaan kampus. Sebagai putri tokoh NU Jawa Timur, Ning Lia sangat cerdas. Dengan kecerdasannya itu Ning Lia berhasil menuntaskan studi reguler strata satu di IAIN Sunan Ampel sekaligus di UNAIR pada saat yanag bersamaan.
Seperti halnya dengan mereka yang kenal ning Lia, saya pun terkejut namanya masuk dalam Gerindra. Selain karena Beliau adalah Putri Mantan ikon dan Ketua PPP Jawa Timur, sebelumnya Ning Lia sempat muncul sebagai salah satu kandidat bakal calon Wali Kota Surabaya. Bahkan namanya sempat mjuncul dalam salah satu bakal calon dari partai terbesar di Surabaya, PDIP.
Namun diamnya ning Lia saat ini dalam menanggapi muculnya nama beliau sebagai salah satu Wakil Ketua Gerindra Jawa Timur, menyadarkan saya bahwa ning Lia masih sama seperti dulu. Sosok yang selalu menjaga perasaan banyak orang. Dan saya salut dengan mas Sadad yang berhasil ‘mendekatinya’ ketika saya sangat yakin, banyak ketua Partai yang sebenarnya tertarik meminang dan menjadikannya sebagi bagian penting dalam keluarga besar mereka.
Mas Sadad, njenengan memang Toooop. (red)