Oleh: H. Asmu’i Syarkowi
Sabar, terdiri dari 5 huruf latin atau 3 huruf hijaiyah (“shad”, “ba”, dan “ra”). Terlalu mudah diucapkan tetapi tidak gampang dalam praktik. Dengan ilmu bahasa “othak-athik mathuk” biasanya para da’i professional bisa membuat uraian tentang makna 5 huruf latin atau huruf hijaiyah tersebut. Banyak orang mengucapkannya tetapi belum tentu bisa mengamalkannya. Atau, dalam hal tertentu mungkin kita bisa sabar, tetapi belum tentu dalam hal-hal lainnya. Orang-orang tua kita pun sering kita dengar menggunakan kata sabar sebagai kalimat bijak: “Orang sabar akan subur”. Tentang sabar ini, Rhoma Irama pun, bahkan secara khusus pernah menjadikannya sebagai sebuah lagu dengan judul “Pemarah”. “Jadi orang jangan pemarah/ salah sedikit naik darah/ kalau kita jadi pemarah/ teman jauh rezeki susah,” begitu antara lain senandungnya. Dengan lagu itu, pada pokoknya suami Rica Rachim ini, ingin mengajak kita jangan mudah jadi pemarah. Ajakan jangan jadi pemarah, tidak lain sama halnya dengan ajakan untuk “sabar”.
Meskipun sabar mudah diucapkan dan ternyata tidak mudah dipraktekkan, akan tetapi kita perlu terus membuatnya sebagai pesan harian. Dalam surat Al Ashr Allah telah mengingatkan mengenai pentingnya hal itu:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia pasti dalam kerugian. Kecuali, orang yang beriman, beramal salih, dan saling berwasiat tentang kebenaran dan saling berwasiat tentang kesabaran.” (Al Ashar, 1-3).
Pengartian Sabar
Sabar secara bahasa memiliki arti menahan, sedangkan dalam istilah sabar adalah menahan diri dari gundah dan rasa tidak terima, menjaga lisan dari celaan dan keluhan, serta menahan anggota badan dari berbuat yang buruk. Selanjutnya, Kata sabar dengan berbagai derivasinya, sebagaimana dikutip dari Al-Mu’jam Al Mufahras li al-Fazhil Qu’an, disebutkan lebih dari 100 kali dalam Al Quran.
Bagaimana pendapat para Ulama tentang sabar?
Dari hasil penelusuran penulis menemukan beberapa definisi mengenai sabar yang dikemukakan para ulama, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Ar-Raghib Al-Asfihani berpandangan bahwa sabar adalah kuat atau tahan ketika dalam keadaan sempit maupun sulit. Menurutnya, sabar juga berarti menahan hawa nafsu dari sesuatu yang dapat merusak akal dan syari’at.
2. Menurut M. Quraish Shihab, sabar adalah menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginan demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik.
3. Manurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, sabar adalah menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan amarah, menahan lidah dari keluh kesah, menahan tubuh dari kekacauan.
4. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.
5. Abu Ismail al-Harawi dalam Kitab Manazil as- Sairin, sabar adalah menahan diri dari hal-hal yang tidak disenangi dan menahan lisan agar tidak mengeluh dan sabar yang paling lemah adalah sabar karena Allah;
Dari pengertian di atas, pada pokoknya sering disimpulkan, bahwa sabar itu mencakup 3 hal yaitu:
– Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
– Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah.
– Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya.
Seorang yang sabar akan malaksanakan perintah Allah dengan senang hati sekalipun perintah itu, pada mulanya tidak disukai. Oleh orang yang beriman, kesediaan menjalankan perintah Allah ini karena dilandasi adanya keyakinan, bahwa setiap perintah yang harus dikerjakan akan membawa kebaikan. Kabaikan ini kalaupun tidak di dunia pasti akan dijumpainya di akhirat. Di samping itu, seorang yang sabar menjalankan perintah Allah karena yakin, bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya jauh lebih banyak dibanding kewajiban yang diperintahkan. Dengan demikian kesabaran menjalankan perintah, sejatinya juga merupakan bentuk syukur kepada Allah. Dalam hadits sahih, dapat kita jumpai bagaimana Sayidatina Aisyah sering masygul ketika melihat rasulullah SAW salat malam sampai kaki beliau bengkak. Kemasygulan Aisyah itu hanya dijawab oleh rasulullah dengan kalimat singkat: “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Seorang yang sabar tidak hanya sabar ketika menjalankan perintah Allah, tetapi juga ketika dihadapkan kepadanya hal-hal yang dilarang Allah. Apa yang yang dilarang oleh Allah ini sering muncul dalam bentuk kenikmatan dan keindahan. Seorang yang yang sabar akan dapat berpaling dari tampilan godaan tersebut karena ia yakin bahwa setiap yang dilarang oleh Allah untuk meniggalkannya itu pasti akan membawa keburukan jika dikerjakan. Jangankan sesuatu yang jelas dilarang, yang dianggap baik tetapi belum jelas hukumnya saja tidak dilakukan. Orang yang beriman dengan strata tinggi pasti yakin dan percaya, bahwa apa yang dianggap baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah. Meninggalkan sesuatu yang belum jelas hukumnya, dalam konsep tasawuf dikenal dengan istilah “wara”.
Seorang yang sabar juga tidak hanya sabar ketika menjalankan perintah dan menjauhi larangan (maksiat), tetapi juga sabar terhadap setiap ketentuan dari Allah. Baik ketentuan yang baik maupun yang buruk. Dalam Al Qur’an, ditegaskan, bahwa ketentuan baik dan buruk pada hakitnya adalah ujian: wanablukum bisyarri wal khoiri fitnah (Ali Imran 35)
Seorang biasanya bisa sabar dalam menerima ujian buruk, tetapi sering gagal bersabar dalam menerima kenikmatan berupa takdir baik. Banyak orang yang menerima takdir baik karena tidak sabar, justru lebih cepat terjerumus ke jurang kehancuran. Sebagai contoh, seorang yang dulu ketika hidup pas-pasan malah sering pergi berjmaah ke masjid. Akan tetapi, ketika kaya dan hidup berkecukupan malah jarang terlihat salat. Ketika dengar adzan dulu mudah bergegas ke masjid, tetapi setelah kaya ketika adzan berkumandang sering berada di mobil di tengah perjalanan bersama keluarga pergi ke tempat wisata atau hiburan lainnya. Dengan demikian benar kata oang bijak, bahwa diuji dengan kenikmatan (sebenarnya) jauh lebih berat ketimbang diuji kesengsaraan. Diuji kenikmatan sering membuat orang lupa, bahkan kufur, tetapi ketika diuji dengan kesengsaraan justru sering membuat seseorang justru mendekat dengan Allah.
Balasan orang sabar
1. Orang yang sabar akan mendapatkan balasan dengan tanpa hitungan dan dijamin masuk surga tanpa hisab.
Firman Allah SWT:
قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa hisab (batas). (Az-Zumar: 10) Mengenai ayat ini Al-Auzaiy mengatakan, bahwa pahala mereka tidak ditukar ataupun ditimbang, melainkan diberikan secara borongan tanpa perhitungan. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala mereka tidak diperhitungkan melainkan ditambah terus-menerus.
2. Sabar dan salat, menjadi media minta pertolongan apapun dan orang yang sabar akan selalu disertai Allah:
Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 154)
Ibnu Katsir menerangkan makna ayat tersebut yakni Allah SWT menjelaskan bahwa sarana yang paling baik untuk menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak shalat.
Hubungan Sabar dengan Puasa Kita
Puasa adalah menahan dari makanan dan minuman atau dari apa pun yang dapat membatalkan puasa. Durasi waktunya, dari sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Orang yang sedang berpuasa, selama hampir 12 jam lebih, setiap hari selama 29 hari atau 30 hari harus menjauhi apapun yang dapat membatalkan puasa. Ketika ada makanan di hadapannya sekalipun lapar, dia harus menahan diri untuk tidak menyantapnya. Ketika ada minuman, sesegar apa paun, tidak akan diminumnya meskipun rasa dahaga menderanya. Apalagi, jika puasa menurut sufi tidak hanya diartikan secara fisik, seperti menahan makan minum dan bersetubuh dengan pasangan di siang hari.
Menurut orang sufi, puasa juga diartikan puasa secara non fisik ( batin ). Selain menahan diri dari makan minum dan bersetubuh dengan pasangan di siang hari juga puasa batin. Puasa batin dimaksud ialah menahan diri dari segenap yang dapat membatalkan pahala puasa, baik berupa tindakan, ucapan, atau pikiran, seperti menggunjing, mengadu domba, berkata bohong. Hal-hal ini secara fikih memang tidak membatalkan puasa, tetapi oleh orang-orang sufi diyakini dapat membatalkan pahala puasa. Fakta yang tidak dapat dipungkiri ialah adanya hadits nabi: “Banyak orang puasa tetapi tidak mendapat pahala sedikitpun, kecuali hanya lapar dan dahaga”. Orang sufi meyakini adanya penyebab pahala itu gugur. Penyababnya ialah, karena ketika berpuasa, kita hanya puasa jasmani (tidak makan dan minum ) bukan puasa rohani.
Orang puasa juga dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al Qur’an atau memperbanyak ibadah lainnya. Dalam bulan puasa ini juga terdapat ibadah yang sangat melegenda dan bahkan menjadi ikon ramadhan, yaitu salat tarawih. Selama ramadhan pun, masjid dan musala terlihat hampir penuh sesak dipenuhi jamaah. Kotak amal pun di semua masjid dan musala mengalami peningkatan pendapatan luar biasa. Pemandangan seperti itu tentu tidak biasa terlihat pada bulan-bulan selain ramadhan.
Dengan demikian ketika kita puasa kita berlatih sabar tidak makan, sabar tidak minum, dan sabar untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa dan membatalkan pahala puasa. Pada bulan puasa ini kita juga telah dengan sabar melakukan ibadah-ibadah tambahan, seperti tarawih, tadarus alquran, dan mendengarkan pengajian serta ibadah sunat lainnya. Dengan gairah sedekah selamaa ramadhan, berarti selama ramadhan kita juga sabar kehilangan sebagian rizki kita. Semua ibadah yang kita dilakukan dengan susah payah, baik siang maupun malam itu, sejatinya jelas merupakan bentuk training kesabaran selama sebulan penuh, selama bulan ramadhan. Kapan hasilnya kita uji? Tentu pada 11 bulan berikutnya. Harapan kita, semoga kesabaran yang kita latih selama sebulan penuh ini, masih dapat terimplementasi pada 11 bulan berikutnya. Amin.