beritalima.com | Pernahkah kalian mendengar istilah homo homini socius? istilah tersebut dicetuskan oleh Adam Smith yang dapat diartikan seperti ini, manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia. Istilah tersebut mungkin saja benar. Setidaknya bagiku begitu. Seseorang membutuhkan rekan atau teman dalam hidupnya untuk berinteraksi di dunia. Untukku seseorang tersebut bukan saja disebut teman melainkan lebih tepat disebut sebagai seorang sahabat.
Jika dapat digolongkan, aku bukanlah tipe orang yang pandai bergaul, meskipun begitu bukan berarti aku tidak membutuhkan orang lain. Aku memiliki beberapa teman baik atau yang lebih senang kupanggil sahabat. Mereka selalu ada bersamaku di saat senang, sedih, bahkan susah, pun aku sebaliknya ada bersama mereka di saat sedih, susah atau pun senang.
Aku dan sahabatku bukan hanya saling mendampingi satu sama lain melainkan juga saling berbagi cerita. Entah itu soal keluarga, percintaan, pelajaran atau bahkan soal salah satu teman kami yang sedang menjadi pembicaraan hangat di sekolah.
Masih jelas teringat olehku waktu itu. Aku sedang berbaring di tempat tidur saat ponselku berdering di atas nakas. Masih dalam posisi berbaring kulihat ponselku. Tertulis nama Noni—sebut saja seperi itu— di layar. Noni adalah salah satu teman yang paling dekat denganku. Kami berdua bersahabat. Tanpa aba-aba lain, segera kuangkat panggilannya.
…….
“Walaikumsalam,” kataku mengakhiri panggilan tersebut. Setelah selesai bicara dengannya perasaanku menjadi tidak karuan. Amarah dan kesedihan di hatiku berkecamuk menjadi satu. Dalam sambungan telepon tersebut, teringat jelas dalam kepalaku getir suaranya, bagaimana napasnya terengah-engah saat bercerita padaku melalui sambungan telepon saat itu.
Ini bukan kali pertama dia bercerita tentang kekasihnya padaku. Noni acap kali menceritakan pujaan hatinya yang amat temperamental itu. Sebetulnya aku agak khawatir setiap kali ia bercerita mengenai masalah percintaannya, namun entah mengapa saat itu tidak ada yang bisa kulakukan selain menjadi pendengar yang baik.
Masalahnya semakin menjadi-jadi, puncaknya saat itu, dalam sambungan telepon Noni bercerita bahwa ia dengan kekasihnya bertengkar hebat, bahkan laki-laki tersebut sempat melayangkan tangannya ke wajah mulus Noni. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rumitnya masalah mereka.
Di sela-sela percakapanku dengannya, aku teringat kembali, saat aku sedang tertimpa masalah, ia ada untuk mendengarkan celotehku. Saat aku sedang sedih, ia selalu ada di sampingku. Saat aku sedang bimbang, ia selalu ada mendukungku.
Kini akan kulakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan. aku akan mendengar setiap cerita yang keluar dari mulutnya, aku akan berada di sampingnya saat masalah datang menimpanya. Aku akan mendukungnya seberapa pelik pun masalah yang menimpanya.
Kita tidak akan pernah tahu kapan masalah datang, kapan kesedihan tiba atau pun kapan kegundahan singgah di dirimu. Selain Tuhan yang akan membantumu. Seperti istilah homo homini socius yang sudah dibahas sebelumnya, aku percaya seseorang membutuhkan teman untuk hidupnya. Aku percaya seorang sahabat dapat membantumu melawati hari-hari yang melelahkan, membantumu melalui kesedihan, bahkan membantumu menghadapi kegundahan dalam dirimu. Seorang sahabat akan selalu ada di sampingmu dan mendukungmu.
Ririn Rinawati Agustin dari Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Jurnalistik