Salib Itu Ayah dan Adik Saya

  • Whatsapp
Heti Palestina Yunani

beritalima.com | Sebagai muslim, keluarga kami bisa jadi tidak Islami. Dari nama saja, orang akan bingung kami ini mengucap syahadat atau belum. Cek setidaknya dari alm ayah saya yang bernama Rudolf Matius (RM) Yunani Prawiranegara, adik saya Ahmad Romawi Yunani atau anak lanang saya Muhammad Baqi El Vatikan. Karepe opo iku? Pada dua nama pertama, saya dulu heran ketika ayah saya -jurnalis yang haji, Masyumi, dan pengkhotbah- itu berkelakar kalau salib punya dua bentuk dasar ternama ala Yunani dan Romawi.

Yang model Yunani, bentuk panjang lengannya sama. Itu seperti bendera berpalang merah di atas kain putih yang dikibarkan ketika ada tetangga kampung saya meninggal. Di foto status saya, gambarnya yang terkiri di atas (Greek). Inilah salah satu ragam salib terumum dalam agama Kristen yang digunakan secara luas di abad ke-4 M. Sementara model Romawi atau Latin atau Rumi, punya lengan ke bawah yang lebih panjang. Sebagaimana salib Yunani, ya inilah yang paling dikenal atau salib terumum sebagai simbol penyaliban Yesus. Di foto status saya, lihat gambarnya yang terkiri di bawah (Latin).

Soal salib, okelah saya mengada-ada pakai ilmu gothak-gathuk dengan nama keluarga. Tapi saya merasa tak ada ketakutan sedikit pun dengan seretan makna ke luar dari agama saya dalam keluarga kami selama ini. Sebab pemaknaan pada simbol, benda, visual, sampai filosofi itu otoritas kita sendiri. Bukti sepele: Allah dan Allah yang ditulis persis sama bukankah dilafalkan berbeda oleh saya yang muslim dan orang lain yang nonmuslim. Jadi mengapa resah kalau yakin Tuhan Mahamendengar pelafalan bunyi yang mana untuk-Nya?

Kalau mau mengaku, salib sebenarnya terserak di kehidupan kita yang mendarah daging ini, adalah dengan melihat bentuk lambang pelaut. Dikira itu cuma jangkar? Tahu tidak kalau itu Salib Pelaut yang disebut juga palang pelaut atau Salib Santo Klemens. Pemaknaannya mengacu pada cara Santo Klemens menjadi martir saat diikat pada sebuah jangkar dan dilemparkan dari perahu ke Laut Hitam. Kenapa tidak ribut dari dulu kalau memang itu salib. Sementara pelaut berpikir lain. Lalu kalau ada lagu “nenek moyangku seorang pelaut” apa lantas “nenek moyangku seorang pemuja salib” begitu? Please deh, Kakak.

Salib dalam sejarah kisah sahabat Nabi Muhammad menjadi tempat kematian yang indah lho. Salah satunya Khubaib bin Adi yang membela Rasulullah. Setelah dianiaya di kayu bentuk salib, ia tiada. Saat mati syahid, senyum kedamaian tergurat di wajahnya. Dengan menahan kedukaan yang mendalam, kedua utusan Rasulullah yang diminta menjemput Khubaib hanya bisa melepaskan sang mujahid dari tiang salib kemudian membawa dan memakamkannya di suatu tempat yang hingga detik ini tak seorang pun mengetahuinya.

Kisah ini tidak membuat Rasulullah geram pada orang-orang musyrik yang menyiksa sahabatnya di kayu salib. Setidaknya Rasulullah ingat bahwa ada jaminan damai untuk Saint Chaterine, sebuah biara ortodoks Yunani. Tidak ingat apa, pada 628 Masehi, sebuah delegasi dari Biara Saint Catherine -biara Kristen- di kaki Gunung Sinai, Semenanjung Sinai, Mesir, datang kepada Rasulullah untuk meminta perlindungan. Rasulullah menjawab dengan memberikan piagam dengan 7 perkara yang isinya cukup bagi kita sekarang untuk membawa konteks kemaslahatannya di dunia sosial yang umek ini.

Piagam tersebut ditulis langsung oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dan ditandai cap tangan Rasulullah sendiri. Kini piagam disimpan dalam perpustakaan biara Saint Catherine, salah satu Tapak Warisan Dunia UNESCO, sebuah biara Kristiani tertua di dunia yang berfungsi hingga sekarang. Otentisitas surat ini dibenarkan para sejarawan muslim. Surat aslinya diambil Sultan Selim I pada 1517 dan disimpan di sebuah museum di Turki.

Sementara replikanya dibuat ulang dan ditaruh di biara. Selain piagam, banyak koleksi naskah Kristen di Saint Catherine. Itu terbesar, di mana rekornya hanya bisa dikalahkan oleh koleksi yang diamankan Vatikan. Koleksi tertua ikon Kristen di Saint Catherine itu menjadikannya sebuah rumah harta karun sejarah Kristen. Amazingnya, semua tetap aman selama 1400 tahun lebih di bawah perlindungan Islam! Kalau mau, kita bisa melakukan lagi kebesaran damai ala Rasulullah itu di zaman mutakhir terkini.

Kembali lagi pada salib, bentuknya tidak satu seperti perempatan jalan itu doang. Ratusan! Apa tidak kemeng pikir kalau ingin menghindari salib dari hidup kita. Bisa jadi ornamen masjid atau bahkan tatto di tubuh sendiri penuh salib? Mau tahu bentuknya? Ada Salib Bisantium, Salib Patriarkal (tiga batang), Salib Ganda, Salib Lorraine (dua palang), Salib Paus, Salib Salem, Salib Staurogram/Salib Monogramatik/ Salib Tau-Rho, Salib Berundak, Salib Yerusalem, dan Salib Bercincin. Sudah melihatnya belum? Jangan-jangan Anda salat dengan sajadah, baju koko, mukena, sarung dan berkopiah bermotif itu semua di atas.

Mau bentuk salib lagi? Kalau dikaitkan dengan para Santo ada Salib Santo Petrus, Salib Tau, Salib Antonius, Salib Fransiskus, Saltire/Crux Decussata/Salib Andrea, Salib Santa Brigidia, Salib Santo Georgius, Salib Pektoral Cuthbert, Salib Santo Gilbertus (Salib Portate), Salib Santo Chad dari Mercia, Salib Santo Julianus yang Malang; Salib Misionaris, Salib Pokok Anggur; Salib Santa Nino, Salib Santo Lazarus, Salib Santo Yakobus, Salib Santo Tomas, Salib Santo Filipus, Salib Santo Florianus, Salib Roda Santa Katarina, Salib Santo Yohanes. Bentuknya membuat saya ingin usil mencarinya pada ornamen Islami, barangkali terselip di sana.

Ditilik dari ragam regional dan dan konfesionalnya ada Salib Armenia, Salib Bolnisi, Salib Albania Kaukasia, Salib Cantebury, Salib Keltik, Salib Malta, Salib Koptik, Salib Koptik Baru, Salib dan Mahkota, Salib Syiria Timur, Salib Matahari/Salib Gnostik, Salib Maronit, Salib Ositania, Salib Karoling, Salib Mawar, Salib Serbia, Tameng Trinitas, Salib Ortodoks/Salib Suppedaneum, Salib Makedonia/Salib Veljusa, Salib Anuradhapura, Salib Nordik/Skandinavia dll. Bingung sudah menghapal bentuknya. Saya butuh kursus pada pendeta barangkali.

Terkait penggunaannya, Paus Fransiskus mengkritik yang mengenakan salib sebagai barang-barang fesyen. Ia melabeli tindakan ini sebagai “penyalahgunaan”. Itu disampaikannya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, setelah layanan Angelus minggu, 2018 lalu. Pria 82 tahun itu mengatakan bahwa simbol agama harus “direnungkan dan dipahami” daripada dikomersialkan sebagai aksesoris yang trendi. “Salib bukanlah benda hias atau aksesori pakaian yang kadang-kadang disalahgunakan,” ucapnya. Ia menegaskan citra Yesus yang disalibkan mengungkapkan tindakan kasih yang tertinggi, sumber kehidupan dan keselamatan bagi manusia.

Maka kalau cuma mengoyak bentuknya sebagai kebendaan, salib bukanlah apa-apa. Nothing. Tergantung pemaknaan di setiap orang. Karena bukan Kristen, saya punya makna sendiri. Nah, Anda mau menggunakan salib sebagai apa? Maknanya apa? Yakini saja mana yang berdasar untuk kita. Kalau saya sih salib itu ya ayah dan adik saya. Ia seperti dua laki-laki terbaik yang membentuk palang salib yang siap melindungi saya meski tanpa suami. Puji Tuhan. Shalom. Amin.

Catatan selfie Heti Palestina Yunani

#menulisbahagia #menulisbaik

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *