JAKARTA, Beritalima.com– Saling sikut dan suasana mencekan terjadi diantara para kader terjadi beberapa pekan menjelang pelaksaan Musyawarah Nasional (Munas) dengan agenda utama memilih Ketua Umum Partai Golkar periode lima tahun ke depan.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Koordinator Bidang (Wakorbid) Pratama DPP Partai Golkar, Bambang Soesatyo saat menyampaikan kata sanbutan pada pembukaan diskusi bertema ‘Golkar Mencari Nakhoda Baru’ di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (12/11) petang.
Tampil sebagai nara sumber dalam diskusi peneliti senior bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dr Siti Zuhro, peneliti dan pendiri lembaga Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti dan politikus muda partai Golkar, Amriyati Amin.
Berbicara soal kondisi menjelang Munas Partai Golkar yang bakal dilangsungkan bulan depan di Jakarta Convention Centre (JCC) Jakarta, Ketua MPR RI tersebut mengatakan, terjadi saling sikut diantara sesama kader partai berlambang Pohon Beringin ini.
Awalnya, pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut berbicara soal risiko yang diambil pihak pendukung dirinya sebagai calon Ketum Golkar periode lima tahun ke depan.
Banyak kader atau pihak yang mendukung dirinya untuk maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar pada Munas mendatang. Namun, dukungan yang diberikan kepada Bamsoet membuat kader itu digusur dari posisinya dalam susunan kepengurusan partai Golkar baik di tingkat pusat, DPD I dan DPD II.
“Saya salut dan apresiasi pada adik-adik saya, menyelenggarakan hari ini bukan tanpa risiko, Saya tahu persis, sudah berapa banyak korban yang gara-gara dukung saya digeser, di-Plt, bahkan di-remove dari grup WA,” kata wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah tersebut.
Menurut Bamsoet yang lebih dari setahun diperecaya sebagai Ketua DPR RI ini, Munas Partai Golkar kali ini mengingatkan dirinya pada sera reformasi Partai Golkar karena banyak pendukungnya yang mendapat ancaman hingga dipecat.
Rasa, kata Bamsoet, menghadapi Munas yang tinggal beberapa pekan ini serasa mengingat masa-masa jelang reformasi kemarin. “Banyak larangan, ancaman pemecatan, dan sebagainya. Kita rasakan hari-hari akhir ini suasana mencekam, saling curiga-mencurigai, saling tekan-menekan, saling sikut-menyikut padahal saya sudah nyatakan saya cooling down dan sampaikan belum memutuskan untuk maju atau tidak, ini maksudnya agar pendukung saya tidak dizalimi.”
Diulang Bamsoet, menjelang pelaksanaan Munas Partai Golkar bulan depan, sudah banyak kader partai Golkar sebagai pendukung dirinya sebagai Ketua Umum menjadi ‘menjadi korban politik’.
Kader yang menjadi korban itu, kata Bamsoet, bukan saja terjadi di DPR dengan mencopot anggota Fraksi Golkar dari jabatan pimpinan komisi, namun ada pula pindah komisi, tapi juga bagi kader-kader yang ada di luar DPR.
“Jadi sudah banyak sekali yang menjadi korbannya. Bagi kader Golkar yang diketahui mendukung saya di-remove atau dikeluarkan dari grup-grup WhatsApp (WA) Golkar. Yang memimpin komisi di DPR dicopot dan ada yang dipindahkan ke komisi lain,” ungkap Bamsoet.
Dia menggambarkan suasana di internal Partai Golkar menjelang pelaksanaan Musyarawah Nasinal (Munas) Desember nanti, betul-betul mencekam. Dia menggambarkan seperti reformasi tahun 1998. Karena ungkap dia, terjadi main sikut dan dipenuhi dengan tekanan. “Hal-hal seperti ini tidak menunjukkan bahwa tata kelolaan partai berjalan dengan baik.”
Pada kesempatan itu, Bamsoet kembali menegaskan, dirinya belum memutuskan untuk mencalonkan sebagai ketua umum atau tidak pada Munas Golkar nanti.
“Bukan berarti pula saya mau mencalonkan diri. Karena itu, sata harapkan, yang terpilih sebagai Ketua Umum Golkar pada Munas nanti bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik, tata kelola partai pun bisa lebih baik dan tidak seperti sekarang ini,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)