Sam Aliano Ambil Bagian Demo di Depan Kedubes Myanmar

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Bendahara Umum Bang Japar, Sam Aliano turut ambil bagian, meminta pemerintah Myanmar memiliki hati nurani. Dalam orasinya di atas mobil komando FPI, Sam Aliano mengatakan Myanmar tidak punya kemanusiaan tidak mau mengakui etnis Rohingya. Padahal etnis Rohingya tinggal di Rakhine State dari generasi ke generasi sebelum Myanmar merdeka.
Sam pun menyatakan, penduduk etnis Rohingya di Rakhine State sebanyak 1,3 juta jiwa, tiga kali lebih besar dengan negara Brunai Darusalam. Hal ini menurutnya membuat ane bagi dirinya, karena warga etnis Rohingya yang sudah lama tinggal di Rakhine State tidak mendapat hak kewarganegaraan, karena warga etnis Rohingya dianggap seperti binatang, dihina, disiksa, diperkosa, dibunuh dan dibakar, serta diusir.
“Saya merasa bangga dengan Indonesia, asalnya saya WNA, dan tinggal beberapa tahun menjadi Warga Negara Indonesia. Dan memiliki hak 100%, mulai KTP, kesehatan, dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Depan kantor Kedubes Myanmar telah dibarikade pasukan Brimob dan Sat Samapta Polri, hingga para aksi demo tidak masuk persis di depan Kedubes. Aksi demo sekitar 25 meter ke selatan, tepatnya depan kawat berduri yang telah dipasang oleh pihak kepolisian. Aksi demo menuntut Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap kaum etnis Rohingya.
Aksi demo dari berbagai elemen, diantaranya dari FPI, Laskar Pembela Islam, Peta, HMI, KNPI, Bang Japar, Kelompok Muslim Aceh, serta Ketua Pengusaha Indonesia Muda turut hadir menyampaikan orasinya. Semua petinggi aktivis menyampaikan kekecewaannya terhadap Aung San Suu Kyi yang mendapat penghargaan Nobel Perdamaian, ternyata hanya sebagai pajangan.
Aksi demo diwarnai kericuhan sekitar pukul 16.00 an, bermulai dari aksi yang membakar bendera Myanmar. Sebelumnya para tokoh aktivis meminta pihak kepolisian untuk menurunkan bendera Myanmar. Pernyataan orator di atas mibil komando FPI itu disambut meriah peserta demo. Peserta demo ikut berteriak meminta bendera yang berada dalam kawasan Kedutaan Besar Myanmar itu diturunkan.
Namun beberapa menit sebelum terjadi kericuhan, perwakilan demo berhasil bertemu dengan perwakilan Kedutaan Besar Myanmar. Empat peserta aksi diterima oleh Wakil Duta Besar Myanmar untuk Indonesia Kyaw Soe Thien, di antaranya adalah Juru Bicara Front Pembela Islam Slamet Maarif dan Pembina Presidium Alumni 212 Kapitra Ampera.
“Kami minta, pertama Kedubes ini ditutup sementara. Kedua, bendera diturunkan. Ketiga, dia harus menghentikan segala bentuk kekerasan dan genosida yang dilakukan pemerintah,” kata Kapitra usai pertemuan.
Kapitra pun meminta pemerintah Indonesia bersikap tegas atas kekerasan yang terjadi pada etnis Rohingnya di Myanmar. Bahkan ia tidak menginginkan kekerasan terus terjadi di Myanmar. Dengan demikian dikatakan Kapitra, menginginkan Myanmar keluar dari Indonesia dan dalam pernyataannya megnatakan tidak mau bersahabat dengan negara yang punya hati serigala. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *