Sambut Bulan Suci Ramadhan, Dinas Pertanian Tulungagung Gelar Megengan

  • Whatsapp

TULUNGAGUNG, beritalima.com- Menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan 1445 H, slametan (Megengan) dalam istilah bahasa Jawa , masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dan hingga kini masih tetap terjaga kelestariannya.

Megengan sendiri sudah ada sejak jaman nenek moyang terdahulu, sampai sekarang masih terjaga dengan baik untuk memberi doa kepada leluhur yang sudah tiada.

Sama seperti halnya, Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, menggelar Megengan di kantor bersama seluruh staff dan anggotanya, selain mengirim doa kepada leluhur juga untuk menjalin tali silaturahmi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Drs. Suyanto, MM, mengatakan bahwa, tradisi Megengan hingga saat ini masih mengakar dalam budaya masyarakat Jawa dan menjadi bagian penting dalam menandai kedatangan bulan suci Ramadan.

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus sudah sepatutnya untuk ikut melestarikan tradisi budaya yang merupakan peninggalan Wali Songo sebagai pengingat Umat Islam akan memasuki bulan Ramadhan.

“Istilah “megengan” ini berasal dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Namun, dibalik makna tersebut terdapat nilai-nilai dan arti yang mendalam,” ucapnya. Jum’at, (8/3/2024).

Lanjutnya, Megengan tidak hanya sekedar mengingatkan masyarakat akan pentingnya berpuasa selama Bulan Ramadhan, tetapi juga sebagai wadah untuk memperkuat tali silaturahmi persaudaraan dan kerukunan antar sesama.

“Acara Megengan hari ini, mengundang seluruh staf, pegawai dan karyawan yang ada di Dinas kami. Tujuannya, agar mereka lebih akrab antara satu dengan lainnya sehingga bisa guyub rukun dalam bekerja maupun diluar lingkungan pekerjaannya,” lanjut Suyanto.

Diungkapkan, Megengan sekaligus sebagai momentum untuk mengajak setiap umat Islam untuk merenung dan mengevaluasi diri. Selama bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari segala bentuk perbuatan yang dapat membatalkan puasa.

“Megengan dimaknai sebagai sebuah pengingat akan komitmen untuk menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan,” ungkap Suyanto usai acara Megengan.

Suyanto menerangkan, tradisi Megengan yang dilakukan sebelum puasa dengan saling menyampaikan permohonan maaf, tidak hanya dilakukan secara lisan namun juga disimbolkan melalui penyajian kue apem yang memiliki makna yang sangat dalam. Istilah “apem” diambil dari kata “ngafwan” atau “ngafwun” yang berarti permohonan maaf.

“Simbol kue apem mengandung arti, mengajak kepada setiap pribadi manusia untuk salin merenungkan kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan, bersedia untuk memaafkan dan memperbaiki diri sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1445 nanti,” tutupnya.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Badru Alaina, KH, Amu Sidiq Amanah atau yang akrab disapa Abah Amu, menyampaikan apresiasi kepada Kepala Dinas Pertanian yang telah mengadakan acara Megengan di kantor bersama seluruh staf dan karyawannya.

Menurutnya, Megengan bukan hanya sekadar sebuah tradisi saja, tetapi sebagai wadah untuk meningkatkan spiritualitas dan kebersamaan dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan.

“Dengan selamatan Megengan, kita semua berharap bisa mendapatkan keberkahan dan kesuksesan dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. Megengan ini juga bisa mempererat tali Silaturahmi yang memiliki nilai pahala yang besar,” tutur ABah Mau.

“Dengan bersilaturahmi maka Insya Allah akan dilapangkan rezekinya, serta dipanjangkan umurnya,” tambahnya.

Melalui tradisi megengan ini, bebernya, sebagai wujud syukur terhadap Allah SWT yang telah memberikan karunia berupa nikmat kesehatan, panjang umur dan rezeki yang barokah.

“Barang siapa yang bersyukur atas nikmat Allah niscaya Allah akan menambah kenikmatan tersebut dan sebaliknya barang siapa yang kufur atas nikmat Allah maka diberikan azab yang sangatlah pedih,” pungkasnya. (Dst).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait