JAWA TIMUR, beritalima.com – Jawa Timur merupakan provinsi terbesar kedua di Indonesia. Berbagai peluang bisa diciptakan di Jawa Timur dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama dengan Selandia Baru. Hal paling menarik untuk ditawarkan adalah trade, tourism, dan investment (TTI).
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo saat menerima kunjungan Kenegaraan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Mr. John Key, MP di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (19/7).
Menurutnya, Jatim sebagai hub bagi kawasan Indonesia Bagian Timur yang pangsa pasarnya mencapai 120 juta penduduk. Ini merupakan peluang untuk mengembangkan kegiatan bisnis dalam berbagai sektor. Oleh sebab itu, Jatim tepat untuk menjadi pengembangan trade, tourism, dan investment.
Dikatakan Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Jatim, di bidang trade atau perdagangan, Jatim menginginkan jual beli di bidang peternakan, dengan syarat harga yang ditawarkan Selandia Baru lebih murah dibandingkan Australia, khususnya daging. Jatim juga mengharapkan menjadi tempat untuk breeding atau peternakan, bukan hanya tempat untuk penggemukan saja seperti saat ini.
“Nantinya, akan dibawa sapi betina dari Selandia Baru untuk dikembang biakkan di Jawa Timur. Tujuannnya adalah Jawa Timur bisa mandiri di bidang daging. Di Jatim terdapat 1.050.000 sapi dimana 550 ribu diantaranya untuk kebutuhan Jatim. Dengan demikian pengembang biakan sapi menjadi hal paling diutamakan karena Jatim memiliki kultur sapi,” ujarnya.
Selain peternakan, juga diharapkan adanya kerjasama di bidang pertanian khususnya tentang produktivitas pertanian dan teknologi pertanian. Sebagai contoh, kerjasama untuk meningkatkan produksi rendemen tebu melalui rekayasa DNA. Di mana selama ini, rekayasa tersebut mampu meningkatkan produktivitas pertanian meskipun lahannya semakin berkurang.
“Pengalaman Selandia Baru tentang DNA yang menggabungkan dengan teknologi pertanian mampu memperbesar hasil pertanian. Inilah yang coba untuk dijajaki kerjasama,” imbuhnya.
Terkait dengan investment, Pakde Karwo menawarkan pengelolaan geothermal. Saat ini, Jatim mempunyai potensi Geothermal yang ditawarkan kepada investor yaitu WKP Panas bumi Lyang – Argopuro di wilayah Kabupaten Jember, Probolinggo, Bondowoso, dan Situbondo, dengan potensi 295 MWe dengn luas WKP 106.500 Ha, WKP panas bumi Gunung Lawu di Kabupaten Karanganyar-Sragen-Wonogiri Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan Jawa Timur dengan potensi 470 MW dengan luas 60.030 Ha, Potensi panas bumi Arjuno-Welirang diwilayah Kabupaten Mojokerto, Pasuruan, Malang dengan potensi 280 MW denga luas 15 KM2, potensi panas bumi Songgoriti- Kawi di Kabupaten Malang dan Kota Batu, potensi 50 MW dengan luas 12,3 KM2, potensi panas bumi Gunung Pandan lokasi di wilayah Kabupaten Nganjuk, Bojonegoro, dan Madiun, potensi 48,5 MW dengan luas 9.187 KM2, potensi panas bumi Gunung Tiris Gunung Lamongan di Kabupaten Ponorogo, Madiun, Nganjuk, Tulungagung, dan Trenggalek dengan potensi 183 MW dengan luas 31.110 Ha.
“Geothermal merupakan hal penting sebagai energi baru. Dan Selandia Baru sudah terkenal dengan teknologi geothermalnya. Pasokan listrik di Selandia Baru 80 persennya berasal dari geothermal. Oleh sebab itu dengan potensi panas bumi yang melimpah, diharapkan Selandia Baru bisa berinvestasi di bidang tersebut,” ungkapnya.
Sementara itu di bidang Pariwisata, masih banyak destinasi wisata yang bisa dikerjasamakan antara Jatim dan Selandia Baru. Jatim memiliki potensi wisata luar biasa, baik wisata alam maupun budaya, diantaranya Gunung Bromo di Probolinggo, salah satu gunung terindah ke 3 di dunia setelah Gunung Elbruz di Rusia dan Gunung Olympus di Yunani.
“Pemandangan saat matahari terbit dan hamparan pasir putih melengkapi keindahan Gunung Bromo, sehingga menjadi salah satu primadona obyek wisata di Indonesia. Bahkan telah dibuat film layar lebar dengan judul Pasir Berisik (wisphering sand), yang masuk sebagai pemenang Best Cinematography Award pada festival film Asia Pasifik tahun 2001. Dan yang tidak kalah penting perlu ada pengembangan pengelolaan Hutan Alas Purwo. ” tambahnya.
Pakde Karwo menambahkan, nilai investasi dari Selandia Baru mulai tahun 1992 sampai dengan Triwulan I 2016 sebesar $ 34.146.000 dengan jumlah proyek sebanyak 5 proyek dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 159 orang. Investasi Selandia Baru lebih didominasi oleh sektor sekunder dengan total nilai sebesar $ 12.954.000 yang terdiri dari bidang usaha industry karet dan plastik sebanyak 2 proyek dengn nilai investasi sebesar $ 11.600.000 dan industri mineral non logam 1.354.000 US$. Sedangkan sektor sekunder terdiri dari hotel dan restoran sebanyak 1 proyek dengan nilai investasi sebesar $ 500.000 dan bidang transportasi, gudang dan komunikasi sebanyak 1 proyek dengan nilai $ 20.692.000.
“Saat ini investasi Selandia Baru di sektor primer belum ada, sehingga kedepan perlu dikembangkan mengingat sektor primer merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Selandia Baru seperti pertanian (jagung, kedelai), peternakan (sapi), dan pertambangan,” tambahnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengaku senang datang langsung ke Indonesia, khususnya ke Jatim. Bahkan pimpinan tertinggi di Selandia Baru ini juga mengaku suka masakan Indonesia, yakni nasi goreng.
“Terima kasih untuk Pemerintah Provinsi Jawa Timur karena sudah menyambut baik kedatangan kami. Ini saya membawa 22 pengusaha asal negara saya, silahkan saling mendalami kerjasama dengan Jawa Timur, sebab Jawa Timur ini merupakan pusat perekonomian di Indonesia bagian Timur. Disini juga banyak usaha bidang kuliner. Saya suka kuliner dan yang favorit di Indonesia yaitu nasi goreng,” kata John Key.
Usai sambutan selamat datang, John Key bersama Pakde Karwo dan puluhan pengusaha melakukan komunikasi secara tertutup membicarakan terkait kerjasama bisnis.
Dalam Business Forum dilakukan pendandatangan letter of agreement antara Power Technology ASEAN Ltd. dari Selandia Baru dan PT. Yellu Mutiara Misool dari Surabaya yang disaksikan oleh PM Selandia Baru John Key dan Gubernur Jatim Pakde Karwo.