MADIUN, beritalima.com- Dalam rangka menyambut bulan Suro (Muharram) 1441 H, warga Kelurahan Kuncen Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, menggelar kesenian Reog di Sendang Tundhung Medioen, Jumat 13 September 2019.
Menurut salah satu panitia, Wiji Kancil, kegiatan ini rutin digelar tiap tahun sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas limpahan rejeki, kesehatan dan panjang umur.
“Ini hanya sarana. Semua kita minta tetap kepada Tuhan YME. Kalau dananya, dari kelurahan. Tapi ada juga masyarakat yang berpastisipasi dengan membawa tumpeng sendiri untuk selamatan,” terang Wiji Kancil.
Usai tampil di Sendhang Tundhung Medioen, kemudian dilanjutkan di depan kantor kelurahan di Jalan Masjid Raya. Seterusnya diarak keliling dan kembali ke sendang.
Pagi harinya, sebelum Reog digelar, masyarakat datang berbondong bondong membawa tumpeng ke Sendang Tundhung Medioen untuk melakukan selamatan.
Sebelumnya, gabungan warga dan spiritualis, juga melakukan ritual menguras Sendang Tundhung Medioen, yang berada di Jalan Sendang, Kelurahan Kuncen Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu 31 Agustus 2019, lalu.
Tradisi ini telah lama dilakukan oleh kalangan spiritulis bersama masyarakat di Sendang Tundhung Medioen sejak ratusan tahun silam, atau ketika Bupati Madiun pertama, Adipati Ronggo Jumeno memerintah di Madiun (1568-1586 Masehi).
Sebelum melakukan pengurasan, kegiatan diawali dengan kembul bujono (makan bersama) berupa selamatan dengan tumpeng plus ayam panggang yang dipimpin oleh Ki Yuwono. Tujuannya, meminta kepada Tuhan YME agar selalu diberi kesehatan, rejeki yang melimpah dan selamat dunia akhirat.
Sementara itu mengenai keberadaan Sendang Tundhung Medioen, menurut salah satu juru kunci, Ki Bokrak Pamungkas, konon merupakan bekas penjamasan (membersihkan) pusaka oleh Mpu Supa.
Satu diantara pusaka yang dulu dijamasi di tempat itu yakni keris Kyai Kolo Gumarang milik Adipati Madiun pertama, Ronggo Jumeno. Keris inilah konon yang mampu menaklukkan pusaka andalan Panembahan Senopati dari Mataram berupa tumbak bernama Kyai Pleret, saat Kadipaten Madiun memberontak kepada Mataram.
“Cerita lain, selain sebagai tempat penjamasan pusaka, konon Sendang Tundung Medioen merupakan tempat pemandian para putri di Kadipaten Madiun,” tutur Ki Bokrak Pamungkas.
Menurutnya lagi, setiap malam Jumat Kliwon, Jumat Legi dan Selasa Kliwon, sendang ini tak pernah sepi dari kalangan spiritualis maupun masyarakat, untuk melakukan Muhung Mahase Asepi Nyenyuwun Marang Kang Akarya Jagad (menenangkan diri meminta petunjuk kepada Tuhan YME). (Dibyo).