JAKARTA, Beritalima.com– Untuk memperkuat jalan roda Pemerintahan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja merombak susunan pembantu dia dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM) dengan jalan memasukkan empat anggota baru.
Jokowi memasukkan Walikota Surabaya, Tri Rismahariniti untuk mengisi kursi kosong Menteri Sosial (Mensos) yang ditinggal Julian Peter Batubara karena tersandung kasus dugaan korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang merugikan keuangan negara.
Sedangkan posisi kosong yang ditinggal Edhy Prabowo karena terbelit kasus lobster di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diisi Sakti Wahyu Tranggono. Sebelumnya, Sakti merupakan wakil Prabowo Subianto di Kementerian Pertahanan (Kemenham).
Selain itu, Jokowi juga menarik Letjen Purnawirawan TNI Fachrul Razi sebagai Menteri Agama (Menang) dan menggantinya dengan Yaqut Cholil Qoumas. Mayjen TNI Dr Terawan Agus Putranto yang dipercaya sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) juga ditarik Jokowi dari KIM. Dan, posisi dia diberikan kepada Budi Gunadi Sadikin yang sebelumnya dipercaya untuk membantu Erick Thohir di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Tenaga baru lainnya masuk adalah, Sandiaga Salahudin Uno, pesaing Jokowi-Amin dalam Pilpres 2019 yang berduet dengan Prabowo Subianto. Sandi yang berpasangan dengan Prabowo dalam Pilpres lalu sebelumnya merupakan Wakil Gubernur Jakarta. Di KIM, Sandi menggantikan posisi Wishnutama Kusubandio sebagai Menteri Parawisata&Ekonomi Kreatif.
Masuknya Sandi, kata pengamat kuminkasi politik Muhammad Jamiluddin Ritonga, tampaknya tidak nyaman buat Partai Golkar sebagai pemenang kedua Pemilu Legislatif dan Presiden 2019 setelah PDIP. “Pandangan saya, Golkar tidak nyaman dengan masuknya Sandi di kabinet,” kata pengajar Universitas Esa Unggul itu saat bincang-bincang dengan Beritalima.com di Jakarta, Sabtu (26/12).
Alasan Jamil, sampai saat ini Partai Golkar belum menyampaikan selamat kepada enam menteri yang masuk kabinet. Tentu itu menjadi tanda tanya.
“Saya nilai Golkar tidak nyaman dengan reshuffle kabinet yang dilakukan Jokowi. Ketidaknyamanan itu disebabkan masuknya Sandi. Bagi Golkar, Sandi orang yang potensial menjadi kandidat presiden 2024,” kata dia.
Popularitas dan finansial dimiliki Sandi untuk menuju ke posisi tersebut tersedia. Dengan Sandi masuk kabinet, dinilai Jokowi memberi karpet merah pada yang bersangkutan menuju RI 1. “Apalagi Kementerian yang dipimpin Sandi banyak bersentuhan dengan masyarakat. Dan, itu akan memberi ruang semakin besar kepada Sandi untuk menjukkan potensi diri sesungguhnya.”
Selain itu, peluang Sandi berhasil memimpin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga terbuka lebar. Kalau itu terjadi, popularitas dan elektabilitas Sandi bakal semakin menjulang. “Bagi Golkar, itu tentu menjadi ancaman terhadap kadernya untuk maju pada Pilpres 2024. Suka atau tidak, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang juga duduk di kabinet, sampai saat ini masih kalah populer dengan Sandi.”
Situasi itu, kata pengamat ini, tentu tidak dikehendaki Partai Golkar. Sandi bakal semakin dianggap sebagai perintang bagi Ketua Umum Golkar menuju RI 1 karena 2024 menjadi momentum buat Partai Golkar untuk dapat mengambil alih kekuasaan. Kesempatan itu akan mereka wujudkan dengan cara apapun, termasuk memperkecil peluang Sandi,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)