JAKARTA – Sejumlah sastrawan memberi kado istimewa kepada sastrawan dan budayawan LK Ara yakni berupa karya yang dikumpulkan menjadi buku berjudul Jejak Kata. Buku setebal 150 halaman yang disusun Mustafa Ismail dan Willy Ana dan diterbitkan oleh Penerbit Imaji itu diluncurkan di Boulevard Aceh Coffee, Jalan H Fakhruddin No 5, Jakarta Pusat, Sabtu 11 November 2017 pukul 18.18 WIB.
“Buku itu berisi puisi, prosa dan esai karya lebih dari 50 seniman dan sastrawan Indonesia,” kata Willy Ana. Dalam buku itu juga dilampirkan beberapa kliping berita yang dikutip dari sejumlah media massa yang menulis tentang LK Ara.
Para sastrawan dan seniman yang karyanya termaktub dalam buku itu antara lain D Zawawi Imron, Rida K Liamsi, Ahmadun Yosi Herfanda, Bambang Widiatmoko, Eka Budianta, Rizaldi Siagian, Fikar W Eda, Zulfaisal Putra, Wayan Jengki Sunarta, Dedy Tri Riyadi, Deni Kurnia, Sulaiman Juned, Sulaiman Tripa, Syarifuddin Arifin, Teuku Ahmad Dadek, J Kamal Farza, Nurdin F Joes, Pilo Poly, dan lain-lain.
LK Ara lahir di Takengon pada 12 November 1937. Ia menulis dan melakukan kegiatan (hampir) semua bidang kebudayaan. Fokus utamanya adalah menulis puisi dan ia dikenal sebagai salah satu satrawan penting Indonesia.
Selain puisi, ia juga menulis cerita, cerita rakyat, cerita anak, esai, apresiasi sastra, leksikon, ensiklopedi. LK Ara juga mengumpulkan didong dari Gayo hingga mengumpulkan pantun dari Bangka Belitung. Ia pernah dua tahun tinggal di Pangkalpinang, Bangka Belitung, untuk melakukan riset tentang pantun dari sana.
Selama itu, ia berhasil mengumpulkan 2.000 pantun. Sebanyak 1000 pantun telah diterbitkan dengan judul “Pucuk Pauh” oleh Yayasan Nusantara pada 2005. Tak hanya itu, selama di Bangka Belitung, ia turun ke sekolah-sekolah untuk membaca puisi bersama penyair setempat seperti Ian Sancin, Suhaimi, Ķario dan lain-lain.
LK Ara pula yang memperkenalkan penyair tradisi dari Gayo, To’et, kepada publik nasional.
“Ia memang terus gelisah untuk melakukan berbagai kegiatan kebudayaan. Di usianya yang sepuh semangatnya tak pernah padam,” kata Mustafa Ismail, penyair asal Aceh, yang juga penyusun buku ini. “Maka sangat penting kita memberi apresiasi terhadap kesetiaan Pak LK Ara dalam berkarya.”
LK Ara sangat terharu atas apresiasi para sahabatnya dalam dunia sastra itu. “Ini bentuk rasa syukur diberi kesehatan, panjang umur, sehingga bisa terus menulis,” ujar LK Ara. Ia berterima kasih kepada banyak pihak yang berada di balik penerbitan buku Jejak Kata dan acara peluncurannya. ***