Dalam rangka memperingati HUT TNI Ke-75 Tahun 2020, Satuan Tugas (Satgas) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Mission de IOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en République Démocratique du Congo (MONUSCO) bersama dengan Pemerintahan Republik Demokratik Kongo dan The Armed Forces of the Democratic Republic of the Congo (FARDC) beberapa waktu lalu, meresmikan Monument of Peace yang merupakan puncak dan simbol rangkaian kegiatan karya bhakti terpadu yang mempertemukan tiga wilayah antara Kalemi, Bendera dan Lulimba, yang terletak di Mapanda, Republik Demokratik Konga.
Dalam kesempatan tersebut, Komandan Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB MONUSCO Kolonel Inf Daniel Lumbanraja menyampaikan bahwa kegiatan karya bhakti terpadu meliputi perbaikan akses jalan yang menghubungkan Mapanda menuju Bendera sebagai perintis budaya masyarakat Kongo khususnya di Wilayah Area of Responsibility (AoR) Bendera, dalam mempererat hubungan persaudaraan antar suku sekaligus budaya saling membantu dalam memecahkan masalah penghidupannya, sehingga dapat menunjang terciptanya kedamaian dan keamanan.
Pada kesempatan yang sama Deputy Head of Office Kalemie Mr. Issaka menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan kerja sama yang diprakarsai oleh Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB MONUSCO dalam melaksanakan mandatnya bersama masyarakat Kongo untuk mewujudkan perdamaian di daerah misi dengan bersinergi membangun bersama-sama untuk kepentingan masyarakat di Mapanda dan sekitarnya.
Tidak hanya terbatas kegiatan tersebut, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Bendera dan sekitarnya dalam pemenuhan kebutuhan primer, Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB MONUSCO bersama masyarakat dan FARDC telah memanfaatkan lahan kosong untuk dibuat perkebunan yang ditanami bahan pokok seperti singkong, buah-buahan dan tanaman sayur mayur.
Disamping karya bhakti, Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB MONUSCO juga peduli dalam hal kebugaran masyarakat khususnya dalam bidang olahraga dengan memperbaiki lapangan sepak bola dan tribun lapangan. Sebagai penutup seluruh rangkaian tersebut ditandai dengan pembukaan turnamen sepak bola yang diikuti oleh delapan desa dan disaksikan oleh lebih dari 2000 masyarakat yang berasal dari suku Bantu dan Twa.