Satpolairud Banyuwangi Minta Pokmaswas Mina Lestari Tangkal Paham Radikal

  • Whatsapp

BANYUWANGI Beritalima.com – Paham radikalisme menjadi bahasan penting Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polres Banyuwangi saat bersua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Mina Lestari Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Sabtu (13/5/2017). Masyakarat nelayan yang tinggal di kawasan pantai perbatasan antara Banyuwangi dan Situbondo diminta tidak terpengaruh dengan ekstrimis dan radikalis.

Pesan itu ditekankan Kanit Binmas Satpolairud Polres Banyuwangi Aiptu Darmawan saat menyambangi 34 anggota Pokmaswas Mina Lestari di eks Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bimorejo. Saat ini isu tentang paham aliran keras yang bertentangan dengan pancasila sedang diperangi pemerintah.

“Banyak kelompok yang mengatasnamakan agama yang ternyata bermuatan politis. Ciri golongan ini penganutnya keras kepala. Mohon warga nelayan Bimorejo tidak terpengaruh,” pintanya sambil menyebut beberapa nama kelompok beraliran keras yang tumbuh di Indonesia.

Selain kelompok garis keras aliran kiri, terdapat pula kelompok aliran kanan. Golongan ini juga dikemas dalam paham agama tapi tidak melakukan aksi kekerasan. Jalur perlawanan untuk mengganti paham pancasila dilakukan dengan cara yang halus dengan mendekati para kaum intelektual.

“Gerakannya halus sekali, jauh dari kesan kekerasan. Paham ini menyasar kalangan mahasiswa dan kalangan terdidik lain. Anehnya banyak dari mereka yang memiliki kepandaian diatas umumnya warga yang terpengaruh. Salah satu dari paham ini sedang dalam proses pembubaran oleh pemerintah,” jelas suami Aiptu Ririn Nurfiah sembari menyebut kelompok yang tergolong dalam aliran kanan.

Keterangan itu dikuatkan Kasat Polairud Polres Banyuwangi AKP Subandi. Masyakarat nelayan dipilih sebagai sasaran sosialisasi anti radikalisme karena kehidupannya lebih banyak di laut. Itungannya sangat jarang para pelaut yang mengakses dunia maya maupun arus informasi nasional sehingga kurang memahami aliran yang berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat.

“Gencar menyambangi kelompok nelayan merupakan cara jitu untuk menangkal masuknya paham radikalisme dan esktrimisme. Tiap kali sambang nelayan kita membagikan bendera kebangsaan serta gambar garuda sebagai dasar negara. Tujuannya untuk menguatkan paham nasionalisme di kalangan pelaut,” lontarnya.

Di Banyuwangi, kawasan teritorial laut yang menjadi kewenangan Polisi Perairan sepanjang 185,3 KM membentang dari Perairan Bimorejo Kecamatan Wongsorejo sampai Perairan Sukamade Kecamatan Pesanggaran. Secara berkala sejumlah masyakarat nelayan yang tinggal di sekitaran pesisir diberi pembinaan tentang anti radikalisme maupun penjagaan kawasan perairan dari aksi perusakan.

“Minimal seminggu sekali kita adakan sambang kelompok nelayan. Kita pilih kelompok karena jumlah nelayan di Bumi Blambangan sangat besar sehingga tidak mungkin ditemui di kapal masing-masing. Sementara anggota Satpolairud Banyuwangi hanya 20 personil,” terang AKP Subandi.

Selain Markas Satpolairud Ketapang, Polisi Perairan memiliki setidaknya tiga pos. Yakni Pos Polairud Pantai Pancer, Pantai Muncar dan Pantai Boom. Selain itu Korps Biru-Biru juga tergabung dalam Pos Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) Pantai Grajagan. Secara rutin petugas di masing-masing pos melakukan sambang nelayan.

Menurut Sekretaris Pokmaswas Mina Lestari Desa Bimorejo, Sunanto, sebelum berdiri pada 13 Februari 2017, aksi pengeboman ikan di perairan utara Banyuwangi kerap terjadi. Kini para pemutas maupun pengebom ikan jauh berkurang bahkan nyaris tidak ada. Itu lantaran masyakarat kompak memerangi aksi illegal fishing yang dilakukan oknum nelayan nakal yang datang dari luar daerah Bimorejo.

“Sekarang masyakarat tidak mau memungut ikan hasil pengeboman. Nelayan di sini juga melakukan pengusiran bersama-sama jika menemukan nelayan yang masih bandel menggunakan bahan peledak. Kalau diingatkan oleh satu dua nelayan, pelaku pengeboman malah menebar ancaman,” tukasnya.

Imbas positifnya, nelayan Bimorejo tidak bingung lagi menangkap ikan. Penerapan rumpon di sekitaran pantai plus menghindari penggunaan putasium sianida dalam menangkap ikan membuat biota laut berkembang baik di wilayah perbatasan Banyuwangi – Situbondo.

“Tahun 2002, hasil survei Balai Penyelamatan Pendidikan Perikanan (BP3) Banyuwangi, sepanjang Perairan Muncar hingga Wongsorejo terumbu karang yang kondisinya baik cuma 18 persen. Sekarang pelan-pelan jumlahnya mulai bertambah seiring kesadaran masyakarat pesisir tentang pentingnya menjaga kelestarian kehidupan dasar laut,” lontarnya. (Abi)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *