Saya Butuh Powerbank

  • Whatsapp

Oleh :
Rudi S Kamri

“Saya sedang butuh powerbank”, kata saya pada seseorangku pagi ini.
“Untuk apa ?”, tanyanya.
“Untuk nge-charge pikiran, otak dan semangat saya”.

Entahlah saya merasa negeri ini sedang berjalan ke arah yang salah. Semakin banyak saya tahu informasi, semakin pula saya kebingungan. Salah satunya tentang demokrasi. Demokrasi yang saya pahami salah satu turunannya adalah “check and balances”. Siapa yang menjadi pemenang Pemilu berkuasa dan yang kalah legowo menjadi membangun kekuatan penyeimbang. Bukan “power sharing”. Selama periode 2004 – 2014, PDIP secara konsisten menunjukkan bagaimana menjadi pilar kekuatan penyeimbang di luar kekuasaan. Dan secara politik, negeri ini berjalan baik-baik saja. Tapi sekarang ?

“Inilah sejatinya demokrasi Pancasila”, seorang sahabat berusaha meyakinkan saya. Tapi pikiran waras saya tetap merasa ada yang salah. Mungkin saya terlalu naif dan tidak punya “political sense” yang baik. Karena saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa sebuah kontestasi politik yang sempat membuat bangsa ini terpolarisasi dalam 2 kubu hanya akan dianggap sebuah sandiwara. Suara rakyat dan narasi sok militan yang saya bangun selama ini hanya dianggap sebagai “gymmic”. Saya langsung drop.
Makanya saya perlu powerbank.

*****
Agama saya Islam. Islam yang saya tahu adalah Rahmatan Lil Al-Amin, berkah dan rahmat untuk sekalian alam. Tapi teman kecil saya bernama Rahmat yang dulu menjadi sahabat setia dalam “partner in crime” saat mencuri jambu tetangga, kini telah berjenggot panjang dan bercelana cingkrang. Dia selalu berusaha keras mendoktrin saya perlunya khilafah untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini.

“Mengapa harus khilafah dan mengapa tidak kita gunakan Pancasila?”, kilah saya “Pancasila itu buatan manusia, tapi kalau khilafah itu kehendak Allah”, sanggahnya berapi-api sambil mengelus 17 helai jenggotnya yang menjuntai di dagunya. “Kamu yakin khilafah itu kehendak Allah untuk Indonesia, di bagian mana Tuhan mengatakan khilafah itu bisa solusi semua permasalahan sebuah bangsa?”, tanya saya. Dia marah, mukanya merah.
“Ah kamu ini bukan Islam yang baik”, katanya kecewa.

Pikiran seperti Rahmat ini saat ini sedang diindoktrinasikan oleh para penyebar ajaran khilafah kepada masyarakat Indonesia secara masif. Herannya Pemerintah seolah tidak mampu berbuat apapun untuk mencegahnya. Negara seolah tidak berdaya membendung ajaran khilafah yang dibungkus dengan radikalisme. Sahabat dan mentor saya Connie Rahakundini mengatakan kalau negara tidak berani berbuat tegas kepada kelompok ini, negara Indonesia akan bubar lebih cepat dari perkiraan kita. Saya terhenyak.

Tapi ada benarnya. Sebagai contoh kalau seorang Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI tidak mampu menjaga keamanan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin kita harapkan bisa menjaga keamanan sebuah Indonesia ? Bagaimana mungkin aparat keamanan membiarkan ada orang asing yang berbusana aneh bebas berdiri di sekitar pejabat negara. Secara kasat mata seharusnya bisa dilihat bahwa orang tersebut secara fisikal terlihat jelas terpapar aliran ekstrem. Negara seolah membiarkan aliran radikal berkembang biak di sekitar kita. Saya pusing. Makanya saya membutuhkan powerbank.

******
Dalam kondisi bangsa yang sedang demam dan keamanan negara sedang tidak kondusif, ada sekelompok orang yang memaksakan diri untuk membuat kegiatan pesta selebrasi inaugurasi Presiden. Saya bingung bagaimana mungkin benih kepekaan sosial tidak tumbuh ke dalam diri kita. “Itu untuk menghibur rakyat”, katanya.

Benarkah rakyat yang di kampung- kampung diundang ke jalanan Jakarta untuk berpesta ? Apakah mungkin pesta itu hanya untuk menghibur kita sendiri ?Mengapa justru kita tidak datang ke kampung-kampung di seluruh pelosok negeri dan mengadakan syukuran kecil bersama rakyat sembari menjalin silaturahmi sosial sambil menghibur mereka dengan layar tancap, misalnya ?

Saya tidak tahu jawabnya. Makanya saya butuh powerbank.
“Powerbank seperti apa dibutuhkan ?”, tanya seseorangku.
“Mungkin saya hanya perlu BPJS”, jelasku
“Apa itu itu BPJS”, tanyanya polos.
“Belaian, Pelukan Juga Sentuhan”.

Mungkin hanya itu yang saya perlukan sekarang biar otak saya dingin. Yakin ?

Salam SATU Indonesia,
16102019

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *