Kabid: Akui Kinerja UPT Alue Kuta Fakum selama ini
Foto: Lokasi Translog UPT Alue Kuta, Cot Kruet, Kecamatan Peudada
BIREUEN- ACEH Beritalima.com Program Transmigrasi Lokal (Translok) di UPT Alue Kuta Desa Cot Kruet, Kecamatan Peudada dikabarkan terlantar dan tanpa binaan teknis dinas terkait, Rabu 25 April 2018.
Akibat berbagai problem dan dinamika yang terjadi dalam implementasi kegiatan pembangunan tersebut yang diduga sarat ketimpangan.
Bahkan, sejumlah unit rumah translok serta lahan usaha (LU), dilaporkan diperjualbelikan oleh penerima bantuan beserta pejabat daerah yang mengelola program itu. Ironisnya, meski puluhan miliar anggaran publik yang telah dikucurkan untuk membiayai kegiatan ini, tapi belum memberi manfaat yang meningkat bagi masyarakat setempat.
Beberapa warga translok tersebut yang ditemui wartawan mengaku, akibat masalah yang terjadi sejak awal masa pembangunan terkesan asal jadi, serta saat pembagian rumah, penyaluran jadup dan berbagai bantuan pemerintah lainnya yang ditengarai berkubang masalah termasuk pembagian lahan usaha(LU). Sehingga, menyebabkan program translok ini jadi amburadul,”Kami heran mengapa penerima rumah itu ada warga dari luar kecamatan Peudada, padahal warga sekitar lokasi masih banyak yang layak menerima rumah translok. Karena jauh dari tempat tinggalnya, jadi mereka tak mau menetap di sini,” sebut seorang penghuni translok Peudada.
Hal senada ditambahkan beberapa warga lain yang mengaku, diantara 100 unit lebih rumah yang ada, hanya dihuni sekitar 30 KK, selebihnya ditinggal pemilik dalam kondisi kosong,”Mereka kadang seminggu sekali ke sini, untuk sekedar berkebun. Rumah itu cuma jadi rangkang singgahan buat mereka ke daerah pelosok ini,” tukas sumber yang minta tak ditulis namanya.
Bahkan, gara-gara lemahnya aturan serta binaan terhadap pemberdayaan ekononi warga translok, sehingga banyak penghuni yang hengkang setelah menjual rumah beserta lahan usaha mereka, dengan harga berkisar Rp 18 – 22 juta. Tergantung isi kebun yang dikelola. Sejumlah sumber lain juga menyebutkan, jika persoalan tersebut sebenarnya sudah lama terendus oleh penegak hukum, namun akhirnya terhenti ditenggah jalan atau kandas tanpa sebab yang jelas.
Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bireuen, Ridwan SH melalui Kabid Transmigrasi, Ilyas S. Pd saat dikonfirmasi langsung di kebunnya yang luas itu berdekatan dengan area Translok tersebut. Membantah tudingan miring ini, dia malah meminta bukti atas polemik translok yang diperjualbelikan,”Bantu saya mencari bukti unit rumah yang mana telah dijual, siapa yang jual,” pintanya.
Dia membenarkan sejak 2018 kegiatan di lokasi translok vakum, karena kendala tehnis. Tapi, setelah keluarnya SK UPT dari Dinas Transmigrasi Prov Aceh, maka pihaknya akan melanjutkan kegiatan seperti semula.
“Saya akui sejak Januari hingga April ini memang belum ada kegiatan apa-apa, tapi kami segera melanjutkan program ini mulai pekan depan,” jawabnya kepada Media Beritalima.com pada Senin 14 April kemarin.
Menanggapi masalah layanan kesehatan yang sangat dibutuhkan warga translok, akibat tak ada pihak medis. Ilyas mengaku sudah meminta ke Puskesmas Peudada. Bahkan, dia menyebutkan ruas jalan di area translok, kini sedang dalam proses tender dari dana Otsus Aceh.
“Kami memang berat untuk bekerja jika dipolemikkan, karena sudah berjalan maka saya tetap komit melaksanakan program ini,” ujarnya seraya mengaku total rumah Translok Peudada yakni 135 unit. (Abdullah Peudada)