TRENGGALEK, beritalima.com
Dengan adanya potensi kebencanaan tinggi khususnya Tsunami yang bisa mengancam beberapa wilayah di jalur pantai selatan Jawa Timur, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur gelar sosialisasi dengan tema ‘Ekspedisi Desa Tangguh Bencana’.
Ekpedisi mengenai sosialisasi kebencanaan tersebut dimulai dari Kabupaten Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan terakhir di Pacitan.
Di Kabupaten Trenggalek sendiri, kegiatan di laksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Juli 2019 dengan mengambil lokasi di dua tempat yaitu lapangan parkir Guo Lowo, Dusun Kambe, Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo sebagai titik penjemputan bendera pataka Ekspedisi Destana dari Kabupaten Tulungagung dan di pantai Prigi Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek sebagai lokasi sosialisasi.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Trenggalek, Joko Irianto, sosialisasi ini sangat penting mengingat ada tiga kecamatan diwilayah Trenggalek yang mempunyai garis pantai dengan kerawanan bencana tsunami.
“Jangan sampai ini hanya berhenti di acara seremonial saja, namun benar-benar bisa menyentuh substansi dari ketanggap bencanaan masyarakat di daerah rawan,” ungkapnya saat dikonfirmasi beritalima.com usai acara pembukaan.
Menurut Sekda, di Trenggalek sendiri ada tiga kecamatan dengan empat belas desa yang memang punya kerawanan terhadap bencana tsunami. Yaitu Kecamatan Watulimo, Munjungan dan Panggul, karena kesemuanya berada berada di pesisir pantai selatan.
“Dari ketiga kecamatan semua berpotensi, sehingga sosialisasi ini terfokus kepada otoritas di daerah tersebut, baik Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) maupun tiga pilar di pemerintahan desa,” imbuhnya.
Ditambahkan mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Trenggalek itu, kegiatan dimaksud berguna untuk meningkatkan daya antisipasi, daya pengurangan risiko, daya adaptasi dan daya lenting terhadap bencana. Peningkatan keempat daya tersebut dilakukan dengan identifikasi dan penilaian risiko bencana.
“Dari semua upaya, yang di utamakan adalah pencegahan adanya korban, kemudian mitigasi serta kesiapsiagaan maupun pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana,” tandasnya.
Terpisah, Kepala BPBD Kabupaten Trenggalek, Joko Rusianto, dalam kesempatan tersebut juga menegaskan bahwa kegiatan pada bidang pencegahan dan kesiapsiagaan merupakan satu kesatuan dalam mendukung mewujudkan ketangguhan bangsa.
“Diantara wujud dukungan itu, melalui penyusunan peta risiko bencana, penyusunan rencana penanggulangan bencana, sosialisasi pengurangan risiko bencana, penyusunan rencana kontijensi, pelaksanaan geladi dan pembentukan desa tangguh bencana,” ujar Joko Rusianto.
Sedangkan terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana, lanjutnya, pihaknya juga selalu melakukan berbagai kegiatan yang berkenaan terkait kesiapsiagaan personel maupun masyarakat terdampak bencana.
“Disini, kami juga menggarisbawahi prinsip dari pengurangan risiko bila terjadi bencana yaitu dengan meminimalkan dampak dari kebencanaan,” sambungnya.
Diketahui, secara geografis wilayah Kabupaten Trenggalek sebagian besar adalah pegunungan dan pesisir pantai, sehingga memang rawan akan bencana tsunami. Sehingga semua pihak harus bahu-membahu saling dukung dalam menghadapi segala potensi dan kemungkinan.
“Semua stakeholder terkait diharapkan bisa satu persepsi dan visi saat berbicara mengenai ini. Adanya sosialisasi ini pun juga merupakan wujud nyata negara dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat berkaitan dengan upaya pencegahan maupun kewaspadaan dalam menghadapi bencana,” pungkas pria ramah asli dari Kecamatan Kampak itu. (her)