SURABAYA, beritalima.com| Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono mendorong para alumni Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II agar selalu inovatif dan adaptif. Terlebih saat ini telah masuk era globalisasi yang dinamis dan diikuti perkembangan teknologi yang pesat.
“Kalau kita tidak inovatif dan adaptif terhadap perubahan, yang ada kita akan kalah dengan perubahan itu. Jadi di era seperti ini kita harus mau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik,” kata Heru, sapaan lekat Sekdaprov Jatim saat menutup PKN Tingkat II Angkatan V Provinsi Jatim Tahun 2019 di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jatim Jalan Balongsari Tama Surabaya, Jum’at (19/7).
Menurutnya, para alumni PKN ini dalam proses pembelajaran diminta untuk membuat proyek perubahan di instansinya masing-masing. Ia berharap, proyek tersebut bisa diaplikasikan dan menjadi cikal bakal terjadinya perubahan, perbaikan dan peningkatan yang lebih baik, sehingga dampaknya konsisten dan berkelanjutan.
“Saya yakin bila perubahan demi perubahan yang dihasilkan melalui diklat ini dapat berlanjut maka akselerasi reformasi birokrasi bisa terlaksana,” katanya.
Tidak lupa dirinya mengingatkan kepada para pejabat eselon II untuk selalu melahirkan inovasi-inovasi baru. Melalui inovasi tersebut diharapkan dapat tercipta pengelolaan pemerintahan yang baik, efektif, efisien, sehingga pelayanan publik ke masyarakat juga semakin baik.
“Di era saat ini kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan manajemen, tapi kita juga harus mengoptimalkan dan memperbaiki sistem, sehingga dapat terwujud kinerja pelayanan publik yang prima,” jelas Heru.
Senada dengan Sekdaprov Jatim, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Dr. Adi Suryanto berharap peserta PKN nantinya mampu menjadi pemimpin perubahan di tempatnya masing-masing. Apalagi mereka telah membuat proyek perubahan selama proses pembelajaran.
“Semoga ilmu yang sudah didapat saat mengikuti PKN dapat diaplikasikan saat kembali ke instansi masing-masing,” katanya.
Menurutnya, suatu perubahan tidak bisa dilakukan bila tidak tahu masalah yang ada di organisasinya. Untuk itu sebagai pemimpin, seseorang harus mampu memetakan masalah dan kemudian menyelesaikannya dengan cara inovatif.
“Ke depan saya berharap tidak ada lagi pemimpin publik yang tidak melakukan perubahan apalagi era saat ini menuntut kita terus berubah sehingga mampu mengatasi tantangan global. Selain itu sebagai pemimpin kita harus memberikan ruang bagi ASN muda dan para CPNS untuk berkontribusi sehingga reformasi birokrasi kita bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Peserta pelatihan kepemimpinan tingkat II Angkatan V Tahun 2019 ini berjumlah 60 orang. Peserta tersebut berasal dari berbagai instansi seperti Kejaksaan RI, Mahkamah Agung, Badan Pusat Statistik dari Provinsi Jatim dan Provinsi Maluku Utara. (rr)