SURABAYA, beritalima.com | Jelang penjaringan partai politik terhadap calon walikota Surabaya mendatang, maka semua isu yang terjadi pada kandidat calon walikota, menjadi menarik diperbincangkan. Sebut saja Lia Istifhama, yang semakin ramai muncul dengan sebutan ning ceria-nya.
Sabtu (24/08), terjadi momen yang menunjukkan posisi Lia dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Partai yang lekat dengan warga nahdliyin dengan raihan 5 kursi di tingkat Surabaya ini, memang harus diperhitungkan. Meski dalam pilwali PKB harus berkoalisi dengan partai lain, namun posisinya cukup sentral.
Meski berbeda partai, Lia Istifhama yang merupakan kader PPP terlihat bertemu dengan ketua PKB Surabaya, Musyafak Rouf, dan Mazlan Mansur. Mazlan merupakan kader PKB yang pernah mewarnai Pemilihan Walikota Surabaya 2015. Pada hari yang sama, Lia pun terlihat bertemu dengan Sekjen PKB yang notabene Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Ada apa?
“Saya bertemu dengan cak musyafak rouf dan pak mazlan tak sengaja ketika acara pelantikan PW fatayat NU Jatim. Kami ngobrol santai dan singkat. Tidak ada bahasan pilwali, tapi lebih merekatkan silaturahmi. Kebetulan Cak Musyafak sudah lama dikenal baik oleh keluarga saya, bahkan sangat akrab dengan ayah dan paman saya. Faktor sama-sama aktivis NU. Sedangkan pak Mazlan merupakan keluarga dari garis suami saya. Jadi alhamdulillah, di tengah kesibukan masing-masing, masih rezeki bisa ketemu meski tidak lama”, ujar Lia.
Lalu bagaimana dengan Imam Nahrawi?
“Saya bertemu pak Mentri (Menpora) tadi malam karena kebetulan saya dampingi Ibu Gubernur (Khofifah Indar Parawansa) menghadiri acara ngunduh mantu mantan rektor IAIN Sunan ampel, Prof Ridlwan Nasir. Kalau sekarang kan namanya UINSA”, terang Lia.
Ditanya apa yang diobrolkan, Lia menjelaskan bahwa Imam Nahrawi banyak berbicara dengan Gubernur Jatim.
“Ibu gubernur cukup lama berbincang-bincangnya. Guyub, santai, dan akrab. Beliau banyak menyampaikan tentang almarhum Gus Dur. Bahwa Gus Dur merupakan sosok pemimpin humanis. Semua aspek beliau mengutamakan sisi kemanusiaan. Jadi wajar saja jika kemudian beliau dianggap sangat toleran terhadap pluralisme dan multikultural.
Pak Mentri dan yang ikut berbincang, terlihat antusias mendengar Ibu Gubernur. Nah, kalau pak Mentri dengan saya, ngobrol juga tapi hanya sebentar dan karena beliau sangat low profile, jadi obrolan kami yah guyonan santai. Pak Mentri ini sama dengan pak Muhaimin, orangnya santai dan low profile juga,” pungkas Lia, alumni Unair (Universitas Airlangga dan Uinsa (UIN sunan ampel). (rr)