Setu Babakan Belum Menjadi Simbol Wisata Jakarta

  • Whatsapp
Salah satu penjual dodol khas Betawi di kawasan Setu Babakan.

Jakarta, beritalimacom| Setu Babakan yang terletak di kawasan Srengseng, Jakarta Selatan, seharusnya bisa dioptimalkan sebagai simbol wisata budaya dan kearifan lokal Jakarta. Namun bila kita berkunjung kesana, tampak penataannya belum optimal.

Berdirinya Museum Betawi Setu Babakan yang telah diresmikan pada pertengahan 2017 (plus beberapa fasilitas untuk pentas seni, pertemuan dan rumah adat Betawi), menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung atau wisatawan yang ingin tahu lebih mendalam soal sejarah Jakarta umumnya dan Betawi khususnya.

Bacaan Lainnya

Namun sayangnya, koleksi benda/narasi yang terdapat di museum bisa terbilang masih sangat terbatas. Kota Jakarta dalam lintasan sejarahnya, merupakan “kota pejuang”, yang juga punya andil besar saat melawan kaum kolonial, hingga kemerdekaan diraih pada 17 Agustus 1945. Adanya Museum Juang di Jalan Menteng 31, Jakarta, adalah salah satu bukti penting bagaimana peran pemuda di Jakarta.

Wisata Budaya

Berbicara budaya dalam arti luas, maka keberadaan budaya Betawi di Jakarta menjadi sangat penting untuk diketahui. Terlebih, posisi Jakarta sebagai ibukota negara (sebelum nantinya ada rencana dipindahkan ke Ibukota Negara yang baru di Penajam Passer Utara, Kalimantan Timur), menjadi titik temu beragam budaya lokal dan asing.

Hadirnya Setu Babakan yang telah dilakukan tata ulang lewat berbagi kebijakan dari Gubernur ke Gubernur dan puncaknya diresmikannya museum pada saat Lebaran Betawi oleh Presiden Jokowi pada 2017, seharusnya setelah itu Setu babakan terus berbenah menjadi sebuat aset wisata budaya Betawi yang komplit.

Contohnya saat pengunjung masuk ke Museum, harus ada pemandu yang bisa menceritakan (story telling) dengan baik tentang berbagai budaya Betawi. Alunan musik Betawi juga tidak terdengar saat pengunjung memasuki atau mengelilingi komplek museum.

Kami sempat ingin berfoto menggunakan pakaian khas Betawi – seperti halnya terdapat di sejumlah museum – namun ternyata tidak ada fasilitas menyewakan pakaian tersebut. Padahal ini sebuah aset yang menarik dalam menarik kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Bermain Paddle di Setu Babakan bakal seru.

Penataan Lebih Profesional

Saat kita mengelilingi Setu atau Danau, banyak dijumpai yang menjual makanan dan minuman serta sarana permainan wahana air untuk anak-anak. Tetapi kondisi air danau sendiri kurang terlihat bersih. Sarana parkir kendaraan roda dua khususnya, tidak ditata dengan baik. Termasuk kedai atau rumah makan yang ada, belum dikemas dengan suasana tempat yang lebih nyaman lagi.

Salah satu wahana permainan air yang kini juga sedang banyak diminati anak muda, yakni bermain air di atas papan atau disebutnya Paddle. ini juga bisa mengundang banyak orang datang dan mendapat masukan keuntungan pula secara ekonomi.

Sebagai sebuah perkampungan Betawi, sebaiknya di dalam kawasan Setu Babakan harus ditata dari segi kerapihan, kebersihan, dan tentunya keamanan. Karena kalau kawasan wisata ini sangat rapih dan nyaman, maka wisatawan yang datang akan betah dan berkunjung kembali.

Kami sempat mengunjungi tempat pembuatan dodol khas Betawi. Produknya sangat enak dan murah. Namun pembuatannya terkesan kurang profesional. Si pembuat tak menggunakan masker, sarung tangan, dan tempat bangunannya ala kadarnya.

Karena kita baru saja melewati masa pandemi Covid-19, di mana faktor kesehatan dan kebersihan menjadi syarat mutlak bagi industri wisata bila ingin berkembang. Bahkan Pemerintah kita melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah membuat protokol/sertifikat kesehatan yang disebut CHSE, yakni kepanjangan dari Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan). Tanda CHSE bisa dikatakan tertera di hampir semua tempat wisata Indonesia.

Sebagai sebuah kawasan wisata seluas lebih 30 hektar, Setu Babakan memiliki prospek sangat baik dan strategis dalam memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Betawi. Aset penting ini untuk dijaga bersama, baik oleh masyarakat sekitar maupun Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Agenda acara wisata setiap tahun yang diisi beragam kegiatan menarik dari budaya Betawi, hendaknya disusun dengan baik sehingga masyarakat atau wisatawan akan selalu menunggu kehadirannya.

M. Abriyanto, wartawan beritalima.com

 

beritalima.com beritalima.com

Pos terkait