SURABAYA, beritalima.com | Dengan dalih menjaga silaturahmi persahabatan almarhum ayahanda KH. Masykur Hasyim dengan ulama legendaris Madura, KH. Alawy Muhammad, ning Lia Istifhama pun melakukan silaturahmi dengan cucu KH. Alawy. Adalah KH. Mohammad Subhan, cucu ulama karismatik Sampang, yang kini menjabat sebagai Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Sampang.
Berlangsung gayeng pada Sabtu (18/9), ning Lia mengakui bersyukur masih bisa menjalin silaturahmi dengan KH. Subhan.
“Alhamdulillah masih bisa berjalan silaturahmi dengan baik semenjak beliau (KH. Subhan) aktif dalam kampanye Pilgub Khofifah Emil. Namun selama ini silaturahmi berjalan virtual, dan baru kali ini (18/9) bisa silaturahmi langsung. Momentum ini sekaligus sebagai pengingat kami atas perjuangan KH. Alawy, kakek beliau, dengan ayah saya, yang selama hidup, beliau berdua merupakan potret idealisme berdakwah.”
“Selain ayah saya, panutan saya tentang keberanian bersuara untuk syiar Islam adalah KH. Alawy Muhammad. Sedari kecil, saya sering mengikuti agenda ayah saya dan yang selalu saya tunggu selain pidato ayah saya, adalah pidato oleh KH. Alawy. Suara beliau berdua berat, tegas dan mampu membuat suasana menjadi kesan menggelagar. Namun meski terdengar garang, namun kharismanya sangat terasa dan mampu menjadi sesuatu yang sangat lekat dalam hati.”
Ning Lia pun menambahkan bahwa mencari sosok-sosok pemberani seperti KH. Alawy Muhammad maupun ayahanda-nya yang dikenal sebagai singa podium pada masanya, cenderung langka.
“Jujur saya merindukan ketegasan dan keberanian seperti beliau berdua. Itu yang mungkin tidak mudah ditemui saat ini. Sayangnya saat itu belum masanya video digital. Andai ada rekam jejak video mereka berdua, saya kira ini menjadi momen penting agar para generasi muda belajar tentang idealisme dan keteguhan dalam berbicara. Meski begitu, pidato mereka sama sekali tidak memiliki tendensi provokasi, melainkan pesan untuk membangun kepedulian.”
Aktivis perempuan tersebut juga menjelaskan keunikan pidato kedua almarhum, yaitu mampu menyelipkan humor dan mengajak hadirin bersholawat bersama setelah pidato yang berapi-api. Hal ini yang dinilai ning Lia sebagai identitas Nahdliyyin yang sangat kuat.
Sedangkan KH. Subhan yang ditemui di kediamannya, mengakui bahagia dan trenyuh dengan pengakuan ning Lia.
“Saya senang jika masih ada generasi muda yang mengenang kakek saya dengan baik. Saya sendiri juga menganggap alm KH. Alawy sebagai panutan sejati. Beliau juga inspirasi bagi saya agar tetap bersyiar dakwah. Dalam hal ini, wadah PPP dan NU merupakan hal penting bagi saya agar tetap mampu memperjuangkan syariat Islam di tengah masyarakat.”
Seperti diketahui, KH. Alawy Muhammad yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Attaroqi, Dusun Karongan, Desa Tanggumong, Sampang, wafat pada 11 November 2014 silam. Saat itu ribuan orang hadir dalam pemakaman ulama yang dikenal dengan perjuangannya menentang rencana pemerintah Orde Baru membangun Waduk Nipah di Desa Nipah, Sampang. Sedangkan KH. Masykur Hasyim wafat pada 2 April 2020. Pemakamannya pun dihadiri para pentakziyah yang memadati kampung Wonocolo, Surabaya dan ratusan karangan bunga pun terlihat berjejeran kala itu. (RED)