SURABAYA, beritalima.com | Berlangsung di Panggungrejo Kepanjen, Kabupaten Malang, Panen Raya Kelompok Tani Petani Mekar 1 binaan PT. Tunas Harmoni Abadi (Pupuk Biotani), telah berjalan lancar. Acara tersebut juga dihadiri oleh para pengurus Perempuan Tani (Pertani) HKTI yang memang telah bersinergi dengan pupuk organik Biotani sebagai bentuk ikhtiar membantu petani memiliki peningkatan produktivitas.
Sinergi Pertani-Biotani selalu terlihat ‘mesra’ dan mendapatkan respon positif dari petani. Mengingat, mereka secara nyata membantu memberikan alternatif solusi bagi berbagai permasalahan pertanian, seperti gagal panen, ancaman hama dan pestisida, serta kerugian akibat cost (biaya pertanian) dengan hasil panen tidak seimbang.
Direktur Utama pupuk cair biotani, H. Muhammad Ali menyampaikan bahwa panen yang dilakukan pada (15/8) kemarin menggunakan sistem ubinan. Seperti diketahui, ubinan adalah cara untuk melihat perkiraan hasil panen tanaman padi atau palawija melalui titik sampel dengan cara diukur dengan ukuran 2,5 x 2,5 m² yang kemudian hasilnya diukur dan ditimbang. Hasil inilah dapat dijadikan dasar dalam penentuan produksi dalam 1 Ha.
“Dari hasil ubinan pada panen hari ini, diketahui bahwa biaya saprodi, yaitu total biaya yang digunakan untuk pembelian sarana produksi dalam usahatani, berkurang 100 %. Sebaliknya, produktivitas meningkat. Berbekal pupuk organik, maka telah terjadi residu bahan kimia dan tumbuhnya padi yang sehat,” jelas Ali, yang juga menambahkan bahwa dalam satu bulan, Biotani melakukan panen raya hingga tiga kali di berbagai Kabupaten Kota.
Biotani yang sekarang telah berusia 15 tahun, juga mengenalkan program Kemitraan dengan Petani, yaitu pendampingan melalui paket saprodi yang tidak memberatkan petani karena pihak Biotani akan melakukan dampingan hingga tercipta peningkatan menunjukkan produktivitas hasil pertanian dengan biaya lebih rendah daripada saprodi kimia.
Ditambahkan oleh Ketua Pertani HKTI Jatim, ning Lia Istifhama, bahwa sinergi yang dilakukan bersama Biotani, bagian dari penguatan spirit agraris yang digelorakan oleh orsap HKTI tersebut. Selain itu, aktivis asal Surabaya tersebut, menjelaskan pentingnya bahan organik sebagai ikhtiar mewujudkan lingkungan yang lebih sehat.
“Dari masa Pandemi, kita disadarkan akan pentingnya kesehatan. Kesehatan bisa mencakup dua hal, internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah lingkungan yang sehat, diantaranya melalui pengurangan bahan kimia karena berpotensi menjadi limbah dan sebagainya. Sedangkan faktor internal adalah bagaimana kita memiliki keterpnuhan pangan yang berasal dari sumber daya hayati, yaitu alami dari pertanian, perikanan, peterenakan, perkebunan.”
Selain penguatan bahan alami atau organik, ning Lia juga menekankan pentingnya spirit ketangguhan atau yang disebutnya resiliensi diri.
“Dari pengalaman petani, kita diperlihatkan fakta bahwa mereka ini pernah mengalami kegagalan hingga 7 kali. Namun mereka tidak pantang menyerah dan tetap berjuang demi kelangsungan pangan. Jika dikaitkan semangat Dirgahayu RI 76, maka penting bagi kita menumbuhan semangat tumbuh menjadi lebih tangguh. Terlebih dari sektor agro. Mengingat penguatan sektor agro adalah pondasi all sektor grow (tumbuh),” pungkasnya.
Pertani HKTI sendiri, dihadiri oleh para jajaran. Diantaranya adalah Ketua Kabupaten Malang Yuliana Riamah, Ketua Kota Batu Mardi Setia Ningsih, Kota Malang Jumiati, pengurus Jatim Eva Fauzia, Siti Fatimah, Enny Hayati, Evana, dan para pengurus lainnya. Sedangkan dari Forkopimda Pemkab Malang, hadir Dyah dari Dinas Pertanian.