SURABAYA, beritalima.com – Tidak salah bila para siswa dan lulusan SD Muhammadiyah 15 Surabaya memiliki kepribadian, ilmu pengetahuan dan ahklak yang lebih. Pasalnya, sejak jadi siswa sekolah tersebut mereka sudah diberi pendidikan itu, tidak cukup dengan teori, tapi juga lewat praktek.
Senin (28/5/2018) pagi, seluruh siswa-siswa SD Muhammadiyah 15 Surabaya (kecuali murid kelas VI) ini mendapat pendidikan 3 hal sekaligus. Yang pertama praktek atau simulasi Sholat Ied, kemudian pemahaman bertoleransi, dan yang terakhir kasih sayang pada ibu.
Asifatuz Zuhro, Guru SD Muhammadiyah 15 Surabaya yang juga selaku Ketua Pelaksana Kegiatan mengatakan, simulasi Sholad Ied ini sangat penting diberikan supaya pelajar sekolah ini tidak salah dalam menerapkannya pada Hari Raya Idul Fitri mendatang.
“Simulasi Sholat Ied ini dilaksanakan sebagai pembelajaran bagi anak-anak supaya tahu tata cara, jumlah rekaat dan takbir, serta surat yang harus dibaca dalam mengerjakan Sholat Ied pada Hari Raya Idul Fitri nanti,” tutur Asifatus di sela kegiatan, Senin (28/5/2018).
Dalam praktek Sholat Ied ini yang terpilih menjadi imam adalah Farrell Reyhansyah Arfianto, siswa kelas V yang sudah hafal Al Quran, dan Rafa Arasy Widiarta, siswa kelas IV yang ditunjuk menjadi Khotib.
Sementara siswa-siswi lainnya sebagai makmum. Mereka, yang puteri semuanya mengenakan mukena, dan yang laki-laki memakai baju muslim lengkap dengan kopyah. Sebelum sholat, mereka mengawali dengan takbir berulang-ulang.
“Ya saya sempat grogi juga dan deg-degan, karena baru pertama ini jadi imam,” aku Farrell usai jadi imam dalam praktek Sholat Ied itu. “Padahal biasanya kalau jamaah shalat saya biasa saja, tenang,” tambah siswa hafal Al Quran ini.
Sedangkan Rafa Arasy Widiarta, siswa yang ditunjuk sebagai Khotib dalam praktek sholat itu mengatakan, khotbah yang disampaikan sesuai yang diajarkan guru pembimbingnya, yakni tentang toleransi beragama.
Rafa mengatakan, kita harus saling menghargai dan menjujung tinggi perbedaan beragama, menghormati sesama manusia. “Kita tidak boleh bertengkar, tidak boleh saling mencela, harus bersahabat dengan pemeluk agama lain,” kata siswa kelas IV ini.
Asifatus membenarkan itu, anak-anak harus diajarkan menghormati perbedaan, termasuk perbedaan beragama. “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku,” tagasnya.
Sementara itu Wakil Kepala SD Muhammadiyah 15 Surabaya, Ali Sodiqin, menjelaskan, pembelajaran di luar kelas kali ini selain simulasi Sholat Ied dan pemahaman tentang toleransi beragama, juga dongeng supaya anak-anak lebih menyayangi ibunya.
Pelajaran terakhir itu sekalian diberikan, supaya anak-anak tidak mengalami pergeseran sopan santun terhadap orangtua, terutama pada ibunya.
Untuk itu, supaya pelajaran ini mengena dan tidak membosankan, sekolah inspiratif ini menghadirkan pendongeng Kak Tobi dan Kak Maya dengan bonekanya.
Ditemui seusai mendongeng yang disimak ratusan anak-anak tersebut, Tobi mengatakan, dongengnya bertema menyayangi ibu, kisah inspiratif Uais Al Qalib dari Yaman. Dia yakin, setelah mendengar kisah ini anak-anak akan lebih menyayangi ibunya. (Ganefo)