JAKARTA, beritalima.com | Setelah resmi berdiri sebagai entitas mandiri, PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) terus berkomitmen untuk mendorong kemajuan perekonomian syariah melalui Sharia Knowledge Centre (SKC). Kanal ini didedikasikan untuk membantu meningkatkan literasi dan inklusi ekonomi syariah masyarakat Indonesia serta medium kolaborasi seputar perekonomian dan keuangan syariah.
Omar Sjawaldy Anwar, Presiden Direktur Prudential Syariah, mengatakan, selain bertanggung jawab melayani dan melindungi lebih dari 500.000 peserta, sebagai market leader, Prudential Syariah bertanggung jawab untuk mengembangkan perekonomian syariah di Indonesia.
“Kami melihat bahwa meski potensi perekonomian syariah sangat besar, masih banyak tantangan yang harus dihadapi bersama. Contohnya, literasi keuangan syariah yang masih rendah, yaitu 8,93%,” kata Omar, Rabu (12/10/2022).
Oleh karenanya, lanjut dia, Prudential Syariah juga menjalankan misi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah dengan meluncurkan SKC.
“Kami percaya dibutuhkan peran dan partisipasi aktif seluruh pihak untuk menyukseskan misi ini, sehingga kami juga menerjemahkan SKC sebagai wadah kolaborasi bersama pemerintah, regulator, pakar ekonomi syariah dan segenap pemain industri ekonomi syariah,” tuturnya.
Secara lebih detail mengenai SKC, Bondan Margono selaku Head of Product Development Prudential Syariah menjabarkan, SKC memiliki pilar informasi, literasi, inovasi, dan kolaborasi. “Kanal ini kami bagi menjadi empat bagian penting, yaitu Edukasi, Regulasi dan Data, Penelitian dan Pengembangan, serta Bincang Syariah,” terangnya.
Melalui kehadirannya, SKC ingin berkontribusi dalam peningkatan literasi dan inklusi syariah, memelopori lahirnya inovasi produk dan layanan berbasis syariah, memperkuat fondasi pertumbuhan asuransi jiwa syariah bersama segenap asosiasi, serta menjadi pusat edukasi digital yang berperan sebagai rujukan untuk menambah wawasan masyarakat terhadap perkembangan terkini perekonomian syariah.
Menurutnya, Indonesia berada di kotak yang sangat strategis dalam perekonomian syariah global, karena market size industri halalnya sangat besar, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia (87% dari total populasi).
Bahkan dengan geliat perekonomian syariah yang begitu aktif, Indonesia adalah salah satu negara yang patut menjadi acuan dalam hal keuangan syariah karena mampu terus bertahan dan berkembang serta menopang perekonomian nasional, meski di tengah pandemi COVID-19 yang menantang.
“Peluang ini harus dimanfaatkan secara optimal dengan disertai peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah ataupun ketersediaan ragam pilihan produk-produk syariah,” tuturnya.
Terkait perekonomian syariah, Dr. Sutan Emir Hidayat, SP., MBA, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah, Manajemen Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (ME KNEKS) memaparkan, perekonomian syariah memiliki resiliensi yang baik dan berkontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Terlihat dari jumlah aset keuangan dan industri keuangan non-bank (IKNB) syariah yang terus meningkat, begitu juga dengan pendapatan kontribusi unit usaha yang tumbuh 11,5% (yoy) di semester I 2022. Meski demikian, pertumbuhannya masih belum optimal, seperti pangsa pasar asuransi syariah yang tercatat baru 5,3% di akhir 2021.
“Berbagai tantangan itu tentunya harus diatasi agar perekonomian syariah dapat berkembang dengan pesat, di antaranya terkait inklusi dan literasi, hingga diferensiasi produk-produk syariah yang masih sangat terbatas,” ujarnya.
Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si., Rektor IPB University turut berkomentar, sebagai lembaga pendidikan, pihaknya memikul tanggung jawab besar untuk ikut mengkampanyekan literasi perekonomian syariah. Apalagi sumber daya manusia (SDM) yang memiliki latar belakang secara formal masih minim sekali, kira-kira hanya sekitar 10%.
“Maka, kami berkomitmen untuk terus menciptakan SDM unggul yang dapat memperkaya literatur perekonomian syariah serta siap menjadi agen perubahan yang kompeten dalam keseluruhan aktivitas ekonomi syariah,” tukas Arif.
“Selain melalui metode pembelajaran formal, kami juga percaya literasi syariah perlu digalakkan di berbagai channel yang mudah diakses sehingga dapat menumbuhkan minat serta memudahkan masyarakat memanfaatkan seluruh produk dan layanan berbasis syariah,” lanjut Arif.
Guna mendukung SKC berkontribusi dalam perekonomian syariah, di momen peluncuran ini Prudential Syariah mengukuhkan kolaborasi dengan dua mitra pertamanya, yaitu ME KNEKS dan IPB University yang disahkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
Sejumlah program telah disiapkan untuk melalui SKC, di antaranya materi pembelajaran ekonomi syariah, riset ekonomi syariah, forum dan acara ekonomi syariah, hingga berbagai kegiatan promosi dan aktivasi literasi keuangan syariah.
Omar kemudian menambahkan bahwa sokongan pemberdayaan digitalisasi secara tepat dan terukur penting dalam ekosistem perekonomian syariah. Beliau sangat mengapresiasi inisiatif SKC karena dapat menjadi sarana yang menghubungkan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
“Dengan eksistensi SKC, kami berharap dapat terus menjadi bagian dari pertumbuhan perekonomian syariah, selaras dengan aspirasi kami untuk membantu masyarakat Indonesia hidup lebih sejahtera, menjadi salah satu kontributor ekonomi syariah terkemuka di Indonesia, sekaligus mendukung visi pemerintah agar Indonesia menjadi pusat ekonomi Syariah global,” tutup Omar. (Gan)
Ki-ka: Bondan Margono, Paul Setio Kartono, Dodik Ridho Nurrochmat, Omar Sjawaldy Anwar, Sutan Emir Hidayat, Indrijati Rahayoeningtyas, dan Tatang Nurhidayat.