JAKARTA, Beritalima.com– Tidak hanya anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay mempertanyakan kalung kalung ‘Anti Virus’, hal itu juga anggota dewan lain di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta.
Dan, salah satu dari sekian dewan yang mempertanyakan adalah, Dr H Andi Akmal Pasludin, anggota Komisi IV DPR RI dari Farksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Andi Akmal malah mempertanyakan kinerja kementerian yang mencoba keluar dari fokus tujuan utama membangun ketahanan pangan melalui produksi pertanian yang mencukupi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia tanpa impor.
Bahkan, kata Andi Akmal dalam keterangan tertulis melalui WhatsApp (WA) kepada Beritalima.com, Senin (6/7) siang, Komisi IV meminta Kementan tetap fokus bagaimana produksi pertanian. “Kalau pun itu dari litbang hubungannya dengan eucalyptus, saya kira nggak ada masalah, tapi sebaiknya di internal dulu gitu loh. Kalau mau diproduksi besar-besaran, kan itu tentu menimbulkan pertanyaan dari semua pihak, dari semua sisi bisa dipertanyakan itu,” kata Andi Akmal.
Kritik yang dilontarkan legislator asal Dapil II Provinsi Sulawesi Selatan ini memang memiliki alasan kuat lantaran selama ini polemik masalah pangan mulai dari pangan pokok seperti beras, gula, garam, hingga hortikultura seperti bawang, sayur, buah selalu berpolemik.
Polemiknya, ungkap Andi Akmal, mulai dari izin impor hingga persoalan perdebatan data di lapangan. Intinya kemampuan produksi pangan belum mapan. Namun, yang dimunculkan sesuatu yang barangkali menyinggung beberapa pihak terutama persoalan kode etik.
Akmal mengatakan, penelitian kalung antivirus Corona milik Kementan itu belum teruji bisa menjadi penangkal virus Corona. Tak hanya itu, anggaran untuk rencana produksi massal kalung tersebut juga akan dipertanyakan berbagai pihak.
Untuk itu, Andi Akmal meminta Kementan untuk fokus bagaimana produksi pertanian tetap melimpah saat pandemi. Karena ini adalah tugas utama kementan untuk menangkal segala alibi kementerian perdagangan dan kementerian koordinator yang selalu memunculkan opsi Impor pangan akibat produksi dalam negari kurang. “Publik perlu harus tahu dan Komisi IV tahu apakah sudah melalui kajian yang dalam apakah sudah dipraktikkan juga ke orang-orang yang kena Corona, dengan adanya kalung itu tidak kena. Itu kan harus ada penjelasan ya,” jelas dia.
Andi Akmal menjelaskan, produk kalung itu bukan kalung yang menjadi inti fungsi melawan Corona tetapi pada aroma terapi yang di pasang atau di tempelkan di kalung sehingga berfungsi mirip dengan inhealer. Namun, persepsi kalung ini oleh publik bisa saja dikira jimat atau hal-hal ghaib yang mampu melawan Corona, apalagi masyarakat kita sangat gemar klenik secara mayoritasnya.
Jadi, kata Andil Akmal, kalung itu tidak dapat dikatakan obat tetapi hanya aroma terapi yang berfungsi sebagai jamu, karena kalau obat, harus melalui uji klinis kepada manusia dan mengalami ratusan keberhasilan. “Saya lebih menyarankan agar kementan berfokus pada kerjaan utama nya yang mampu memproduksi pangan sehingga impor tidak terjadi. Kalau ini silahkan dipublikasi besar-besaran. Jangan mencoba jadi Pahlawan di tempat yang salah meskipun ini waktu yang cocok muncul pahlawan di masa pandemi covid-19.” demikian Dr H Andi Akmal Pasluddin. (akhir)