BATU, beritalima.com – Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) bukan sekedar ajang koordinasi. Namun juga sarana unjuk gigi potensi yang dimiliki. Setidaknya, itu tersaji dalam parade budaya rangkaian Apeksi ke-14 Regional IV di Kota Batu, Rabu (18/4/2018), kemarin.
Kedua belas kota di Provinsi Jatim, Bali, NTT, dan NTB tersebut saling pamer budaya masing-masing. Tak terkecuali Kota Karismatik Madiun. Tari “Solah Mediunan” sengaja ditampilkan. Budaya khas yang baru saja dilaunching awal tahun ini tersebut tak kalah cantik dengan tampilan kota lain. Bahkan, cukup menarik perhatian.
Sebanyak 40 penari turut ambil bagian. Berbusana nuansa hijau berpadu orange menambah semarak tarian yang dibawakan. Apalagi, gerakan tari Solah Mediunan cukup energik. Maklum, gerakan merupakan perpaduan tari dan pencak silat yang menjadi khas kota pecel. Iring-iringan penari diawali dengan mobil berhias bunga segar. Terdapat belasan jenis bunga. Mobil dikonsep seperti taman dengan satu keranjang besar yang juga berhias bunga.
Wakil Walikota, H. Armaya, menyebut penampilan Kota Madiun tak kalah menarik dengan kota lain. Bahkan, memiliki keunggulan tersendiri secara orisinalitas. Sebab, penampilan sejumlah kota lain sudah dibumbuhi dengan budaya luar daerah. Seperti kesenian reyog. Seni tari topeng terbesar di dunia tersebut merupakan kesenian Kabupaten Ponorogo.
“Kesenian Kota Madiun orisinal. Ada beberapa (kota) tadi yang sudah dibumbui dengan kesenian lain,” kata H. Armaya.
Namun, Armaya mengapresiasi gelaran parade budaya secara keseluruhan. Cukup menarik dan meriah. Banyak kesenian yang jarang dilihat. Terutama, dari sejumlah kota dari Provinsi NTT dan NTB. Mulai Kota Mataram, Bima dan Kupang. Mereka juga tampil orisinil. Begitu juga Kota Denpasar.
“Banyak yang bisa diambil dari kegiatan ini untuk kemudian dikreasikan dengan yang baru di Kota Madiun. Prinsipnya Kota Madiun siap kalau ditunjuk sebagai tuan rumah,” tambahnya.
Gelaran parade ditutup dengan kesenian bantengan khas Kota Batu. Sekilas kesenian mirip kebo gila. Sejumlah pemain yang memerankan mengalami kesurupan. Tak heran, membuat histeris pengunjung. Kesenian diawali dengan aksi memainkan cambuk. Beberapa menyemburkan minyak dari mulut dengan disulut api.
Pemain bantengan masuk ke depan panggung. Berkumpul di tengah membentuk lingkaran kecil. Pemain melingkari sebuah sesaji di tengah. Berupa kuali berisi air dan bunga. Lengkap dengan kemenyan dan lainnya. Pemain langsung kesurupan begitu kuali dibanting ke aspal. Beberapa pemain lain yang bertugas menjaga tak kuasa menahan. Beberapa langsung berjatuhan. Suasana kian mistis dengan eraman pemain yang kesurupan. Satu persatu pemain disadarkan sang pawang. Kesenian ini menjadi penutup yang menarik. (Diskominfo).