SURABAYA, beritalima.com | Di tengah gejolak kondisi ekonomi global, resep jamu Bank Indonesia (BI) ampuh jaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan itu dalam Simposium Bank Indonesia, Sabtu (19/10/2019).
Strategi tersebut, lanjut Perry, adalah bauran kebijakan Bank Indonesia yang terdiri atas kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan dan ekonomi keuangan syariah.
Disebutkan, ada 5 tantangan perekonomian yang saat ini dihadapi Indonesia.
Pertama, berlanjutnya perang dagang dan risiko geopolitik yang menekan perekonomian dunia dan membuat ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi sehingga mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman.
Kedua, dinamika aliran modal asing yang volatile atau mudah keluar dan masuk, sehingga dibutuhkan usaha untuk mempercantik investasi dalam negeri yang mampu menarik investor.
Ketiga, kebijakan suku bunga yang menjadi kurang efektif.
Keempat, perkembangan ekonomi dan keuangan digital yang pesat dalam bentuk financial technology dan unblinding financial services di luar bank yang berpotensi menciptakan shadow banking, digital money dan meningkatkan risiko stabilitas moneter dan finansial.
Dan yang kelima, perubahan perilaku agen ekonomi, baik sebagai konsumen ataupun tenaga kerja.
Menghadapi tantangan tersebut, masih menurut Perry, Bank Indonesia mengeluarkan strategi berupa bauran kebijakan.
Bauran kebijakan itu di antaranya melalui penurunan BI 7 Days Reverse Repo-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,00 persen.
Selain itu, BI juga melakukan relaksasi kebijakan makro prudential untuk meningkatkan kapasitas penyaluran kredit perbankan, dan mendorong permintaan kredit pelaku usaha yang ditempuh melalui penyempurnaan Pengaturan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)/RIM Syariah.
Juga, pelonggaran Rasio Loan to Value Financing-to-Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan properti 5 persen dan uang muka untuk kendaraan bermotor 5-10 persen.
Tidak hanya itu, BI juga terus memperkuat kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan serta strategi operasi moneter.
“Dengan berbagai tantangan yang ada, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 diproyeksikan berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4 persen, dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5 persen pada tahun 2020,” kata Perry.
Ditambahkan, inflasi diperkirakan tetap rendah dan stabil. Defisit transaksi berjalan diperkirakan sebesar 2,5-3 persen dari PDB.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, cukup optimis Jatim dapat membantu pertumbuhan ekonomi nasional.
“Untuk lebih mendorong tumbuhnya perekonomian Jatim, dibutuhkan fokus program yang dapat diketahui signifikansinya. Sinkronisasi program antar instansi juga menjadi kata kunci,” kata Khofifah.
Dituturkan Khofifah, pengembangan SDM juga sangat dibutuhkan. Saat ini, pemerintah Jatim telah mendorong pengembangan SDM melalui BLK antara SMA dan SMK yang serumpun untuk mampu menghasilkan tenaga kerja yang profesional. (Ganefo)