BANYUWANGI, beritalima.com –
Terhambatnya proses produksi yang dialami pabrik gula Glenmore akibat kurangnya pasokan bahan baku tebu menguak fenomena lain yang terjadi ditubuh Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Banyuwangi.
Lembaga yang terbentuk baru seumur jagung di Banyuwangi itu situasi internal pengurusnya ibarat menyimpan bara api didalam sekam dan sewaktu waktu bisa menjadi api yang membara.
Hal itu tampak dari ketidak kompakan antara ketuanya yang bernama Sigit dengan pengurus yang lain.
Setelah Tri Akbar yang menjabat sebagai sekretaris 2 bersuara sumbang dengan menuding jika selama ini APTRI tidak pernah aktif akibat ketuanya yang lemah syahwat karena tidak pernah bekerja seperti yang semestinya.
Kini giliran Heri wijiyatmoko yang merupakan bidang hukum APTRI pun berteriak lantang senada dengan Tri Akbar, dalam pernyataannya Hari menghujat Sigit yang dianggap tidak layak menjabat ketua APTRI Banyuwangi.
“Demi masa depan APTRI Banyuwangi, perlu dipikirkan kembali tentang evaluasi kinerja pengurus, kalau perlu ya resufle la organisasi ini dibentuk dengan tujuan dan harapan agar bisa menjadi mitra IGG dalam kiatnya memproduksi gula di banyuwangi, kalau pabrik ini punya mitra tapi gak terjadi proses simbiosis mutualisme ya repot”,ujar Hari saat memberikan pernyataan kepada beberapa awak media yang menemui dikediamannya.
“Saya selaku bidang hukum di APTRI Banyuwangi merasa kecewa sejak dilantik belum pernah ada rapat kerja pengurus sama sekali, ketua kita ini tdk paham dg maksud dan tujuan organisasi ini,Saya berharap pengurus yg lain segera bergerak demi masa depan APTRI di banyuwangi, jangan sampai sampur ini diambil orang lain”,tambah Hari dengan tegasnya.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya jika APTRI Banyuwangi ternyata tidak bisa berbuat banyak dengan kurangnya pasokan bahan baku tebu yang dialami pabrik gula Glenmore (IGG) hingga harus sering berhenti dalam proses gilingnya.(tim)