SURABAYA, beritalima.com | Bisnis kopi, menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, memiliki potensi besar untuk sukses. Argumennya, Indonesia termasuk penghasil kopi beragam jenis dan rasa. Selain itu, penggemar kopi di negeri ini sangat banyak dan tidak mengenal batas usia, baik tua maupun muda, baik yang tinggal di desa, kampung dan kota.
Tidak hanya itu, kopi di negeri ini bisa dijual dimana-mana, baik di kedai berkelas maupun di warung-warung kopi yang banyak tersebar di berbagai tempat. “Ini sudah modal besar bahwa bisnis kopi tidak akan pernah mati asal pandai mengolah dan menyajikan secara baik serta pandai memanfaatkan peluang,” ujar Difi di pembukaan acara meeting zoom bertema “Bisnis Kopi Tetap Viral di New Normal”, Rabu (17/6/2020) ini.
Dalam acara “Yuk Ketemu Ahlinya Ngopi” ini BI KPw Jatim menghadirkan narasumber James Prananto, Co Founder Kopi Kenanga, Omar Karim Prawiranegara, Co Founder Dua Coffee, dan Muhammad Aga, Barista & Founder Smith Coffee. Difi menegaskan, budaya ngopi tidak buruk, bahkan banyak manfaat yang bisa diperoleh.
“Jadi selain kita kumpul-kumpul ngopi bersama teman atau kolega, jangan lupa mengasah kreatifitas dan keterampilan. Banyak hal bisa dibicarakan dan di diskusikan pada saat ngopi bareng,” tandas penggemar kopi ini. Dia berharap, dengan digelarnya bincang-bincang secara digital tentang kopi ini bisnis kopi di Jawa Timur jadi berkembang dan kreatif.
Menguatkan apa yang disampaikan Difi, James Prananto yang dikenal dengan konsep kopi susu gula aren mengatakan, untuk dapat bertahan di bisnis ini perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya faktor lokasi yang mendekati masyarakat, khususnya di commercial areas, dan memperhatikan pemilihan bahan baku yang berkualitas.
“Selain itu, dalam bisnis ini juga diperlukan pula SOP untuk setiap pembuatan produk, kelengkapan toko hingga pelayanan, agar standar kualitasnya tetap bisa dipertahankan,” terang pemilik 350 gerai kopi kenangan ini.
Di saat pandemi seperti ini, lanjut James, kunci untuk menjaring dan mempertahankan pelanggan adalah konsistensi produk dan layanan, serta harus memiliki keunikan produk tersendiri.
Sedangkan Omar Karim menjelaskan, Dua Kopi yang dimiliki lebih mengutamakan fungsi sosial melalui bisnis kopinya (sociopreneur), yakni membantu banyak unit ekonomi, misalnya petani dan UMKM. Kemudian untuk membawa kearifan lokal kopi Indonesia ke luar negeri, Oemar mengaku selalu mengutamakan hospitality versi Dua Kopi yang melayani seperti di rumah sendiri.
Ekspansi Dua Kopi di Amerika, tuturnya, bermula dari pameran kopi yang mengundang antusiasme masyarakat setempat. Dan melalui riset yang komprehensif mengenai lokasi, preferensi customer dan regulasi di US, akhirnya Dua Kopi bisa membuka cabang di Washington DC, yang direpresentasikan sebagai kedutaan casual untuk memperkenalkan Indonesia dan memberitakan Indonesia pada masyarakat US.
Sementara itu Muhammad Aga, ahlinya pengelola kopi yang sering disebut Barista, menjelaskan, saat ini profesi barista tidak lagi dipandang sebelah mata dan bahkan jadi profesi nomor dua. “Barista adalah aset dan menjadi frontliner dari setiap warung kopi, terutama arena melalui product knowledge, serta kemampuannya untuk bisa membuat pelanggan menjadi loyal dan terus kembali untuk menikmati produknya,” ujarnya. (Ganefo)
Teks Foto: Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, di acara zoom meeting bertajuk “Yuk Kita Ketemu Ahlinya Ngopi”, Rabu (17/6/2020).