SURABAYA, beritalima.com | Di era digitalisasi, karya literasi nyatanya tetap bertahan. Literasi yang terbungkus novel percintaan memang memiliki pangsa pasar yang cukup luas. Namun, bukan berarti literasi motivasi yang merelevansikan dengan unsur religi tidak semenarik novel percintaan. Bahkan, novel motivasi yang sifatnya memberikan edukasi, penting untuk tetap dipertahankan dan selalu bisa diterima oleh masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh ning Lia Istifhama, seorang aktivis yang juga aktif menulis di berbagai media online.
“Di era society 5.0 yang identik dengan digitalisasi, penguatan literasi tetap harus dibangun dan dipertahankan. Terutama melalui novel motivasi yang memberikan edukasi moral dan motivasi dengan cara menarik,” terangnya (11/1/21) yang baru-baru ini menyelesaikan sebuah novel inspirasi hati.
Ibu dua anak tersebut kemudian menjelaskan apresiasinya pada novel motivasi berjudul ‘Bahagia Itu Mudah’ karya sahabatnya, Amir Suhamsah, yang merupakan Kepala Paguyuban Yayasan Sabililah Tanjung, Nganjuk.
“Dari buku ‘Bahagia Itu Mudah’, kita mendapatkan stimulus membangun bahagia dalam kehidupan nyata. Bahwa bahagia itu sederhana, yaitu melalui cara kita mensyukuri atas apapun yang kita hadapi. Buku ini merupakan self reminder bahwa ukhuwwah Islamiyyah sangat berperan sentral dalam kebahagiaan.”
“Melalui hubungan persaudaraan dan persahabatan, kita kemudian tidak pernah merasa sendiri. Dalam segala situasi, kita memiliki orang-orang yang peduli dengan kita. Maka dari situlah, kepedulian yang kita rasakan, ketenangan yang kita dapatkan, menjadi pengingat bahwa manusia sejati tak pernah sendiri. Ketidaksendirian tersebutlah yang kemudian menjadikan apapun yang kita hadapi, terasa ringan. Dan kebahagiaan kita pun kemudian semakin lengkap dan kompleks dengan adanya kebaikan dan kepedulian yang kita dapatkan melalui bangunan Ukhuwwah Islamiyyah.”
Ibu dua anak tersebut kemudian menegaskan pentingnya rasa syukur, seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S Ar Rahman ayat 13, yang artinya: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”. (red)