JAYAPURA – Pembatalan sadis terhadap Delapan orang Karyawan PT. Palapa Timur Telematika (PT. PTT) oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Puncak Provinsi Papua luput dari aktivis pembela HAM Papua yang katanya mengawal HAM tanpa pandang bulu.
Mereka seolah hanya berteriak HAM tak kala masyarakat kontra aparat semata, sementara saat KKB yang jelas melakukan aksi kejam kepada masyarakat lain, tidak direspon.
Atas kondisi ini, pengamat Politik Papua sekaligus dosen Hubungan Internasional Universitas Cenderawasih Marinus Yaung berasumsi menyebut para aktivis HAM Rasial dan diskriminatif.
“Dimana suara para aktivis kemanusiaan dan HAM di Papua. Suara mereka diam ditelan Bumi. Asumsi saya, mereka hanya memiliki definisi HAM yang sangat Rasial dan diskriminatif. Bagi mereka (Aktivis HAM), HAM hanya untuk Orang Asli Papua (OAP), sementara non OAP tidak”kata Marinus Yaung, Sabtu (5/3/2022).
Dengan kondisi ini, menurutnya sangat tidak pantas seorang aktivis HAM bertindak rasial dan diskriminatif. Seorang pekerja HAM harus profesional, siapapun korbannya harus menjadi perhatian.
“Saya fikir mereka tidak pantas untuk berbicara tentang nilai kemanusiaan.
Karena seorang pembela kemanusian bicara membela nilai kemanusian, perspektifnya harus perspektif keadilan dan kebenaran. Perspektifnya terbentuk dari kombinasi logika dan perasaan / hati nurani. Ini harus dimiliki dan menjadi pedoman pegiat HAM,”tegasnya.
Jika sikap sebaliknya, kata Marinus maka perspektif HAM dan kemanusian bersifat sudah dipastikan menjadi rasialis dan diskriminatif.
“Para aktivis Papua yang perspektif HAM dan kemanusiannya berkarakter rasialis dan diskriminstif, sesungguhnya mereka bagian dari masalah Papua itu sendiri. Mereka bagian dari aktor – aktor dominan yang ikut merawat kebencian, dendam, permusuhan dan kekerasan di Papua,”tudingnya.
Padahal, disisi lain pihak Pro Kemerdekaan Papua saat ini tengah mengagung-agungkan kedatangan Dewan HAM PBB ke Papua. Sementara, malah kelompok inipula yang membuat pelanggan HAM itu sendir.
“Padahal mereka sedang kencang-kencangnya teriak soal kedatangan Komisi HAM PBB ke Indonesia,”ucapnya.
“Salam damai dan salam solidaritas kemanusian untuk Papua tanpa kekerasan dan berdarah – darah,”pungkasnya.
Caption foto: Marinus Yaung, Dok Sindonews.com