beritalima.com – Merantau untuk bekerja atau membiayai kehidupan bukan perkara sederhana. Banyak hal yang harus dipikirkan matang-matang sebelum akhirnya mantap memilih pergi. Di perantauan, berbagai tantangan pun sudah menanti untuk dihadapi dan keputusan inilah yang bisa mengubah arah ibu Eka wanita kelahiran 1984 untuk menghidupi keluarganya. Rumah dan kampung halaman adalah tempatnya tumbuh dan dibesarkan. Setiap sudut rumah dan kota tempatnya tinggal menyimpan kenangan yang tak mudah dilupakan. Enggan rasanya untuk meninggalkan teman, keluarga, dan segala romansa bersama kota tercinta. Selain itu, tinggal di rumah dengan pendampingan kedua orang tua membuat tak pernah merasa kekurangan. Keberanian membuat berbagai perubahan di setiap sisi kehidupan ibu Eka.
Ia adalah seorang perantau yang berjualan sayur-mayur di Pasar Kemiri Depok, Jawa Barat. Berjualan sayur-mayur sebelum matahari terbit bukanlah hal yang mudah bagi seorang wanita tetapi, tidak menjadi alasan untuk ibu Eka terus menjalani usahanya. Sambil menunggu sayur-mayur tiba di lapak tempat ia berjualan, ia menyiapkan plastik, timbangan, dan uang kembalian. Sayur-mayur yang ia jual berasal dari Pasar Induk Kramat Jati. Sejak 2014, ia sudah menggeluti bidang ini.
Cucuran Keringat, gigih, dan kerja keras ialah kunci utama yang dilakukan oleh ibu Eka. Ia harus menyisihkan keuntungan berdagangnya untuk membayar sewa lapak di Pasar Kemiri. Ditambah lagi ia harus membiayai kehidupan untuk keluarganya.
Rasa takut yang ia hadapi sudah pasti ada karena, takut barang daganganya tidak habis atau tidak laku dijual ditambah lagi ada seorang pemalak yang selalu memaksa untuk membayar sewa liar yang ibu Eka sebut sebagai “karcis”. Sebaiknya, ini menjadi tanggung jawab semua pihak, dalam mencari uang, jangan ada yang diberatkan, jangan berbuat curang untuk kenikmatan seorang tanpa memikirkan orang lain.
‘’ Saya merasa takut kalau mereka menagih karcis dengan cara berteriak dan memasang wajah geram.” Ujar wanita berumur 34 tahun.
Bawang, cabai, sayur-mayur, kentang, adalah bagian dari hidup ibu Eka. Apabila barang daganganya tidak laku, harga jual murah yang ia pilih untuk mengatasi masalah kerugian. Kegagalan dan kerugian yang ia hadapi selalu membuat acuan untuk lebih semangat lagi menjual barang dagangannya.
“ Lebih baik laku dengan untung kecil bahkan sudah laku saja alhamdulillah daripada menjadi busuk dan dibuang daripada saya tambah rugi,” jelas Eka.
Keluh kesah selalu menghampiri ibu Eka, menawar dagangannya yang tidak kira-kira. Semangat ibu Eka yang dapat mengalahkan segalanya, rasa takut yang sering dihadapkannya juga dapat dikalahkan. Tak lupa juga mengurusi pekerjaan rumah dan menjadi prioritas ibu Eka. Ia tak kenal lelah menjadi perantau. Mengadu dan mengubah nasib di kota tak semudah yang dipikirkan.
(Penulis : Aldi Ardiansyah, Politeknik Negeri Jakarta)