Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Asdep Pengembangan Agribisnis, Hortikultura Kemenko Perekonomian RI, Ny. Rr. Yuli Sri Wilianti, Bupati Sikka, Wakil Deputi Bank Indonesia Kpw NTT, Dirut Bank NTT, Harry Riwu Kaho, Dirut PT Agromar, saat panen cabe di halaman kantor bupati Sikka, 11 September 2022.
(Foto: Humas Bank NTT)
KUPANG, beritalima.com – Para pakar memprediksikan, konflik politik di Eropa Timur berakibat serius pada kelangkaan bahan-bahan pangan tertentu di dunia. Gandum salah satunya. Bahkan akan mengarah ke lainnya. Oleh karena itu menyikapi krisis pangan tersebut, pemerintah berpikir keras guna memproteksi masyarakat dari ancaman paceklik.
Tak terkecuali Pemerintah Provinsi NTT. Provinsi yang dikenal sebagai daerah yang memiliki lahan kering terbanyak dan curah hujan yang rendah, yakni empat bulan, menyebabkan pemerintah harus sigap memetakan potensi unggulan setiap daerah.
Bank NTT pun hadir, menyodorkan sebuah solusi.
Untuk diketahui, Bank NTT sebagai support system, dalam waktu yang singkat mendesain aplikasi B’Pung Petani menjawab permintaan Gubernur NTT, masyarakat NTT harus lolos dari ancaman silent tsunami yang ditengarai sebagai pembunuh dalam keheningan. Dan, ini juga merupakan bagian dari kerja keras serta kerja cerdas dalam menjalankan spirit kerja no box.
“Untuk itulah kami bekerjasama dengan dinas pertanian dan ketahanan pangan NTT kami desain aplikasi B’Pung Petani, dengan nama berbasis lokal. Karena dengan kemandirian tersebut, kita boleh yakin bahwa daerah yang sulit sukar dan melewati berbagai krisis, telah memiliki kemampuan bahkan menjadi topangan fundamental ekonomi NTT”, kata Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho di sebuah kesempatan.
Bank NTT sangat bersemangat mensosialisasikan aplikasi ini. Berawal dari sosialisasi kepada para camat, kepala desa serta penyuluh di seluruh Kabupaten Lembata, awal September kemarin, dilanjutkan dengan sosialisasi kepada komponen yang sama di Pantai Ina Burak, Flores Timur dalam rangkaian kunjungan kerja gubernur ke sana. Kini sejumlah kabupaten di Flores sudah mendapat sosialisasi aplikasi ini, baik itu secara offline maupun online.
Tak hanya itu, Bank NTT telah menyediakan buku panduan kepada seluruh PPL untuk diimplementasikan dengan baik. Jika dalam penyelenggara ada kendala maka tim bersama antara Bank NTT dan Dinas Pertanian NTT akan mencarikan solusinya melalui PIC.
Aplikasi ini pun bisa menjawab persoalan-persoalan yang ada, seperti krisis pangan dan inflasi. Karena validitas data ini by name by adress baik komoditi, luas lahan dan lahan garapan.
Jangan ditanya mengenai manfaat aplikasi tersebut bagi Off Taker karena mereka dengan mudahnya mengakses informasi mengenai kepastian produksi; Kepastian pasar; Kepastian distribusi; Kepastian penyediaan sarana produksi pertanian seperti Bibit, Pupuk, Nutrisi, Herbisida dan, Pestisida.
Sedangkan bagi Petani, Peternak, dan Wirausaha, aplikasi ini memberikan manfaat untuk peningkatan kualitas produksi mulai Benih, pupuk, pestisida, herbisida, dan lain-lain; Juga Kepastian pasar; Terapan teknologi; Dan, kelebihan produksi dimanfaatkan untuk industri lainnya. Serta dapat meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) serta Kesejahteraan petani; Memperluas akses pasar; dan Memotong jalur distribusi.
Peningkatan ini karena produksi bahan pangan yang dihasilkan secara kualitas dan kuantitas, serta memiliki mutu yang baik dan terseleksi dengan baik. Sementara ada juga peningkatan PDRB. Kestabilan ekonomi di Provinsi NTT membantu Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan daerah atau perencanaan, serta memberikan informasi yang menggambarkan kinerja perekonomian daerah.
Bagi masyarakat atau Konsumen, melalui aplikasi ini terjadi stabilitas harga; Hasil produksi pertanian yang berkualitas dan sehat dikonsumsi. Hasil produksi yang bervariatif dan beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau konsumen. Dan, Lapangan kerja yang baru akan tercipta.
Untuk para pihak terkait atau stakeholders, aplikasi B’Pung Petani memberikan manfaat semua pihak akan mendapatkan data-data yang valid terkait pelaku usaha, jenis usaha dan produksi yang dihasilkan. Data informasi aktivitas pertanian; Bertumbuhnya industri baru, dan penentuan kebijakan pemberian modal bagi petani/peternak/wirausaha.
Ada pula manfaat lain bagi Penyuluh Pertanian yakni mereka bisa mendata kelompok tani; Mendata kebutuhan sarana produksi; Mendampingi kelompok tani hingga panen; Melaporkan hasil panen kelompok tani melalui aplikasi B’Pung Petani. Dan, Mengkonsolidasi serta melaporkan data pemasaran produk pangan. Sehingga dengan aplikasi ini terjadi Keseimbangan Permintaan dan Bahan Pangan.
Jelas bahwa kedepan permintaan pasar terhadap bahan pangan selalu dapat dipenuhi dengan mengandalkan potensi daerah Provinsi NTT. Juga Inflasi akan tetap terjaga, karena adanya keseimbangan antara Supply dan Demand.
“Jika harga barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya Pendapatan/penghasilan masyarakat; Distribusi pendapatan masyarakat; Selera konsumen terhadap barang; Jumlah penduduk; Harga barang lain yang berhubungan dengan barang tersebut; Prediksi masyarakat tentang kondisi di masa yang akan datang; serta adanya barang pengganti (substitusi); juga Kegunaan akan suatu barang”, jelas Alex Riwu Kaho.
Untuk mensukseskan penerapan sistem berbasis aplikasi B’Pung Petani ini, Bank NTT tidak one man show. Melainkan berkolaborasi dengan mitra terkait, seperti bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, tenaga Kerja dan Transmigrasi tingkat provinsi, kabupaten serta kota.
“Dengan data yang valid itu pada akhirnya dapat memacu dan memicu produktivitas yang juga pada manfaat ekonomisnya mendekatkan masyarakat untuk memiliki daya beli yang kuat.
Pemerintah pun bisa mengakses informasi-informasi bagaimana mengendalikan inflasi, karena sudah terpetakan daerah mana yang over produksi dan mana yang defisit.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli, menegaskan bahwa berkaca pada kondisi dunia hari ini, maka pilihan kita tidak banyak. Harus menanam agar tidak paceklik di tahun-tahun mendatang. Dan untuk mewujudkan swasembada pangan di NTT maka musim hujan tahun ini jangan dilewatkan begitu saja. Melainkan seluruh warga haruslah bergerak, menanam apa saja yang bisa ditanam terutama produk-produk unggulan seperti Padi, Jagung, Sorgum, dan Kelor.
“Benih sudah kita siapkan sedangkan pupuk subsidi memang ada keterbatasan tetapi dengan skema-skema pembiayaan ekosistem pertanian, kita menggunakan pupuk non subsidi. Yang secara ekonomi bisa dijangkau yang langsung dibiayai oleh teman-teman Bank NTT. Off taker-nya sudah kita siapkan”, tegas Lecky penuh semangat.
Pihaknya pun berterima kasih atas support dari Bank NTT yang sudah menghadirkan aplikasi B’Pung Petani.
Sementara itu, Prof. Fred Benu menegaskan, pihaknya sepakat dengan sikap Pemprov NTT saat ini ini untuk menyiapkan ketahanan pangan. Dengan berkonsentrasi pada empat komoditi unggulan. Dia merinci NTT sangat kaya karena memiliki 57 jenis sumber karbohidrat, 55 jenis aneka sumber lemak dan minyak, 26 jenis aneka kacang-kacangan, 273 jenis buah-buahan, 178 jenis aneka sayuran, 94 jenis rempah bumbu, 32 jenis bahan minuman.
“Ini semua kita belum optimalkan. Karena itu saya setuju dengan pikiran bahwa harus disiapkan dari hulu sampai hilirnya. Karena itu kita harus mendukung program pemerintah yakni diversifikasi pangan. Dan tentu sesuai dengan program Bank NTT”, tegas Fred.
Diakui bahwa memang ada banyak negara mengalami krisis pangan dan energi, dan kita belum bisa memprediksi Indonesia. Namun sejatinya apa yang dilaksanakan pemerintah provinsi saat ini benar, untuk ketahanan pangan. (*)