SURABAYA – beritalima.com, Go Gunawan Susanto, tak pernah menyangka kalau rumah yang di tinggali selama 22 tahun bersama keluarga, menjadi obyek sengketa. Bahkan dia juag tak menyadari kalau, rumahnya di Jalan Prapanca No 22 bakal dieksekusi oleh Pengadilan Negeri Surabaya.
Padahal Go Gunawan tak pernah terlibat dalam sengketa apapun, dan rumah yang dia tinggali memiliki legalitas yang sah berupa SHGB Nomer 744 atas nama dirinya hingga menjadi SHM nomer 616 dia miliki.
Billy Handiwiyanto, selaku pengacara Go Gunawan mengungkapkan, awal mula kliennya tahu jika asetnya akan dieksekusi sewaktu menerima surat pemberitahuan dari PN Surabaya.
“Go Gunawan, selaku penghuni rumah tersebut, tidak pernah mengetahui adanya persidangan, saat Aanmaning juga tidak diundang, tidak dimasukkan dalam pihak. Mestinya kan kurang pihak gugatan tersebut. Makanya kita bertanya-tanya, penggugat ini siapa? Makanya kita akan tempuh jalur pidana,” ujarnya. Rabu (21/12/2022).
Billy lantas menceritakan, bagaimana kliennya Go Gunawan memiliki objek di Jalan Prapanca 22 tersebut. Menurutnya, kliennya memiliki objek tersebut melalui jual beli yang sah, dengan Annie Yunita Muliono dengan alas hak SHM nomer 616.
“Terkait SHGB 744, memang SHM 616 berasal dari SHGN 744. Namun, setelah dilakukan pengecekan di Kantor Pertanahan Surabaya l, SHGB dengan nomer tersebut dinyatakan telah mati pada tahun 1980. Saya ada buktinya, ini surat yang dikeluarkan BPN jika SHGB 744 sudah mati. Dan juga disebutkan telah diterbitkan sertifikat jenis dan nomor hak maupun pemegang hak baru kepada pemilik baru,” terangnya.
Billy bahkan mempertanyakan, pemohon eksekusi mendapatkan hak darimana,?. Apabila dari ahli waris, maka ahli waris siapa? Nanti akan dicari urut-urutannya. Kalau hutang piutang, hutang apa? Apakah sudah ada akta jual beli atau hutang berupa uang kemudian dijaminkan.
“Yang menjadi aneh adalah saat Aanmaning kita juga tidak diundang. Kalau waktu Aanmaning kita diundang pasti kita akan ajukan perlawanan,” ujarnya.
Billy meyakini adanya cacat hukum dalam proses gugatan ini, apalagi sesuai surat edaran Mahkamah Agung harus mengetahui tempatnya dimana, kalau persidangan harus ada pemeriksaan setempat (PS).
Terpisah, kuasa hukum pemohon eksekusi R Wiardono SH MH saat dihubungi melalui telepon mengatakan sangat keberatan terhadap penundaan pelaksanaan Eksekusi karena alasan yang tidak mendasar terhadap putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap/ inkrach.
Mestinya kata Wiardono, tidak seharusnya eksekusi tersebut ditunda . Dan untuk membuktikan adanya sertifikat yang waktu itu ditunjukan di objek lokasi mestinya pihak penghuni melakukan perlawanan upaya hukum derden verset di PN Surabaya bukan menunda eksekusi yang merupakan perintah PN Surabaya.
“Ini yg sangat disesalkan. Dalam proses mencari keadilan yang bermartabat, terhadap putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap, pihak penghuni rumah jalan Prapanca no 22 Surabaya bukan subyek hukum dalam perkara yang telah inkrach. Jadi yang bersangkutan merupakan pihak ketiga,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan pihak penghuni yang tidak diundang sewaktu Aanmaning, Wiardono mengatakan bahwa undangan itu pihak PN Surabaya yang memproses, dan menurut PN Surabaya penghuni sudah dipanggil dan diundang.
Sebelumnya, petugas eksekusi PN Surabaya Rabu (21/12/2022) kemarin melakukan eksekusi di Jalan Prapanca. Namun, saat tiba di lokasi, eksekusi batal dilakukan.
“Menurut petunjuk pimpinan, pelaksanaan eksekusi ini ditunda sementara. Karena menurut beliau, apabila penghuni rumah yang akan dieksekusi bisa menunjukkan SHM asli, eksekusi ditunda. Namun, tidak menghentikan pelaksanaan eksekusinya,” kata RW Adhi di lokasi objek eksekusi, Rabu (21/12/2022).
Perlu diketahui, petugas eksekusi RW Adhi pada Selasa (20/12/2022) kemarin mendatangi objek sengketa untuk melaksanakan eksekusi berdasarkan putusan Mahkamah Agung (MA). Adapun Penggugat Ida Ayu, Tergugat ahli waris dari Andi Mulya, sementara penghuni rumah Go Gunawan tak disertakan dalam pihak. (Han)