Tak Sigap Dievakuasi ke RS Pasien Rohimah Tutup Usia

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com | Rinai gerimis mengiringi kepergian ROHIMAH (35) ke peristirahatan terakhir di pemakaman keluarga, sekitar 30 meter dari rumahnya. Rohimah terdampak kelumpuhan dan sulit beringsut, apalagi bergerak. Seluruh persendian diakuinya sakit. Terungkap dalam laporan Tejo Nagasakti selaku admin INFRA OSCAR Kemanusiaan, ditujukan drg Ichman selaku Kepala Puskesmas Jaka Setia, pada 16 Juli 2019 silam, sebulan sebelum Rohimah tutup usia, Rabu (14/8) jam 03.00 WIB.

“Saya kaget saat mendengar kabar Rohimah meninggal. Karena, sebulan silam saya juga ikut rekan rekan relawan ke rumah Rohimah. Waktu itu saya sempat protes beberapa minggu kemudian, kenapa Rohimah belum dibawa ke RSUD, infonya katanya sudah ditangani Puskesmas Jaka Setia, tunggu saja. Jika memang Puskesmas Jaka Setia nggak sanggup bawa ya bilang dong,” tukas Emah relawan OSCAR Kemanusiaan pada media, Rabu (14/8/2019) geram.

Ditandaskan lebih lanjut, waktu itu saya lihatnya nggak tega, pas masuk ruangan lihat pasien Rohimah nggak berdaya. Geregetan pingin bawa aja ke RSUD. Jangan nggak mampu tapi juga tidak sigap, saya lihat pasien sudah memprihatinkan. Saya juga tahu, katanya bang Jajang menanyakan pasien itu juga, tapi mengaku nggak enak merasa bukan wilayah Pekayon, kuatir salah paham. Ujungnya, kayak gini, korbannya ya pasien, meninggal tanpa cepat dibawa ke RSUD,”imbuh Emah menyesalkan.

Diketahui, Rohimah terdampar sakit di rumah kedua orang tuanya, kawasan RT 04 RW 17 Kp Poncol Bulak, Jaka Setia, BEKASI SELATAN. Pasien Rohimah (35) tergeletak tak berdaya, di atas pembaringan. “Awal sakitnya punggung bagian kanan, terus lari ke pinggang. Dan buat bersin sakit,”tukas Rohimah menuturkan awal mula sakit, pada para relawan sebulan sebelum tutup usia.

Ia pun menceritakan terkait sakitnya, hingga ia tak bisa jalan. Menurutnya tahun 2018 masih bisa jalan. Diakuinya sudah sekitar 8 bulan dirinya lunglai tak berdaya, dan Rohimah mengaku seluruh persendian sakit dan nyeri, meski hanya beringsut. Ia hanya bisa menatap langit langit. Beragam cara telah ditempuh tapi tak membuahkan hasil, hingga Rohimah meregang nyawa, tanpa ada yang mendampingi pada Rabu (14/8) jam 03.00 WIB dini hari.

Saat ditemui para relawan yang empati menyambangi dirumahnya, sebulan sebelum meninggal, Rohimah ditemani bapak dan kakak kandungnya. Selama ini kakak kandungnya yang merawat dengan penuh kasih sayang. Lajang putri pasangan Minin dan Winah ini tampaknya menaruh harapan untuk kesembuhan. Terbukti, saat relawan menyambanginya wajahnya tampak cerah dan berseri. ” Ya, saya pingin sembuh kembali, seperti dulu dan bisa jalan, lalu main lagi,”tukas Rohimah ditirukan Emah tampak mengharu biru.

Data yang berhasil dihimpun megapolindonesia.com melalui suara hati para RELAWAN KEMANUSIAAN, yang teruji dan tangguh dilapangan, menyatakan pengalaman adalah guru terbaik dan seyogyanya jangan percaya begitu saja pada instansi terkait, harus dimonitor dan dikontrol setiap ada laporan, ketika menemukan pasien terdampak sakit.

“Ini pelajaran bagi kita semua, agar kita tetap waspada. Artinya jangan mudah percaya begitu saja sama perawat atau dokter. Kalau saya lihat dari informasi data konkret sebulan silam sudah diserahkan dari relawan ke pihak Puskesmas sebetulnya sudah tepat. Apa yang dilakukan pihak Puskesmas kepada si pasien, apa hanya selfi selfi buat laporan ke atas. Sebulan waktu yang lama dan tak ada alasan apapun dibenarkan. Jeda waktu sekian lama dan tak juga dibawa ke RSUD, itu saya anggap kesalahan fatal, apalagi melihat kondisi pasien. Emangnya Puskesmas punya peralatan medis canggih. Jika peristiwa ini dianggap angin lalu saja tanpa ada sanksi, bukan tidak mungkin akan ada Rohimah Rohimah lainnya yang terkesan dibiarkan tanpa segera dievakuasi,”tukas Mukhlish Mubarak relawan nasional JKN-KIS yang biasa wira wiri di Kemenses.

Di tempat terpisah Evan relawan senior dari Pandora Kota Bekasi, Jawa Barat tampaknya cenderung menyoroti kesalahan prosedur dan tak adanya kesigapan tindakan medis lanjutan bagi pasien. Dan, ia juga mempertanyakan benarkah URC Jaka Setia berjalan maksimal.

” Ya, sebetulnya ini saya anggap kesalahan prosedur. Sakitnya persendian ya berarti ada hubungan tulang, ya kemarin harusnya mungkin orthopedi. Minimal ada fase lanjutan. Buat saya pribadi, sekali lagi, melihat dari kronologisnya saya katakan ada kesalahan prosedur. Jika pihak Puskesmas telah tangani, biasanya diagnosa ada waktu sekitar tiga hari, atau mungkin ditambah lagi tiga hari, selanjutnya pihak Puskesmas merujuk, jika tidak ada perkembangan. Tapi jika sudah satu bulan nggak ditengok atau tidak ada lanjutan, ya perlu dipertanyakan tindakan lanjutan apa. Berarti URC nggak jalan dong,”jelasnya.

Solusinya tetap harus dibawa ke RSUD atau RS lainnya. Ditangani maksimal nggak dan dirujuk juga nggak, ya sama juga bohong. Mungkin mereka belum paham tentang penanganan ini. Mesti belajar lagi sama Bang JAJANG, he he, biar paham. Ya, bukan hanya sekedar mendatangi tapi jika hatinya tidak tergugah ya gitu, harus tanggap ketika melihat kondisi pasiennya, jika tidak empati pasti ya seperti ini akhirnya. Akhirnya saya katakan balik pada KETULUSAN dalam menangani pasien,”imbuhnya.
Relawan tangguh dan punya jiwa sosial tinggi ini pun tampak meragukan kualitas URC Jaka Setia. Dalam pandangannya, ini yang namanya kecolongan.

“Ya katanya Puskesmasnya sudah bagus, sudah jalan, URC nya juga. Jika kayak gini, ini yang namanya kecolongan. Penanganan ada tapi penanganan lanjutan tak dilakukan, berarti tidak sigap,” jelasnya.

Sementara itu relawan tangguh yang baru umroh dari tanah suci, Jajang Qijoy yang tak diragukan lagi eksistensinya, atas pembelaan pada pasiennya, saat dikonfirmasi tampak menyesalkan kejadian, tutup usianya Rohimah tanpa ada penanganan RS. Bahkan ia pun siap demi kemanusiaan. Tanggap dan sigap.

“Waduh, mungkin tim evakuasinya tidak jalan. Buat kita nggak ada kata tunggu. Bagi kita ada info pasien wilayah mana aja, sampai ke telinga kita, langsung otw, dan cross check ke pasien. Dan, apa langkah selanjutnya sudah kita siapkan,” tukasnya lantang.

Sementara itu, Tejo Nagasakti selaku aktivis kemanusiaan sekaligus admin INFRA OSCAR KEMANUSIAAN, grup whatsApp yang dibentuk setahun silam, sarangnya aktivis dan relawan kemanusiaan nasional tangguh tampak sigap merespon.

“Ada aturan dan mekanisme elegan harus ditempuh. Data validnya tanggal 16 Juli 2019 saya berbagi info terhadap pasien terdampak kelumpuhan. Dengan harapan penanganan medis optimal, selaras penyakit yang dialami pasien. Sebagai bentuk aktualisasi SINERGITAS yang telah kita gelorakan dengan beragam stakeholder di dimensi kemanusiaan adalah saling berbagi, dan info temuan itu telah saya bagikan kepada drg Ichman selaku Kepala PUSKESMAS JAKA SETIA. Ternyata kepercayaan yang terpatri dalam jiwa sanubari dicampakkan, baiklah kalau begitu. Segalanya kita serahkan pada Alam semesta,”ucapnya.

Di tengah prosesi pemakaman tampak kerabat, keluarga, dan relawan, memberikan penghargaan terakhir pada Rohimah. Bermaksud hendak konfirmasi pada Kepala Puskesmas Jaka Setia, tidak tampak dalam prosesi pemakaman detik detik Rohimah dimasukkan ke liang lahat, tepat di angka 11.30 WIB. Selamat jalan Rohimah. (Red).

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *