SURABAYA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jawa timur, Emil Elestianto Dardak melihat langsung proses produksi face shield di ITS. Face shield menjadi salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang penting karena berguna melindungi wajah para tenaga medis.
“Kami sangat apresiasi langkah yang dilakukan Desain Produk ITS yang bekerja sama dengan Unair untuk membuat face shield menggunakan teknologi 3D Printing untuk tenaga medis,” ujar Emil pada Selasa (24/3).
Apa yang dilakukan oleh ITS dan Unair, lanjut Emil, dapat membantu langkah Pemprov Jatim untuk memenuhi alat pelindung diri (APD) yang diperlukan tenaga medis. Karena itulah, Pemprov Jatim akan memastikan stok bahan baku membuat face shield masih tersedia.
“Kami coba bantu dengan pengadaan bahan produksi” jelas Emil.
Emil menjelaskan, ITS dan Unair masih butuh banyak relawan untuk meningkatkan produksi pembuatan face shield. Dengan semakin banyaknya relawan, maka proses produksi face shield akan semakin meningkat. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas produksi, ITS dan Unairsedang mencoba membuat plat mesin potong.
“Pemprov Jatim akan mencoba membantu untuk peningkatan produksi ini,” katanya.
Selain itu, Pemprov Jatim juga akan membantu dengan menyediakan sanitizer, masker untuk mahasiswa yang bekerja membuat face shield. “Semoga rekan-rekan yang membuat face shield ini selalu diberi kesehatan,” lanjutnya
Untuk bantuan APD sendiri, Pemprov Jatim baru saja mendistribusi APD dan masker kepada 64 rumah sakit rujukan di Jawa Timur. “Kemarin sudah dilakukan distribusi APD dan masker ke 64 rumah sakit rujukan di Jatim.”ungkapnya
Penanggung jawa produksi face shield, Djoko Kuswanto mengatakan jika seluruh biaya ditanggung oleh ITS dan Asosiasi 3D Printing. Karena itulah dia dan tim tak merasa khawatir jika menyangkut soal biaya pembuatan.
“Kalau soal kendala, sebetulnya banyak kendalanya. Tapi untuk saat ini kendalanya karena kebanyakan order yang datang dari rumah sakit,” ujarnya.
Namun, tim teknis pembuatan akan terus memenuhi permintaan sembari terus berdiskusi untuk pengembangan metode pembuatan yang baik. Tak hanya itu, tim teknis juga harus memenuhi standar face shield yang dibutuhkan rumah sakit seperti apa.
“Proses pembuatan didampingi oleh tenaga ahli kesehatan dari Rumah Sakit Universitas Airlangga, untuk menjaga standart dan kesehatan relawan yang tergabung dalam proyek ini,” kata Djoko. (rr)