Terima Kasih Sudah Hadir

  • Whatsapp

beritalima.com | Bahagia rasanya memiliki banyak teman, namun dari sekian banyaknya teman yang dimiliki pasti ada di antara mereka yang benar-benar memahami keadaan kita. Teman yang tidak hanya hadir saat senangnya saja, melainkan dikala sedih pun ia selalu ada. Dia adalah sahabatku, Sarah Nur Herlinda.

Dialah tempat di mana aku menghabiskan waktu disaat sepi dan sendiri, tempat di mana aku membutuhkan seseorang yang siap sedia mendengarkan isi hatiku, tempat di mana aku menemukan semangat dan dukungan selain dari keluarga.

Tak terhingga sudah berapa banyak pesan yang aku sampaikan kepadanya, walaupun isinya hanya keluh kesah dan kegelisahan hati yang sedang melanda. Namun, dengan sabar dan penuh perhatian pesan demi pesan ia baca dan balas. Tak lupa Sarah memberikan solusi dan jalan keluar atas masalahku.

Berbagi cerita sudah menjadi santapan sehari-hari dengannya, dari pembahasan yang sangat rumit hingga yang tidak penting sekalipun. Canda, tawa, sedih, dan haru menjadi pelengkap dalam perbincangan, maka tak heran jika kami sampai lupa waktu.

Sarah sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, ia tahu apa yang aku butuhkan, mengerti kondisiku, dan menerima kekuranganku. Ketika diri ini senang, maka dirinya pun juga ikut senang. Begitu pun ketika hati ini sedang sedih, ia bahkan lebih merasa sedih karena tak tega melihat sahabatnya berlarut-larut dalam kesedihan.

Dalam hubungan persahabatan, tidak mungkin berjalan dengan begitu mulusnya, kerap kali konflik di antara kami terjadi. Pernah kami memiliki masalah sepele, namun berujung perdebatan dan membuat kami tidak saling berkomunikasi. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama, Sarah lah yang selalu mengalah dan meminta maaf lebih dulu. Ia mengeyampingkan egonya karena menurut Sarah persahabatan ini jauh lebih penting.

Saat aku gagal dan purus asa, Sarah adalah orang pertama yang membangkitkan semangatku bahwa aku tidak boleh berdiam diri dan hanya meratapi kegagalan. “Jangan nyerah, ayo semangat!” adalah kata-kata motivasi yang selalu ia sampaikan kepadaku. Lantas aku merasakan bahwa betapa pentingnya ia dalam hidupku.

Begitu pun saat kami tengah sibuk dengan urusan masing-masing, sarah selalu meluangkan waktunya untuk mengajakku berkomunikasi dan berbagi cerita, atau sekadar menanyakan kabar. Namun, terkadang aku lelah dan terlalu sibuk hingga tidak sempat membalas pesannya.

Di kala aku kesulitan mengerjakan tugas, Sarah selalu datang untuk membantuku. Tak pelit ia menawarkan bantuannya, “Kalau butuh bantuan bilang ya,” begitu ujarnya. Sungguh, diri ini merasa sangat merepotkannya, namun ia tidak mempermasalahkan hal itu, justru Sarah merasa senang apabila bisa menolongku walau hanya berupa hal-hal kecil.

Sarah sering memberiku nasihat dan saran layaknya seorang ibu kepada anaknya. Aku tidak masalah dengan hal itu karena yang ia lakukan pasti demi kebaikanku. Saat aku berbuat salah kepada orang lain ataupun sikapku yang kurang baik, ia dengan cepat mengoreksi atau mengkritik tanpa menjatuhkanku.

Aku bahagia sekaligus bersyukur memiliki sahabat seperti Sarah, hatinya tulus dan tidak memandang keburukanku. Meskipun diri ini masih jauh dari kata sempurna untuk menjadi sahabatnya, namun ia tidak pernah menuntut atau memintaku menjadi sahabat seperti yang ia inginkan. Mencari teman sebanyak-banyaknya tentu mudah, tetapi tidak dengan sahabat karena sahabat akan datang dengan sendirinya tanpa harus dicari.

(Atilah Tia Abelta/Politeknik Negeri Jakarta)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait