DEPOK,beritalima.com
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Depok, Ikravany Hilman,menyebut bahwa kesempatan menang dalam pertarungan pilkada 2020 nanti mencapai angka 70 persen hal tersebut di dasari dari tingginya Swing voters terutama para pemilih pemula atau pemilih milenial yang menginginkan adanya perubahan.
“Bukan angkanya tetapi kesempatan menangnya mencapai 70 persen dan ternyata yang menginginkan incumbent di lanjut itu hanya 50 persen tentu ini sangat menyedihkan bagi mereka (Petahana red) karena ini mirip dengan beberapa kejadian dimana angka kapabilitasnya tinggi tetapi angka lainnya menyatakan bahwa incumbent bisa di kalahkan dan ini yang membuat kita tancap gas,” kata Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Depok, Ikravany Hilman saat di temui awak media.
Bahkan dirinya mengatakan bahwa pilkada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun lalu dimana tahun ini koalisi partai jauh lebih solid.
“Solid dalam arti nilai juangnya tidak terhenti oleh hambatan-hambatan yang ada yang ke dua bahwa Idris ini dalam hal prestasi tidak terlalu istimewa karena belum bisa Disamakan dengan walikota semarang yang menjadikan kotanya menjadi tujuan wisata kota terbersih di asia atau seperti Risma walikota surabaya kalau Idris seperti mereka itu akan berat buat kita melawannya tapi ini kan tidak jadi kami optimis bahwa kita bisa membuat perubahan di kota depok apalagi survei nya menunjukan 70 persen orang menginginkan perubahan yang lebih baik untuk kota depok itu yang membuat kita yakin bagaimana caranya membuat perubahan nanti di TPS,” paparnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi issue dimana masyarakat menginginkan perubahan diantaranya masalah kemacetan, masalah pendidikan ,masalah sampah dan kesehatan dan itu menjadi issue utama selain issue-issue lainnya seperti lapangan pekerjaan.
“Karena depok ini kota dengan banyak ide tapi miskin eksekusi kita sebut saja kota belimbing gak ada belimbingnya kota cyber city tetapi tidak semua kelurahan mempunyai internet yang memadai ,belum lagi smart city dimana aplikasi banyak di buat namun tidak membuat hidup lebih mudah dan tidak maksimun jadi dimana smart nya,” sambungnya.
“Karena smart itu bukan karena banyak aplikasi tetapu bagaimana sistemnya itu jauh lebih memudahkan karena ada intervensi teknologi tetapi ini tidak demikian,
kalau kemaren itu disebut pilkada itu adu gagasan bukan adu ayam itu saya setuju dan sebetulnya depok itu tidak miskin gagasan yang miskin dari kota depok adalah kepemimpinan yang tidak bisa mengesekusi gagasan itu dan ini kelemahan dari rezim PKS,”sambungnya.
Jadi perubahan yang di maksud adalah bagaimana bisa mengeksekusi program-program yang bisa membantu memudahkan kehidupan orang.
“Seperti program kita sakit hanya menunjukan KTP itu bukan program kosmentik tetapi program yang bisa di realisasikan tetapi kami tidak akan jelaskan secara detail biar nanti pada saat debat kami jelaskan semuanya biar kelihatan gagal pahamnya untuk mereka.karena apa sudah banyak yang sudah menerapkan seperti bekasi tiga tahun berturut-turut ,Tangsel melakukan itu lima tahun berturut-turut kalau di katakan banyak masalah sekarang program mana yang tidak bermasalah BPJS KIS semua bermasalah tetapi karena keinginan yang kuat tidak mencabut program itu karena semangat dari program itu adalah melayani warga ada masalah perbaiki bukan di batalkan programnya tidak seperti mereka mengkritik tetapi buat program baru buat kartu sehat 2.2 juta buat kartu anggaran lagi padahal sudah ada ktp jadikan ktp sebagai single identiti kuncinya di teknologi jadi smart city tetapi di kelola oleh orang-orang yang tidak smart,” tutupnya. (Yopi)