Beritalima.com《 Banda Aceh- Berdasarkan hasil Survei dilapangan terjadi Inflasi bulan Mei 2023. Pada Mei 2023, Aceh ( dalam gabungan 3 kota Banda Aceh, Lhokseumawe dan Meulaboh) mengalami inflasi sebesar 0,30 persen secara month to month (m-to-m).
Hal ini disampaikan oleh kapala bidang Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Aceh Titiek Zurriyati, S.Si. pada Loka karya dan Komprensi Pers di Gedung BPS Lt 3 Banda Aceh,
Dalam hal tersebut ada Beberapa komoditas yang memiliki andil/sumbangan dominan terhadap inflasi m-to-m, antara lain: ikan tongkol/ ikan ambu-ambu sebesar 0,13 persen; daging ayam ras sebesar 0,07 persen; jeruk sebesar 0,06 persen; ikan dencis sebesar 0,05 persen; rokok kretek filter sebesar 0,04 persen; telur ayam ras sebesar 0,03 persen; bawang merah, bawang putih, kangkung, dan pepaya masing-masing sebesar 0,02 persen.
Sementara komoditas yang memiliki andil/sumbangan dominan terhadap deflasi, antara lain: cabai merah, dan udang basah masing-masing sebesar 0,08 persen; ikan kembung, dan semangka masing-masing sebesar 0,03 persen; ikan tuna sebesar 0,02 persen; kentang, cabai hijau, udang asin, minyak goreng, dan cumi-cumi masing-masing sebesar 0,01 persen.
“Inflasi year on year (y-on-y) di Aceh pada Maret 2023 sebesar 3,34 persen. Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks harga kelompok pengeluaran.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Mei 2023, antara lain: bensin, beras, rokok kretek filter, bahan bakar rumah tangga, sewa rumah, emas perhiasan, angkutan antar kota, dan telur ayam ras.
“Komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: cabai merah, angkutan udara, minyak goreng, daging ayam ras, ikan dencis, bawang merah, cumi-cumi, semangka, besi beton dan parfum.
Dari 3 kota inflasi di Aceh, inflasi tertinggi terjadi di Kota Meulaboh sebesar 3,56 persen, diikuti Kota Banda Aceh sebesar 3,41 persen, dan terakhir Kota Lhokseumawe sebesar 3,08 persen.
Selain inflasi, BPS Aceh juga merilis angka nilai tukar petani (NTP). NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat pertumbuhan kemampuan/daya beli petani.
NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula tingkat daya beli petani.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah pada Mei 2023, diketahui NTP Aceh sebesar 112,27 atau mengalami penurunan sebesar 1,28 persen dibandingkan April 2023. Penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan.
Hanya pada subsektor peternakan yang mengalami kenaikan NTP.
BPS Aceh berkomitmen untuk menyediakan data statistik yang berkualitas dan tepat waktu. Data tersebut diharapkan dapat memberikan insight dan sinyal bagi pemerintah untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di Aceh ke depan,”( A79)