SUMENEP, beritalima.com|aksi unjuk rasa (Unras) penolakan RUU HIP oleh gabungan FPI se-Madura, Jawa timur berlangsung di pintu gerbang kantor DPRD Sumenep pada Jum’at 10 Juli 2020.
Ribuan ummat Islam membanjiri Kantor Parlemen tersebut dengan warna putih diiringi bacaan Asma’uk Khosna yang dikumandangkan pasukan pengamanan personil polres Sumenep.
Para kiai dan habib yang berpakaian serba putih tersebut menyampaikan aspirasinya di hadapan wakil rakyat. Mereka menyatakan menolak terhadap Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).
Massa yang mulai berdatangan tersebut kemudian langsung berkerumun di depan pintu masuk gedung DPRD tanpa menerapkan physical distancing dengan melantunkan shalawat.
Kepadatan semakin tak terbendung saat kedatangan mobil komando aksi, datang dengan spanduk, bendera, dan poster dengan bertuliskan penolakan RUU HIP.
“Kedatangan kami ke sini untuk menyampaikan aspirasi. Dengan tegas kami menolak terhadap RUU HIP,” kata juru bicara kiai Sumenep, Moh. Fahri Suyuti.
Penolakan mereka bukan tanpa alasan. Sebab, para kiai dan tokoh masyarakat meyakini Pancasila telah final sebagai landasan negara dan tidak perlu diotak-atik lagi. Tapi, saat ini ada sekelompok orang yang ingin mengubahnya.
“Ini yang tidak boleh terjadi. Pancasila sudah final sebagai landasan negara,” tegasnya.
Untuk diketahui, untuk pengamanan aksi tolak RUU HIP oleh FPI, Kiai dan tokoh ulama se-Madura itu, Polres Sumenep menerjunkan 493 personel gabungan baik dari unsur Polri dan TNI dengaan rincian sebagai berikut:
Dari Kodim 0328 Sumenep sebanyak 26 Personel, bantuan dari Polres Sampang sebanyak 33 personel, Bantuan dari Polres Pamekasan 90, sementara dari Polres Sumenep sendiri sekitar 344 personel.
(An)
