Catatan: Yousri Nur Raja Agam MH *)
MASYARAKAT Sumatera Barat kembali mengirim daging rendang siap saji untuk dimakan para pengungsi akibat bencana alam. Minggu ini, kegiatan pengiriman rendang ditujukan ke daerah pengungsian bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Untuk tahap pertama, dikirim satu ton rendang yang dimasak oleh ibu-ibu dari Kabupaten Dharmasraya. Kegiatan memasak satu ton rendang ini bertajuk “Dharmasraya Marandang Peduli Lumajang”
Rendang, adalah primadona masakan Padang. Demikian menu daging sapi itu disebut. Proses memasak rendang daging ini memang istimewa. Contohnya yang di Dharmasraya, memasaknya melibatkan seluruh OPD (Organisasi Perangkat Daerah), camat, dan pihak terkait lainnya.
Daging rendang siap saji dan dimakan itu dikirim pada Kamis (9/12/2021) setelah proses memasak dan pengemasan selesai.
Memang bantuan yang diberikan itu mungkin tidak seberapa dibandingkan penderitaan masyarakat yang terdampak. Namun, semua adalah niat ikhlas sebagai bentuk solidaritas sesama warga Indonesia.
Masyarakat Sumatera Barat yang lebih dikenal sebagai orang Minang atau Minangkabau itu, terpanggil bersama-sama membantu meringankan beban warga yang terdampak guguran awan panas Gunung Semeru.
Sebagaimana kita ketahui melalui pemberitaan di media massa, pekan lalu terjadi peningkatan aktivitas Gunung Semeru. Dari kawah Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini, keluar lava dan awan panas. Dampaknya dirasak di daerah sekitar gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) itu
Puluhan orang dinyatakan meninggal dan terkena sambaran awan panas. Di samping itu ratusan warga terpaksa mengungsi ke berbagai tempat aman.
Nah, tempat-tempat pengungsian inilah yang menjadi sasaran pengiriman bahan makanan, seperti rendang dari Ranah Minang itu.
Bantuan untuk korban bencana Gunung Semeru yang meletus di Lumajang terus berdatangan. Salah satunya yakni rendang daging langsung dari Ranah Minang ini. Bantuan rendang yang dikirimkan masyarakat Minang ini diinisiasi oleh mantan Wali Kota Padang, Fauzi Bahar.
Donasi rendang untuk korban bencana alam letusan Gunung ini juga bekerja sama dengan lembaga sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT), serta berbagai organisasi masyarakat. Targetnya rendang yang dikirimkan sebanyak 5 ton.
Yang cukup unik, pembuatan rendang itu ditangani langsung oleh ibu-ibu di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Berkat dorongan Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, kaum ibu tambah semangat.
Dengan dikirimkanya rendang ini diharapkan korban bencana Gunung Semeru bisa makan menu yang enak dan bergizi walau sedang di tengah pengungsian.
Kegiatan masyarakat Minang bersimpati dan bantuan bagi korban bencana ini sudah menjadi tradisi. Sebelumnya, pengiriman rendang ke daerah pengungsian akibat gempa dan tsunami pernah ke Aceh, ke Sulawesi Tengah, ke NTB dan NTT.
Tidak selalu, rendang itu dibuat dan dikirim dari kampung halaman masyarakat Minang yang berada di Sumatera Barat. Pernah juga inisiatif dari para perantau Minang. Misalnya dari Bandung, Jawa Barat, bulan Oktober 2018.
Bersama masyarakat Minang, para pegiat kemanusiaan di Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung (ITB), mereka menggagas pengiriman satu ton rendang untuk korban bencana alam di Sulawesi Tengah. Waktu itu, pengiriman 1,6 ton rendang ke wilayah pengungsian gempa di Palu, Donggala dan Sigi itu bekerjasama TNI-AU nenggunakan pesawat Hercules.
Pernah pula saat Gubernur Sumbar dijabat oleh Irwan Prayitno. Sebanyak 1,5 ton rendang dikirimkan kepada para korban banjir dan tanah longsor di Bengkulu. Juga hal yang sama dikirim ke tempat pengungsian akibat gempa NTB, dan tsunami Selat Sunda di Lampung dan Banten, tahun 2019.
Ada pula hal yang mengesankan saat Wagub Sumbar, Audy mengantarkan sumbangan membantu meringankan beban korban bencana alam di NTT, akibat terjangan Siklon Seroja pada 4 dan 5 April 2021. Ribuan orang terpaksa mengungsi.
Waktu itu Wagub NTT Josef Nae Soi menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Minang. Dia mengomentari, bahwa pengungsi di sana mengeluh, mereka bosan makan ikan. Nah adanya rendang itu, semangat makan mereka kembali terbuka.
Jadi tradisi masyarakat Minang memberi bantuan berupa menu makanan rendang itu, selain tahan lama, juga enak dan lezat. Maka, tidak salah kalau rendang sampai sekarang tetap berada pada tingkat pertama makanan terlezat di dunia.
Melalui rendang, kita ikat persaudaraan di antara kita. Begitu kira-kira falsafah rendang kita abadikan.
Terlezat di Dunia
Kelezatan rendang, sudah mendunia. Tidak hanya di Indonesia, “gulai randang” yang menjadi primadona masakan Padang itu tersohor. Badan “kuliner” internasional sudah menetapkan, gulai dari daging sapi berwarna coklat tua itu, sebagai makanan terlezat nomor satu di dunia.
Hasil kajian mendalam yang dilakukan grup CNN Internasional tahun 2011, secara resmi mempublikasikan, bahwa rendang menduduki peringkat pertama dalam World’s 50 Delicious Food.
Rendang merupakan “kapalo jamba”, yaitu masakan unggulan dalam hidangan adat masyarakat budaya Minangkabau, Sumatera Barat. Rendang adalah salah satu jenis menu kuliner sebagai penyerta untuk makan nasi.
Dari penelitian terhadap rasa, menggunakan lidah saat makan, rendang benar-benar lezat. Gulai rendang ini waktu memasaknya lebih enam sampai delapan jam. Tidak salah, jika rendang berhasil mengalahkan berbagai makanan dari berbagai negara. Lamanya itu, karena santan kelapa dan bumbu yang masih cair, bercampur daging mentah, dimasak dengan kuali yang dipanaskan, sampai mengering.
Saat memasak rendang ini, ada pembagian sekurang-kurangnya tiga tahap secara berkelanjutan. Tiap tahap itu ada namanya. Pertama kali dimasukkan ke tempat masak bernama kuali. Air santan kelapa masih berwarna putih, dicampur dengan beragam bumbu yang sudah digiling. Yaitu: bawang merah, bawang putih, jahe, laos, cabe merah dan garam. Lalu daun-daunan, yakni: daun kunyit, daun serai, daun lima dan daun salam. Daging yang sudah bersih dipotong-potong, lalu dimasukkan ke dalam larutan santan di kuali itu. Saat tahap pertama ini saat dimasak, air santan berubah warna menjadi kekuning-kuningan.
Waktu ini, santan itu menjadi “kuah”. Namanya “gulai” rendang. Selama memasak dengan panas yang stabil, istilahnya: “baunyai”, sesekali diaduk agar bumbunya merata. Saat ini “gulai” sudah bIsa dimakan. Proses masak terus berkelanjutan hingga santannya menjadi pekat. Tahap ini namanya masih disebut “kalio”. Setelah agak mengering, warnanya berubah jadi coklat kehitaman. Itulah “rendang”.
Selain rendang daging sapi, masyarakat adat Minangkabau juga membuat rendang dari daging ayam, paru dan itik (bebek). Juga sudah biasa kalau sebagai gulai masakan rumahtangga, sering dimasukkan campuran, kentang kecil-kecil atau kacang.
Kudapan yang selama ini menjadi buah bibir di mancanegara, seperti “sushi” dari Jepang, “pad thai” dari Thailand, “peking duck” dari China, bahkan kuliner lainnya, dari berbagai benua, dikalahkan oleh rendang. Prestasi kuliner asli dari Indonesia ini membuktikan, bahwa kelezatannya cocok untuk lidah siapapun. Semua orang di dunia ini menyukai.
Keistimewaan rendang ini, sejak zaman dahulu tidak diragukan lagi. Terutama masa kadaluarsa atau expired-nya cukup lama. Sampai-sampai, dulu rendang dijadikan makanan pendamping nasi para perantau Minang selama dalam pelayaran naik kapal laut ke berbagai daerah. Begitu pula bagi jamaah calon haji. Saat berlayar dari Indonesia ke Arab Saudi, memakan waktu berminggu-minggu. Daya tahan rendang memang bisa sampai empat bulan lebih. Bahkan, bisa dipanasi berulang kali. Rendang memang awet dan tahan lama. Makin lama, rendang itu disimpan pada suhu ruangan, rasanya semakin enak dan lezat.
Rendang itu asli berasal dari Indonesia. Rendang yang mendunia ini sebutan aslinya dalam bahasa Minang, adalah “randang”. Pejerhaan ” marandang” artinya memasaknya dalam waktu lama. Daging rendang khas Minang berbeda dengan rendang Malaysia. Rendang Minang punya tampilan yang kehitaman dan kering. Dengan perpaduan rempah asli tanah Sumatera Barat yang kental serta gurih.
Rendang Indonesia tahun 2011 dinobatkan CNN Travel International sebagai makanan terlezat di dunia. Pada suatu acara di bulan Mei 2020, rendang diletakkan di nomor 11. Kemudian ada penobatan lagi, pertengahan tahun 2021, rendang kembali menduduki peringkat pertama. Yang cukup mengejutkan, “sate” dari Indonesia langsung berada pada peringkat kedua. Menyusul berikutnya “nasi goreng”.
Selama ini penobatan rendang sebagai juara pertama dunia itu, baru dilakukan badan usaha travel. Belum oleh UNESCO. Pemerintah Sumatera Barat sudah mengajukan kepada UNESCO melalui Pemerintah Pusat. Persyaratannya, ternyata tidak mudah. Untuk mendaftarkan sebagai Warisan Budaya ke UNESCO setiap dua tahun, hanya satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Dari laman UNESCO.org, hingga kini baru ada sembilan WBTB Indonesia yg diakui UNESCO jadi warisan dunia, yaitu Keris (2008), Wayang (2008), Batik (2009), Program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken Papua (2012) dan Tiga Genre Tari Tradisional Bali (2015), Pinisi (2017).
Nah itulah cerita dan kisah tentang rendang, kuliner favorit dunia sepanjang masa. (**)
*) Yousri Nur Raja Agam, adalah Wartawan Senior PWI dan Ketua Umum Yayasan Gebu Minang Jawa Timur.