Ubaya Kenalkan Manufaktur Lewat MEC 2019

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Program Studi Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) kenalkan Manufaktur di era industri 4.0 kepada siswa SMA lewat Manufacturing Engineering Challenge (MEC) 2019 dengan tema “Millennial Inventor: For Glorious Indonesia”.

Kegiatan mengasah otak berupa rally games competition ini diikuti oleh 59 tim yang terdiri dari 177 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Ubaya Sport Center, Kampus Ubaya Tenggilis, Surabaya, Jumat (16/8).

Sunardi Tjandra, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kegiatan MEC 2019 sekaligus dosen pengajar mata kuliah Desain Project menyampaikan bahwa kompetisi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memberikan wawasan bagi siswa SMA terkait bidang keilmuan program studi Teknik Manufaktur di Ubaya.

Disamping itu, siswa SMA juga diajak untuk mempelajari dan meningkatkan daya inovasi serta kreativitas dengan bermain menggunakan alat hasil rancangan mahasiswa Program Studi Teknik Manufaktur Ubaya yang mewakili atau mempresentasikan industri 4.0.

“Bidang Manufaktur Ubaya identik dengan invention and innovation yang artinya berkaitan erat dengan desain produk dan proses. Melalui MEC 2019, kami ingin menyampaikan kepada generasi muda bahwa era industri 4.0 bukanlah sesuatu yang menakutkan namun tantangan yang harus dihadapi. Kompetisi ini mendorong generasi milenial untuk berani terjun di bidang manufaktur yang memiliki peluang besar untuk membawa negara Indonesia semakin maju,” ungkap Sunardi, Jumat (16/8).

Pada kompetisi ini, para peserta berperan sebagai Millennial Inventor Indonesia (MI2) yang harus melewati tantangan melawan Sultan untuk merebut sektor-sektor (game-game) yang ada di Indonesia dengan sebuah alat bernama Millennial Inventor Vehicle (MIV). Berkibarnya sang saka merah putih akan menjadi tanda bahwa MI2 telah berhasil menguasai sektor-sektor penting dan membebaskan Bangsa Indonesia dari tangan Sultan. Namun, perjuangan peserta tidak mudah.

Pada babak penyisihan, peserta harus melewati 18 sektor games yang akan dimainkan oleh masing-masing tim secara bergantian. Sektor games yang harus dihadapi oleh siswa berkaitan dengan permainan yang melatih kerja otak, mengasah pola pikir dan logika, hingga menguji kekompakan tim. Satu sekolah dapat mengirimkan lebih dari satu tim yang terdiri dari tiga orang untuk mengikuti MEC 2019.

Sepuluh tim yang berhasil menguasai sektor dalam waktu tercepat dan total akumulasi poin terbanyak akan lolos menuju ke babak final. Pada babak final, tim diberikan tantangan untuk merakit infinity kit dan memecahkan kode. Tim yang dapat menyelesaikan tantangan dengan waktu tercepat, perhitungan yang tepat, dan perolehan poin tertinggi akan berhasil memenangkan kompetisi MEC 2019.

Salah satu peserta kompetisi, Kezia Abigail, siswi SMA Kristen Gloria 2 Surabaya mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan kompetisi yang melatih kekompakan tim, ketangkasan dan menghargai waktu.

“Kompetisi ini seru karena kita belajar manufaktur sekaligus bermain. Soal pemecahan kode dan perhitungan tidak menjadi masalah bagi tim kami. Tantangan terberatnya adalah menjaga kekompakan dan kepercayaan masing-masing anggota tim agar bisa menang di setiap sektor,” jelasnya.

Berbeda dengan Setio Leonard, siswa SMA Kristen Petra 1 Surabaya menjelaskan bahwa sektor yang paling sulit untuk ditaklukkan oleh timnya adalah Linier Velocity dan Linier Velocity Back Home. “Permainannya seru-seru, yang paling susah itu harus yakin dengan perhitungannya terutama di sektor Linier Velocity. Jadi di sektor ini kita diminta untuk mengetahui kecepatan liniernya berdasarkan jarak dan waktu,” ujar Setio.

Pada kompetisi MEC 2019 ini, juara pertama diraih oleh tim Sekarep dari SMA Kristen Gloria 2 Surabaya. Juara kedua diraih oleh tim Gravity dari SMA Kristen Petra 1 Surabaya. Terakhir, juara ketiga diraih oleh tim Teampeek dari SMA Kristen Petra 1 Surabaya. Tim yang menang akan membawa pulang piala, sertifikat, sejumlah uang, dan beasiswa prestasi lomba akademik untuk Program Studi Teknik Manufaktur Ubaya.

“Saya berharap setelah terselenggaranya kegiatan ini, mereka dapat mengenal keadaan di lingkungan dan mampu menghadapi perkembangan industri 4.0,” tutup Arum Soesanti, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Manufaktur Ubaya. (mad)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *